Paket Kebijakan Ekonomi
Berbasis Domba dan Kurma
Dengan tujuan menggerakkan ekonomi nasional, Presiden RI baru-baru
ini mengumumkan paket kebijakan yang diberi nama Paket Kebijakan Tahap I
September 2015. Saya dan kebanyakan Anda mungkin tidak langsung paham kira-kira
akan membawa kita kemana paket kebijakan ekonomi tersebut. Kebanyakan rakyat
seperti kita-kita butuh bahasa yang sederhana untuk bisa memahami masalah, dan
oleh karenanya solusi yang diberikan juga seharusnya sederhana. Maka tanpa
berpretensi menggurui siapapun, saya ingin memberi alternatif seperti apa
sebenarnya bila definisi masalah ekonomi sekaligus solusinya itu kita ambil
dari petunjukNya.
Mari sekarang kita lihat, apa sesungguhnya krisis ekonomi yang
dihadapi rakyat ini bila menggunakan bahasa Al-Qur’an :
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar” (QS
2 :155)
Ancaman krisis ekonomi yang dikawatirkan banyak pihak akan
memperlambat ekonomi, mengurangi lapangan kerja, menurunkan daya beli dan
sejenisnya –sebenarnya kan berujung pada secara kolektif adanya ketakutan di
masyarakat akan berkurangnya harta (meningkatnya jumlah orang miskin),
mahal/tidak terjangkaunya harga buah-buahan (pangan) dan sampai kelaparan.
Jadi hanya dengan satu ayat saja di Al-Qur’an kita sudah bisa
memotret inti dari persoalan ekonomi yang kita hadapi , kita takut miskin,
takut uang/penghasilan kita tidak cukup untuk membeli bahan makanan dan
kebutuhan basic lainnya yang berujung kelaparan !
Kalau sudah definisi masalahnya jelas, solusinya mestinya juga
jelas. Dari sumber yang sama – yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits yang sahih
kita diberi sejumlah paket solusi permasalahan ekonomi yang tepat guna untuk
masalah yang sudah didefiniskan tersebut.
Untuk masalah takut miskin , berkurangnya daya beli dan hilangnya
pekerjaan solusinya ada di dua hadits sahih berikut :
Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Waktunya akan
datang bahwa harta muslim
yang terbaik adalah domba
yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa
agamanya dia lari dari
beberapa fitnah (kemungkaran
atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)
Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW,
beliau bersabda : “Di antara
penghidupan (pekerjaan) manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali
kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang
cepat). Setiap
mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian
dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau menyongsong kematian ditempat
datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak
gunung dari
atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat,
memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang
kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada
mereka.” (H.R. Muslim).
Untuk takut kelaparan kita diberi jawaban melalui dua hadits sahih
berikut :
“Tidak akan lapar penghuni rumah
yang memiliki kurma” (HR Muslim, Hadits no 3811)
““Wahai ‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma, maka
penghuninya akan lapar. Wahai ‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma,
maka penghuninya akan lapar” Beliau mengucapkannya sebanyak dua atau tiga kali”(HR Muslim, Hadits no 3812)
Rangkaian hadits-hadits tersebut melengkapi hubungan antara kurma
dan domba yang tersyirat dalam ayat berikut :
“Dia-lah, Yang telah menurunkan
air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16:10-11)
Ayat ini berlaku tidak hanya pada kurma dan tidak hanya pada
domba, tetapi kurma menempati kedudukan khusus karena disebut paling sering di
Al-Qur’an dan adanya dua hadits tentang kelaparan tersebut di atas. Domba
menempati kedudukan khusus pula, karena domba dipilih sebagai hewan qurban
terbaik menggantikan perintah penyembelihan Nabi Ismail Alaihi Salam (QS
37:107), disebut yang pertama dalam rangkaian hewan-hewan ternak pilihan (QS
6:143) dan hewan yang digembalakan oleh seluruh nabi dalam hadits berikut :
“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah
menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga
engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa
qirath penduduk Mekah”. (H.R.
Bukhari)
Jadi solusi atas kemiskinan, hilangnya lapangan
pekerjaan dan bahkan kelaparan itu ada memiliki dasar yang kuat di Al-Qur’an
dan hadits antara lain terkait dalam paket domba dan kurma tersebut. Tetapi
bagaimana sekarang cara membumikannya sekaligus membahasakannya agar solusi
domba dan kurma ini bisa diterima oleh seluruh kalangan
?
Tergantung siapa kalangan yang dituju, berbekal
domba dan kurma ini karena keduanya memiliki dasar yang kuat di Al-Qur’an dan
hadits – sedangkan Al-Qur’an adalah mu’jizat, maka pembicaraan tentang keduanya
akan selalu bisa mengungguli obsesi umat pada masing-masing tingkatannya.
Untuk tingkatan masyarakat awam misalnya,
bukankan domba jauh lebih mudah diternakkan dan dikembang-biakkan ketimbang
hewan lainnya ? semua masyarakat dari yang di desa maupun yang di kota-pun
seperti Anda – bisa memeliharanya sekarang (yang di kota melalui system
lambbank.com misalnya !). Untuk Anda yang memelihara domba langsung, maupun
yang melalui lambbank,com bukankan selama ini
memberikan hasil yang lebih baik dari tabungan Anda di bank manapun ?
Untuk kalangan ekonom dan pakar perdagangan,
bukankan selama ini kita kesulitan mencari produk unggulan ekspor kita ?
mengapa tidak domba saja yang kita ekspor setelah mencukupi kebutuhan dalam
negeri ? produksinya gampang, bisa melibatkan masyarkat pedesaan sekalipun –
sehingga akan menimbulkan lapangan kerja yang sangat banyak. Selain pasar dalam negeri,
pasarnya ekspornya juga sangat menjanjikan karena Saudi Arabia saja setiap tahun
membutuhkan 8 juta ekor domba, ¼ diantaranya dibutuhkan di musim haji !
Kalau kita garap serius, domba untuk pasar Arab
(yang konsumsi daging utamanya domba) ini akan mudah unggul karena pesaing
terberat kita Australia dan New Zealand. Sedangkan dua negara ini tidak lagi
bisa mengekspor domba-dombanya dalam kondisi hidup ke Arab Saudi dan
negara-negara muslim lainnya karena ulah mereka sendiri yang mempermasalahkan
Animal Right atau yang mereka sebut Animal Welfare Assurance System sejak 2011.
Ekspor domba ke negara-negara Arab selama ini
beralih ke negeri-negeri Afrika yang rata-rata kering atau sangat kering,
sehingga sustainability domba dalam jangka panjang kemungkinan bermasalah. Maka
inilah peluang terbaik Indonesia untuk mempersiapkan diri menjadi pengekspor
domba paling berpotensi di masa yang akan datang.
Bahkan melalui jaringan teman-teman pembaca situs
ini, saat inipun sudah ada tantangan bila para penggiat domba Indonesia bisa
menyediakan akumulasi stock sampai 20,000 ekor per shipment , kapal-kapal
pembawa domba dunia siap mampir ke pelabuhan – pelabuhan kita untuk membeli
domba-domba tersebut sampai sesering yang kita mampu mengumpulkannya. Kalau
sebulan sekali shipment saja itu baru cukup untuk memenuhi kebutuhan jamaah
haji kita sendiri yang di tanah suci perlu berqurban atau membayar dam !
Bagi kalangan peneliti dan pengembang, domba juga
menjadi sumber yang tidak henti-hentinya digali sebagai bahan penggerak utama
bioeconomy kedepan. Kotorannya menjadi sumber pupuk dari yang langsung pakai,
pupuk kompos, biogas, sampai slow release fertilizer dlsb. Kulit dan bulunya
bahkan secara specific disebut sebagai bahan bangunan dan bahan-bahan kebutuhan
lainnya – feedstock di Al-Qur’an (QS 16:80-81).
Kurma-pun demikian, tidak akan habis dibahas di
tingkat manapun, baik dari kalangan petani sampai pemikir ekonomi. Bila masih
banyak yang ragu apakah kurma berbuah baik di Indonesia, apakah rasanya seenak
kurma yang di Arab dlsb. alhamdulillah dua pertanyaan yang paling sering muncul
ke saya tesebut, terjawab bersamaan secara tuntas kemarin – melalui perjalanan
sekaligus tadabur ayat yang memerintahkan kita untuk memperhatikan buah ketika masak !
Seyakin apapun saya tentang kurma yang kami tanam
selama ini, kenyataannya kurma kami baru berusia 2.5 tahun ; jadi kalau orang
mempertanyakan buah-tidaknya ya saya belum bisa membuktikan. Tetapi dengan mata
kepala sendiri kemarin untuk mempersiapkan tulisan ini antara lain saya
menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk mengunjungi kurma-kurma yang tumbuh
di daerah Indramayu – subhanallah tidak sulit untuk menemukan sejumlah kurma
yang berbuah di sana.
Memang ukuran buah yang ada di pohon rata-rata
lebih kecil dari kurma-kurma di Arab yang sering kita lihat, insyaAllah kami tahu
penyebabnya yaitu karena rata-rata penduduk hanya menanam satu dua pohon kurma
dan tidak dikawinkan. Maka buahnya kecil atau kalau agak besar tidak berbiji –
ya karena tidak sempurna. Penyebab kedua adalah tidak dilakukan penjarangan
buah kurma di tandannya, sehingga terlihat nrecel – dan masing-masing butir kurma kurang bisa
tumbuh secara maksimal karena berebut akses makanan.
Masalah lebih serius yang selama ini menjadi
keraguan banyak pihak adalah rasanya, karena setelah dipetik kurma-kurma
tersebut cenderung sepet atau tidak semanis kurma di negeri asalnya. Bahkan
sejumlah pihak yang merasa tahu tentang buah-buahan tidak yakin kurma bisa
tumbuh optimal di Indonesia karena untuk proses pematangannya kurma di
negeri-negeri aslinya butuh udara yang sangat panas.
Subhanallah dalam perjalanan kemarin Allah
memberikan soal dan jawaban sekaligus pada permasalahan rasa dan suhu yang
dibutuhkan tersebut. Jadi memang betul dengan suhu siang hari kita yang paling
banter panasnya hanya sekitar 35 derajat celcius secara umum kurma kita tidak
bisa matang secara sempurna, karena proses respirasi atau pernafasan kurma
untuk mengubah pati menjadi gula yang menimbulkan rasa manis dibutuhkan udara
atau angin yang sangat panas seperti di negeri aslinya. Tetapi sepanas-panasnya udara atau angin di
negeri Arab-pun sejauh ini masih dibawah 50 derajat Celcius.
Disinilah tantangannya, jadi ketika kurma yang
diberikan langsung oleh penanamnya kepada saya semula sepet ketika dipetik dan
saya terima – bagaimana menjadikannya manis ? Kurma tanpa sengaja kami panaskan
sampai sekitar 10 derajat diatas suhu udara siang hari kita yaitu di kisaran 45
derajat celcius – ternyata ini mendongkrak respiration activities dari kurma
tersebut. Dalam beberapa jam proses respirasi, Alhamdulillah kurma yang semula
sepet berubah menjadi manis seperti di negeri aslinya – rupanya kurang lebih di
suhu itulah kurma dipanen terbaik di negeri asalnya.
Anda juga dapat melakukannya dengan mudah
pemanasan sampai suhu 45-50 derajat tersebut, yaitu dengan cara
mendekatkan kurma ke sumber panas ketika mobil Anda berjalan (cari tempat yang
dekat mesin – tetapi jangan didalam kap mesin (terlalu panas). Atau kalau mobil
dalam kondisi berhenti taruh di dalam mobil yang diparkir di terik matahari,
maka mobil Anda menjadi semacam oven dengan suhu dalam kisaran 45-50 derajat
tersebut. Aplikasinya di kebun atau aplikasi komersialnya bisa menggunakan
semacam kotak yang biasa digunakan untuk menetaskan telur ayam, tetapi suhunya
di set di kisaran 45-50 derajat celcius.
Landasan teorinya adalah secara umum setiap
kenaikan suhu 10 derajat celcius – aktivitas pernafasan buah meningkat dua
kali. Aktivitas pernafasan inilah yang mengubah pati di dalam buah menjadi gula
yang rasanya manis. Untuk tanaman yang asli negeri kita, tidak perlu kita
naikkan suhunya, tetapi untuk tanaman dari negeri panas seperti kurma tersebut
– perlu bantuan kenaikan suhu agar proses pematangan buah melalui respirasi ini
berjalan sempurna. Dalam beberapa jam pemanasan (sekitar 3 jam) kurma kita yang
tumbuh dan dipetik di negeri ini insyaAllah akan seperti kurma yang baru
dipetik di negeri Arab baik warna, tekstur maupun rasanya… uenak !
Maka melalui serangkaian percobaan pembibitan yang sudah kami
mulai lakukan sejak tiga tahun lalu sampai perjalanan kemarin, insyaAllah kami
menjadi semakin yakin bahwa kurma di Indonesia bisa berbuah dan dengan sedikit
penanganan pasca panen yang proper - rasanya tidak kalah dengan kurma dari
negeri aslinya.
Bagaimana dengan hitungan ekonominya sekarang ?, petani yang kami
kunjungi di Indramayu tersebut menjual kurma mengkel (dengan tekstur yang masih
kriyuk) sama dengan kurma dalam kondisi dipanen khalal (sebelum menjadi ruthob)
di Arab dengan harga yang kurang lebih sama juga yaitu Rp 350 ribu per kg atau
sekitar Riyal 100,- . Kurma segar memang secara umum jauh lebih mahal dari
kurma kering yang biasa kita beli.
