Jalan Kemenangan Para Petani
Hari-hari ini kita merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke 69,
meskipun di berbagai bidang kehidupan bisa jadi kemerdekaan itu belum tentu
kita rasakan. Di dunia pertanian misalnya, petani kita masih ‘terjajah’ dengan berbagai
produk pertanian impor sehingga kemakmuran secara umum belum sampai kepada
mereka. Tetapi sesungguhnya ada jalan untuk mengantarkan kemakmuran negeri ini
agar bisa sampai juga kepada para petani yang mewakili 35% dari tenaga kerja
produktif kita tersebut, bahkan jalan itu begitu jelas sampai bisa diturunkan
langkah demi langkahnya.
Jalan itu saya uraikan dalam beberapa langkah sebagai berikut :
Langkah pertama untuk bisa sukses meraih kemenangan adalah
banyak-banyak mengingat Allah. Ini
diresepkan oleh Allah langsung untuk menang di medan perang (QS 8:45) maupun di
dunia perdagangan dengan kalimat yang sama persis (QS 62 :10), pastinya juga
berlaku untuk bisa menang atau sukses (falah) di berbagai urusan kehidupan
lainnya.
Lebih-lebih di dunia pertanian, dimana hanya Dia-lah yang bisa
menumbuhkan biji-bijian yang dimakan maupun yang tidak dimakan (QS 6:95). Hanya
Dia pula yang bisa membuahkan setiap tanaman yang kita tanam, maka kita harus
benar-benar hanya berharap kepadaNya semata – dan benar-benar tidak
mempersekutukanNya dengan apapun - untuk keberhasilan kita di dunia pertanian.
Langkah kedua adalah memperbaiki niat, sikap dan pemahaman atas medan ‘perjuangan’ yang
kita hadapi. Kita memiliki contoh komplit bahwa ketika umat ini merasa kuat
dengan jumlah yang banyak – kita malah sempat kocar-kacir di awal perang
Hunain. Kita bahkan kalah di perang Uhud karena terburu-buru berebut ghanimah.
Kita menang telak di perang Badr meskipun jumlah kita sangat
sedikit dan dengan perlengkapan yang minim. Ini semua karena pertolongan dan
kemenangan itu semata-mata datangnya dari Allah Yang Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana (QS 8:10).
Ketika kita menyadari bahwa kemenangan itu hanya dari Allah
semata, maka langkah ketiga adalah secara sungguh-sungguh kita harus berdo’a
dan memohon pertolonganNya (QS 8:9) di tengah upaya kita yang melibatkan segala
kekuatan yang kita miliki (QS 8:60) – sungguh-sungguh berjuang di lapangan
dengan sweat, tears and
blood kita .
Perjuangan di lapangan inilah yang akan saya berikan contoh
elaborasinya yang lebih detil di dunia pertanian untuk memakmurkan petani kita
yang berarti juga memakmurkan negeri ini.
Perthatikan pada tabel di
samping yang datanya saya oleh dari data BPS khusus untuk impor buah-buahan
Indonesia sepanjang tahun 2013 lalu - saya hanya ambilkan 10 buah yang paling
banyak kita impor. Untuk 10 jenis buah ini saja total impor kita tahun lalu
senilai sekitar US$ 629 juta atau sekitar Rp 7 Trilyun.
Dari sepuluh buah yang paling banyak diimpor tersebut, kemudian
saya pilihkan dua buah yang paling mungkin kita unggulkan dahulu dari negeri
ini. Maka saya pilih nomor
5 yaitu kelengkeng dan no 10 yaitu durian. Dua jenis buah-buahan ini adalah native-nya ada di kita, maka kebangetan kalau kita impor
juga.
Maka target perjuangan kita di medan ‘perang’ buah-buahan adalah
mengalahkan serbuan durian monthong dan lengkeng Thailand yang kini dengan
mudah kita jumpai sudah menyerbu kita sampai ke tukang-tuang buah di pinggir jalan
sekalipun. Targetnya dalam tujuh tahun dua buah ini – durian dan kelengkeng
impor – harus sudah tergantikan (kembali) dengan durian dan kelengkeng kita
sendiri.
Mengapa tujuh tahun ? Angka tujuh tahun ini diisyaratkan dalam
Al-Qur’an sebagai waktu yang cukup untuk mempersiapkan tanaman-tanaman untuk
menghadapi krisis (QS 12:47) , diisyaratkan pula dalam sirah sebagai waktu bagi
umat untuk memiliki kekuatan logistic cukup yang ditandai dengan penaklukan
Khaibar (7 H).
Lantas apa yang kita lakukan dalam tujuh tahun ini ? Secara
sungguh-sungguh menanam durian dan kelengkeng – insyaAllah akan mulai
menghasilkan buah secara optimal setelah berusia tujuh tahun. Kita bisa
pilihkan varietas-varietas yang unggul untuk negeri ini agar hasilnya maksimal
mulai usia itu.
Selain dua buah lokal yang pasarnya sudah sangat besar – makanya
kita impor begitu banyak dari Thailand tersebut di atas - saya sisipkan juga
satu jenis buah eksotik yang memiliki nilai sentimental sangat tinggi bagi umat
muslim di seluruh dunia yaitu buah Tin.
Mengapa mulai dari Tin ? karena ayat yang menyebutkannya di dalam
surat yang juga bernama At-Tin adalah surat pendek yang sudah paling banyak
dihafal oleh umat Islam, ketimbang surat-surat panjang yang membahas tentang
tanaman-tanaman Al-Qur’an lainnya yaitu kurma, anggur, zaitun dan delima.
Alasan yang kedua adalah pohon
tin sudah terbukti berbuah dengan sangat cepat di Indonesia - pada tahun
pertama penanamannya-pun pohon tin sudah berbuah ! cara pembibitan tin juga
sangat mudah, dengan stek biasa sudah akan tumbuh dengan baik. Lihat foto di
samping, lima pohon tin yang sebagian sudah mulai berbuah tersebut – enam bulan
sebelumnya bibitnya cuma sejengkal batang tin yang saya tenteng langsung dari
negeri asalnya.
Alasan ketiga adalah prospek yang sangat menarik bagi buah tin
ini, dia bukan buah sembarang buah – dia buah dari surga yang sekaligus bisa
menjadi sarana penyembuhan berbagai penyakit termasuk penyakit manusia modern
ini. Berbagai riset menunjukkan efektifitas buah tin untuk menyembuhkan atau
menurunkan resiko kanker, penyakit kardiovaskular dan berbagai penyakit
degenerative lainnya.
Sekarang kita punya tiga jenis buah yang siap kita unggulkan
menjadi kebun buah yang Terstruktur, Systematis dan Masif (TSM) di masyarakat –
meniru istilah perpolitikan ! Maka dengan tiga jenis buah inilah kita akan
mulai berperang melawan serbuan buah impor.
Namun karena ilmu manusia ini terbatas, demikian pula dengan
usianya – maka bisa jadi tidak cukup ilmu dan usia bagi kita untuk trial and error lagi
seperti yang sudah terjadi selama 69 tahun ini. Dari sinilah kita butuh
petunjuk Allah berikutnya, kita gunakan petunjukNya di surat An-Nahl 10-11
untuk meningkatkan peluang keberhasilan kebun buah kita. Untuk ini selain tiga
jenis buah tersebut, kita butuh satu lagi elemen penunjangnya – yaitu
gembalaan. Kita pilih domba, yaitu binatang yang disebut pertama dari delapan
binatang yang berpasangan atau empat pasang (QS 6 : 143-144).
Dengan tiga jenis buah plus penggembalaan domba tersebut,
perolehan hasilnya per hektar lahan kurang lebih akan seperti pada grafik di
bawah. Grafik tersebut dihasilkan dari data teknis setiap tanaman seperti
durian yang secara moderat bisa berbuah sampai 250 buah per pohon per musim
ketika usia efektif tercapai, kelengkeng bisa mencapai 125 kg per pohon per
musim, buah tin sampai 20 kg perpohon per musim dan domba bisa bertambah berat
sampai 2.6 kg per ekor per bulan.
Bila scenario disamping yang
sudah dibuat achievable tersebut bisa tercapai dengan ijinNya - sesuai
langkah-langkah tersebut di atas, maka satu hektar lahan tegalan kita
insyaAllah bisa memberikan penghasilan yang sangat baik bagi empat keluarga
petani – bahkan lebih baik dari petani Perancis yang rata-rata menggarap lahan 22.5 ha per
petaninya !. Lebih detil tentang scenario
ini akan di bahas di “Workshop Mukjizat Al-Qur’an Dalam Pertanian Dan Aplikasinya Di
Jaman Ini” – Startup Center 06 September
2014.
Bila kita bisa berhasil dengan ijinNya untuk langkah awal ini,
maka seluruh buah-buah yang lainnya bisa kita garap dengan langkah-langkah yang
sama dengan diselang-selingi tanaman Al-Qur’an lainnya seperti Kurma, Anggur,
Zaitun, Delima dlsb.
Mudah kah ? sekali lagi tentu tidak mudah ! maka dari itu
diperlukan petani-petani yang siap berqurban dan berjuang sekuat tenaga –
sebagaimana para sahabat yang bertempur di perang Badr. Wa maa ramaita idz ramaita walaakinnallaaha ramaa – bukan engkau yang
melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. Amin
Geraidinar.com
0 komentar:
Posting Komentar