Setiap selesai membaca surat at-Tin, ada imam yg membaca dg
suara pelan, ‘Balaa wa ana ‘ala dzalika minas Syahidin’… apakah ini benar?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebagian ulama mengatakan dianjurkan membaca kalimat semacam ini
ketika membaca surat tertentu.
An-Nawawi mengatakan,
فصل في آداب تدعو الحاجة إليها – منها : إذا قرأ قوله تعالى : (
إنَّ الله ومَلاَئِكَتِهِ يُصلونَ عَلى النَّبي ) يستحب له أن يقول : صلى الله
عليه وسلم تسليماً. ومنها : إذا قرأ : (أليسَ الله بَأحكمِ الحَاكِمين ) (أَليسَ
ذَلِكَ بقَادرٍ عَلى أنْ يُحيي الموْتَى ) يُستحب أن يقول : بلى وأنا على ذلك من
الشاهدين، وإذا قرأ: ( فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُون ) قال: آمنت بالله .
. . وهذا كله مستحب أن يقوله القارئ في الصلاة وغيرها
Pasal, tentang adab yang dilakukan ketika dibutuhkan…
Diantaranya, ketika membaca firman Allah (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi…” (QS.
al-Ahzab: 56) maka dianjurkan untuk mengucapkan, “Shallallahu ‘alaihi
was sallama tasliimaa.”
Dan jika membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allah Hakim yang
paling adil?’ (QS. at-Tin: 8) dan ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allah Maha
Kuasa untuk menghidupkan orang mati?’ (QS. al-Qiyamah: 40), dianjurkan
untuk mengucapkan, ‘Balaa wa ana ‘ala dzalika minas Syahidin’. Dan
ketika membaca firman Allah (yang artinya), ‘Maka kepada perkataan apakah
selain Al Quran ini mereka akan beriman?’, maka dianjurkan untuk
mengucapkan, ‘Amantu billaah..’ dan ini semua dianjurkan untuk
dibaca oleh orang yang tilawah al-Quran, baik ketika shalat maupun di luar
shalat. (Mukhtashar at-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran, hlm. 25).
Ada beberapa hadis yang menyebutkan hal ini. Diantaranya,
Dari Musa bin Abi Aisyah, beliau menceritakan,
Ada orang yang shalat di atas rumahnya, ketika dia membaca,
أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى
(QS. al-Qiyamah: 40)
Dia mengucapkan,
سُبْحَانَكَ فَبَلَى
“Maha Suci Engkau… tentu Engkau mampu”
Merekapun bertanya kepada beliau tentang hal itu. jawab beliau,
“Aku pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (HR. Abu Daud 884 dan dishahihkan al-Albani).
Hadis kedua, dari Ismail bin Umayah, saya pernah mendengar
seorang badui yang membawakan riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من قرأ منكم والتين والزيتون فانتهى إلى آخرها أليس الله بأحكم
الحاكمين فليقل : بلى وأنا على ذلك من الشاهدين
Siapa yang membaca surat at-Tin dan selesai sampai akhir surat,
(yang artinya), ‘Bukankah Allah Hakim yang paling adil?’ hendaknya dia
mengucapkan, ‘Balaa wa ana ‘ala dzalika minas Syahidin’. (HR. Abu Daud
887 dan didhaifkan al-Albani).
Sebab dhaifnya adalah adanya perawi majhul (tidak diketahui
statusnya), si badui yang meriwayatkan ari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
لو قرأ القارئ : ( أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ
الْمَوْتَى ) فله أن يقول : بلى ، أو سبحانك فبلى ، لأنه ورد فيه حديث عن النبي
عليه الصلاة والسلام ، ونص الإمام أحمد عليه ، قال الإمام أحمد : إذا قرأ : ( أَلَيْسَ
ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى ) في الصلاة وغير الصلاة قال :
سبحانك فبلى ، في فرض ونفل . وإذا قرأ : ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ
الْحَاكِمِينَ ) فيقول : سبحانك فبلى .
Jika orang yang membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allah
Maha Kuasa untuk menghidupkan orang mati?’ maka dia bisa mengucapkan,
‘Tentu, atau Subhanaka, tentu Engkau kuasa.’ Karena terdapat riwayat dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal ini. Imam Ahmad juga menegaskan
demikian. Imam Ahmad mengatakan, ‘Jika orang membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah
Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan orang mati?’ baik ketika shalat maupun
di luar shalat, lalu dianjurkan mengucapkan, “Subhanaka, tentu Engkau mampu.”
Baik shalat sunah maupun wajib. Jika membaca ayat (yang artinya), “Bukankah
Allah Hakim yang paling adil?” maka dia bisa mengucapkan, Subhanaka, tentu ya
Allah… (as-Syarh al-Mumthi’, 3/398).
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar