Assalamu’alaykum Ustadz,
Menjelang perayaan natal ini banyak pusat perbelanjaan yang
menawarkan diskon Dan promo produk dalam rangka merayakan natal. Produk yang
dijual sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan natal tetapi karena momen
natal itu, maka harga menjadi lebih murah. Pertanyaan saya, bagaimana hukumnya
secara syar’i apabila kita ikut membeli produk2 promo natal tersebut? Apakah
itu mempengaruhi aqidah kita sebagai Muslim yang seharusnya baro’ dengan kaum
non muslim dan perayaan mereka?
Fulan, Bumi Allah via Tanya Ustadz for Android
Jawaban:
Wa ‘alaikumums salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Bermuamalah dengan orang non muslim termasuk tradisi yang makruf
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabat. Mereka bermuamalah dengan orang yahudi di sekitar Madinah. Dan
sebelumnya, kaum muslimin juga bermuamalah dengan masyarakat musyrikin Quraisy
yang merupakan musuh besar mereka.
Imam al-Bukhari juga membuat judul bab,
باب الأسواق التي كانت في الجاهلية فتبايع بها الناس في الإسلام
Bab pasar-pasar di masa Jahiliyah, yang
digunakan untuk jual beli masyarakat setelah datang islam.
Kemudian beliau membawa riwayat keterangan dari Ibnu Abbas,
كَانَتْ عُكَاظٌ وَمَجَنَّةُ وَذُو الْمَجَازِ أَسْوَاقًا فِى
الْجَاهِلِيَّةِ ، فَلَمَّا كَانَ الإِسْلاَمُ تَأَثَّمُوا مِنَ التِّجَارَةِ
فِيهَا ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ( لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ ) فِى مَوَاسِمِ
الْحَجِّ
Dulu, Ukadz, Majannah, dan Dzul Majaz adalah pasar-pasar di masa
Jahiliyah. Setelah berkuasa, para sahabat merasa enggan untuk berdagang di
sana. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, (yang artinya) ‘Tidak ada dosa bagi
kalian…’ ketika musim haji. (HR. Bukhari 2098).
Promo Natal
Terdapat beberapa keterangan para ulama yang membolehkan bagi kaum
muslimin untuk mendatangi pasar yang diselenggarakan orang kafir dalam rangka
memeriahkan perayaan mereka.
Al-Khallal menyebutkan keterangan dari salah satu murid Imam
Ahmad, yang bernama Muhanna, beliau mengatakan,
سألت أحمد عن شهود هذه الأعياد التي تكون عندنا بالشام، مثل: طور
يانور ودير أيوب وأشباهه، يشهده المسلمون، يشهدون الأسواق، ويجلبون الغنم
فيه، والبقر، والدقيق والبر، والشعير، وغير ذلك، إلا أنه إنما يكون في الأسواق
يشترون، ولا يدخلون عليهم بيعهم؟
‘Saya pernah bertanya kepada Imam Ahmad tentang hukum mendatangi
beberapa perayaan (nasrani) yang ada di Syam, sepeti Thuryanur, atau Dir Ayub,
atau semisalnya. Kaum muslimin ikut menyaksikannya dan mendatangi pasar yang
digelar di perayaan itu. Mereka membawa kambing, sapi, tepung, gadum, dan
barang lainnya. Mereka hanya mendatangi pasarnya, untuk jual beli, dan tidak
masuk ke kuil nasrani.’
Jawaban Imam Ahmad,
إذا لم يدخلوا عليهم بيعهم، وإنما يشهدون السوق فلا بأس
Apabila mereka tidak sampai masuk ke kuil orang kafir, namun hanya
datang ke pasarnya, tidak masalah. (Iqtidha as-Shirat al-Mustaqim, 1/517).
Kemudian Syaikhul Islam menjelaskan keterangan Imam Ahmad di atas,
ما أجاب به أحمد من جواز شهود السوق فقط للشراء منها، من غير دخول
الكنيسة فيجوز؛ لأن ذلك ليس فيه شهود منكر، ولا إعانة على معصية؛ لأن نفس الابتياع
منهم جائز، ولا إعانة فيه على المعصية
Jawaban Imam Ahmad, yang membolehkan mendatangi pasar hanya untuk
membeli, tanpa masuk ke gereja, bisa dibenarkan. Karena sebatas datang ke
pasar, tidak ada unsur menyaksikan kemunkaran, atau membantu orang kafir untuk
bermaksiat. Disamping itu, jual beli dengan mereka (orang kafir) pada asalnya
boleh, dan tidak termasuk membantu mereka untuk maksiat. (Iqtidha as-Shirat
al-Mustaqim, 2/14).
Membeli barang promo natal, bukan termasuk membantu perayaan
agama mereka.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar