Minyak Di Sekitar Kita
Dua pekan lalu pemerintah
menetapkan harga baru BBM dalam negeri yang menyengat rakyat. Meskipun langkah
ini bisa dipahami, tak urung beban hidup memang menjadi lebih berat bagi
sebagian rakyat yang mobile seperti kita-kita pada umumnya. Tetapi masalahnya
yang lebih mendasar adalah apakah kita akan terus begini ? terus tergantung
pada satu sumber energi (minyak) dan satu source (pemerintah) ? mestinya tidak, mestinya kita bisa mulai berbuat
!
Selama bahan bakar minyak masih tersedia dan masih terjangkau,
meskipun kita teriak mahal tetapi tetap saja kita gunakan karena memang tidak
atau belum ada pilihan lain yang lebih terjangkau. Bagaimana kalau minyak itu
suatu saat menjadi tidak terjangkau atau bahkan tidak available lagi ? haruskah kita menunggu
waktu itu terjadi
sebelum (terpaksa-kepepet) berbuat ? mestinya tidak.
Nah apa yang bisa kita lakukan sekarang sebelum kita terpaksa
berbuat karena kepepet tersebut ?
Mungkin memang tidak dalam skala individu, tetapi secara ber-jama’ah
atau komunitas seperti komunitas pembaca GeraiDinar inipun inysAllah kita bisa
mulai berbuat sesuatu yang konkrit dalam bidang minyak ini – baik minyak
sebagai bahan makanan maupun minyak sebagai bahan bakar.
Menariknya adalah ketika Allah menyebut minyak di Al-Qur’an, yang
disebut adalah minyak yang bisa digunakan untuk keduanya – yaitu sebgai bahan
makanan sekaligus juga bahan bakar “ …yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya…” (QS 24:35).
Barangkalai inilah isyarat kita untuk memulai strategi
pengembangan solusi atas problem minyak ini. Kita harus memulai dengan minyak
yang multi-fungsi, rakyat harus mampu memproduksi minyaknya sendiri dari apa
yang ada di sekitarnya – baik minyak untuk makan maupun untuk bahan bakar – food and fuel.
Website resmi PUSPITEK (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) mengungkap adanya 60 jenis tanaman yang bisa menjadi pengganti BBM, sayangnya saya belum peroleh
detil yang 60 itu tanaman apa saja dan sejauh mana proses ekstraksi minyaknya
telah dikembangkan dan dengan alat yang seperti apa.
Jawaban yang lebih konkrit saya peroleh dari Jerman, mereka
mengungkapkan by name 86 biji-bijian yang bisa diambil minyaknya sekaligus menawarkan mesin yang bisa
dipakai untuk mengambil minyak dari biji-bijian tersebut.
Namun sebelum kita putuskan untuk membeli mesin mereka, kita akan
bicara dahulu dengan sejumlah ahli permesinan dalam negeri untuk membuat
mesin-mesin yang dibutuhkan – dan hanya bila kepepet saja kita baru impor
mesin.
Yang bisa kita mulai proses
produksi utamanya adalah minyak makan terbaik, yang ideal adalah zaitun, kalau belum bisa runner-up-nya adalah
minyak kelor (ben oil) dan kalau belum bisa juga kita akan mulai dengan minyak kacang tanah.
Untuk yang ketiga ini insyaAllah segera dapat kita mulai karena
secara bersama-sama komunitas pembaca situs ini – khususnya yang terlibat di
SKP kacang tanah – telah benar-benar menanam sekitar 40 hektar kacang tanah di
Bali utara. Untuk zaitun kita sudah mulai menanamnya tahun lalu dan kelor baru
mulai tanam tahun ini.
Calon pembeli panenan kacang tanah tersebut sebenarnya sudah ada,
tetapi bila kita punya pilihan lain seperti tidak menjual kacang tanah mentah
tetapi memprosesnya sendiri menjadi minyak – maka minyak kacang tanah ini
nilainya berlipat-lipat. Alternatif ini Ini akan memperbaiki harga jual kacang
tanah kita sekaligus inysaAllah bisa menambah kesejahteraan petani.
Kacang tanah mengandung minyak sekitar 40-50%, jadi sangat
berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber minyak makan yang baik. Bila suatu
saat produksi berlebih dari kebutuhan makan atau kepepet tidak ada bahan bakar
lagi – insyaAllah kita bisa juga survive dengan bahan bakar dari minyak kacang
tanah.
Meskipun yang sudah kita mulai adalah zaitun, kelor dan kacang tanah – tidak berarti sumber minyak
nabati kita hanya dari tiga tanaman ini. Seperti
pengungkapan PUSPITEK tersebut di atas, masih sangat banyak tanaman-tanaman
penghasil minyak lainnya di negeri ini.
Kacang mete misalnya, mengandung minyak yang kurang lebih sama
prosentasenya dengan kacang tanah. Bahkan bahan yang selama ini selalu kita
buang yaitu biji manga, didalamnya masih mengandung minyak sampai sekitar 11 %
dari berat keringnya.
Bisa dibayangkan betapa banyak sumber minyak itu ada di sekitar
kita, tinggal bagaimana kita mengoptimalkan ilmu dan teknologi yang ada saat
ini – untuk bisa mengatasi masalah-masalah konkrit di depan mata kita yang
selalu berulang – yaitu masalah ketergantungan pada bahan bakan minyak yang
sejauh ini hanya dari (perusahaan) pemerintah.
Kita disuruh Allah untuk memakmurkan bumi (QS 11:61), pasti Allah
sediakan ilmu dan sarananya. InsyaAllah kita bisa !
Geraidinar.com
0 komentar:
Posting Komentar