Saya taksir berdasarkan posisi
buah yang saya ambil fotonya sendiri di halaman rumah pak tani tersebut, kurma ini insyaAllah akan
bisa menghasilkan minimal 80 kg kurma setahun. Jadi dengan satu pohon ini saja
pak tani akan punya penghasilan sekitar Rp 28 juta setahun !
Tetapi nanti dulu, dia termasuk petani yang beruntung pohonnya
berbuah. Saya saksikan juga sejumlah pohon tidak berbuah, karena besar
kemungkinan pohonnya jantan. Maka kalau kita menanam dari biji, memang seperti
itu peluangnya kurang lebih – separuh berbuah separuh tidak.
Kalau jumlah produksi besar, kemungkinan juga harga akan turun – katakanlah
tinggal separuhnya atau Rp 150,000/kg. Maka dengan asumsi kita menanam satu
hektar 160 pohon dan hanya 80 yang berbuah, pertahun tanah yang ditanami kurma
akan menghasilkan (80 pohon/hektar) x (80 kg/pohon) x (Rp 150,000/kg) = Rp 960
juta/hektar.
Bayangkan dengan angka ini, saya belum pernah menemukan lahan
pertanian Indonesia yang memiliki hasil per hektar setinggi ini. Bahkan setelah
didiscount dengan tingkat resiko 50 % sekalipun ! Jadi seharusnya
pemerintah-pun membantu masyarakat petani untuk meningkatkan penghasilannya
dengan menanam tanaman yang bernilai tinggi seperti ini !
Tentu perjalanan ke arah sana tidak mudah, tetapi cukup berharga
untuk ditempuh. Karena lebih dari sekedar hitungan ekonomi ini, kurma memang
diresepkan untuk mengatasi kelaparan berdasarkan hadits-hadits tersebut di atas
– seharusnya inilah jalan
yang perlu kita tempuh lengkap dengan segala resikonya.
Lantas bagaimana membumikan paket domba dan kurma tersebut dalam
dunia nyatanya ? Untuk domba kita sudah beternak selama lima tahun lebih, maka
kini memang waktunya untuk di scale-up. Peserta lambbank yang selama ini
dibatasi di tanah peternakan JonggolFarm, dalam waktu dekat setelah Iedul Adha
akan mulai dibuka peserta baru untuk wilayah peternakan di perkebunan kami di
Blitar – jadi insyAllah akan membuka banyak kesempatan baru.
Untuk kebun kurma yang lebih luas, semula kami menunggu kurma kami
di Jonggol berbuah. Tetapi setelah menyaksikan teman-teman di Indramayu pohon
kurmanya sudah pada berbuah, tidak perlu lagi menunggu kebun kami berbuah - bisa langsung di-scale-up.
Karena menyangkut kebutuhan lahan yang luas, maka proses scale-up
kebun kurma ini akan melalui dua tahap. Tahap pertama, kami mencari Anda yang
memiliki modal besar atau memiliki akses terhadap modal/kebun besar – atau
secara bersama-sama kami bisa mengumpulkan kebun/modal yang cukup besar
(minimal sekitar 50 ha bila di Jawa, atau 100 ha bila di luar jawa).
Tahap kedua setelah kebun tersebut berhasil kita peroleh, kita
dandani dan siap ditanami kurma, masyarakat luas kemudian bisa ikut terlibat
melalui program iGrow seperti yang sudah kita lakukan dengan iGrow kacang
tanah, pisang dlsb. Pada waktunya nanti setelah tanaman kurma berusia 2 tahun
atau lebih, di areal yang sama bisa mulai digembalakan domba-domba kita untuk
mengakselerasi pertumbuhan domba sekaligus persiapan proses pembuahan kurma itu
sendiri kemudian. Inilah kurang lebih pengamalan integrasi kebun buah/kurma dan
penggembalaan yang disebut di surat An-Nahl 10-11.
Maka kurang lebih seperti inilah paket ekonomi berbasis domba dan
kurma ini kami luncurkan, sebagai tambahan alternatif bagi kebijakan ekonomi
yang ditempuh pemerintah. Mudah-mudahan kita semua bisa berkontribusi dalam menyelamatkan
negeri ini dari krisis ekonomi dan meningkatnya jumlah kelaparan – agar kita
tidak termasuk pendusta ketika kita diam. InsyaAllah.
Geraidinar.com
0 komentar:
Posting Komentar