Bismillah was shalatu was
salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Terdapat banyak dalil bahwa
iman, ibadah, dan ketaataan adalah nikmat. Iman itu manis, ibadah itu manis,
taat itu manis, yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang sehat.
Dalam al-Quran, Allah menyebut
wahyu dengan sebutan ar-Ruh,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ
أَمْرِنَا
“Demikianlah Kami wahyukan
kepadamu Ruh (al-Quran) dengan perintah
Kami…” (QS.
as-Syura: 52)
Yang dimaksud Ruh pada ayat di
atas adalah wahyu al-Qur’an.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam
beberapa hadisnya juga menyebutkan bahwa iman itu rasanya lezat. Diantaranya,
dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ
يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ
فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Ada 3 hal, siapa yang
memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya iman. [1] Allah dan Rasul-Nya
menjadi sesuatu yang paling dia cintai melebihi yang lainnya. [2] Mencintai
orang lain yang latar belakangnya hanya karena Allah. [3] dan dia benci untuk
kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (Bukhari 6941 & Muslim 174)
Kemudian, dalam hadis yang
lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut shalat sebagai sesuatu yang
menenangkan. Dalam hadis dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ
“Ketenangan hatiku dijadikan
dalam shalat.” (HR. Ahmad12293, Nasai
3956, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Mengapa Ketika Ibadah kita Tidak
Nyaman?
Yang menjadi pertanyaan adalah
mengapa ketika kita melakukan ketaatan, kita selalu merasa tidak nyaman? Kita
merasa tidak betah. Bahkan umumnya kita berfikir bagaimana agar ibadah itu
segera selesai…
Bukankah taat itu nikmat?
Shalat itu menenangkan?
Ibadah itu rasanya lezat?
Tapi mengapa seolah menjadi
beban yang sangat berat bagi kita?
Jawabannya adalah karena hati
kita sedang sakit…
Sebagaimana ketika fisik kita
sedang sakit, semua terasa pahit, meskipun sejatinya itu nikmat.
Orang sakit diberi makanan
selezat apapun, tidak akan bisa dia nikmati. Karena semua terasa pahit.
Bagi orang sehat, mandi dengan
air itu menyegarkan, tapi bagi orang sakit, itu menyiksa dirinya.
Karena dia sakit, sehingga
tidak bisa menikmati yang lezat…
Bagaimana penawarnya?
Ibnul Qoyim menyebutkan teori
pengobatan orang sakit. Teori ini berlaku dalam semua tindakan pengobatan orang
yang sakit, baik sakit fisik maupun sakit hati.
Kata Ibnul Qoyim,
ومدار الصحة على حفظ القوة والحمية عن المؤذى واستفراغ
المواد الفاسدة ونظر الطبيب دائر على هذه الأصول الثلاثة
Menjaga kesehatan berporos pada
3 hal: [1] Menjaga kekuatan (حفظ القوة), [2] Perlindungan
dari sesutau yang memperparah sakitnya (والحمية عن المؤذى)
dan [3] Membersihakan sumber penyakit (واستفراغ المواد الفاسدة).
Dan para dokter selalu
memperhatikan 3 prinsip ini. (Ighatsah
al-Lahafan, 1/16).
Selanjutnya, kita akan merinci
secara ringkas,
Pertama, Menjaga kekuatan [حفظ
القوة]
Dalam dunia kedokteran,
pendekatan pertama yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah
menjaga kekuatan fisik pasien. Dokter akan meminta pasien untuk banyak
mengkonsumsi makanan bergizi, banyak beristirahat, jangan banyak berfikir
berat, dan tidak lupa diberi multivitamin.
Dalam menjaga kesehatan hati
yang sakit juga demikian, kita harus memberikan nutrisi bagi hati. Diantaranya
dengan banyak berdzikir, banyak mendekatkan diri kepada Allah, banyak belajar
agama, dst.
Karena wahyu itu ruh… mendekat
kepada wahyu, baik bentuknya amalan maupun menata pemahaman, berarti
meningkatkan potensi kehidupan bagi hati.
Kedua, Perlindungan dari sesutau
yang memperparah sakitnya [والحمية عن المؤذى]
Dalam dunia kedokteran,
pendekatan kedua yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah
melindungi pasien dari sesutau yang memperparah sakitnya. Dokter akan
menyebutkan beberapa pantangan yang harus dihindari pasien. Tidak boleh makan berlemak,
berkolestrol, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati
yang sakit juga demikian, kita harus menjaga diri dari kondisi yang memperparah
penyakit hati kita. Itulah dosa dan maksiat. Karena dosa dan maksiat adalah
noda bagi hati.
Ketiga, Membersihakan sumber penyakit
[واستفراغ المواد الفاسدة]
Dalam dunia kedokteran, ini
pendekatan ketiga. Dokter akan mengobati sumber penyakit pasien. Pasien akan
diberi obat misalnya antibiotik, anti radang, anti alergi, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati
yang sakit juga demikian, kita harus membersihkan sumber penyakit hati. Dengan
cara membersihkan noda dosa. Bentuknya, banyak bertaubat kepada Allah,
memohon ampun atas kesalahan yang kita lakukan, dst.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar