Mengapa Allah menakdirkan keburukan?
Jawaban:
Jawaban:
Pertama, agar kebaikan dapat dikenal. Kedua, supaya manusia
menyandarkan diri kepada Allah Ta’ala. Ketiga, supaya manusia
bertaubat kepada-Nya (setelah ia berbuat dosa).
Betapa banyaknya manusia yang terdorong untuk membaca zikir-zikir
siang dan malam dikarenakan ia takut dari keburukan makhluk yang akan
menimpanya. Karenanya, Anda dapatkan orang seperti ini senantiasa rajin membaca
wirid supaya ia selamat dari gangguan-gangguan. Maka keburukan yang ada pada
makhluk ini memiliki hikmah bagi terdorongnya seseorang untuk senantiasa
berzikir dan membaca wirid dan semisalnya. Ini tentunya merupakan suatu
kebaikan.
Kita misalkan lagi dengan contoh yang lain. Seseorang memiliki
anak yang sangat ia sayangi. Si anak kebetulan tertimpa sakit sehingga harus
diobati dengan cara dibakar dengan besi yang panas. Tentunya hal ini akan
menyakitkan anaknya. Namun karena ia berpikir ada kemaslahatan yang besar, maka
dengan cara ini ia rela melakukannya. Padahal pengobatan dengan menggunakan
besi panas sendiri adalah sesuatu yang buruk, namun berakibat kebaikan.
(CATATAN: Dalam An Nihayah fi Gharibil Atsar, Ibnul
Atsir rahimahullah membawakan pendapat bahwa hukum pengobatan
kai adalah terlarang jika digunakan sebagai media pencegahan penyakit, namun
hukumnya mubah ketika ada kebutuhan, red.)
Jika engkau yakin bahwa semua perbuatan Allah Ta’ala adalah
kebaikan, maka hatimu akan merasa tenteram terhadap semua yang ditakdirkan
Allah Ta’ala. Engkau pun akan pasrah menerima sepenuhnya. Engkau
akan menjadi seperti yang difirmakankan Allah Ta’ala,
وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)
Alqamah berkata, “Apabila seseorang ditimpa musibah lalu merasa
yakin bahwa hal itu dari sisi Allah, maka ia pun ridha dan menerima.”
Bila seorang manusia ridha dengan sepenuhnya terhadap ketentuan
Allah Ta’ala, maka ia akan terbebas dari perasaan sedih dan sikap
gelisah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ
الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ
أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا، فَإِنَّ “لَوْ” تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah, (namun) pada keduanya ada kebaikan (karena keimanan
keduanya). Bersemangatlah terhadap segala sesuatu yang mendatangkan manfaat
untukmu. Mohonlah pertolongan kepada-Nya dan janganlah lemah. Jika engkau
tertimpa sesuatu, janganlah engkau katakan, ‘Jikalau aku berbuat ini dan itu,
maka tentunya akan beigni dan begitu.’ Dikarenakan kata ‘seandainya’ membuka
amalan setan.”
Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk terus bersemangat dalam
melakukan hal-hal yang bermanfaat. Kemudian, jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapan sebelumnya, maka katakanlah hal ini telah ditakdirkan-Nya, dan segala
sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.
Maksud hadits di atas adalah: Yang paling utama bukanlah kuatnya
otot-otot atau badangnya, namun yang dimaksud adalah mukmin yang kuat dalam
keimanannya, sebab betapa banyak orang yang kuat badannya tapi tidak banyak
berbuat manfaat, namun sebaliknya.
Dalam kesempatan ini juga sekaligus saya tekankan bahwa apabila
Anda menulis hadits ini dengan tulisan yang besar, kemudian anda tempelkan di
lapangan olahraga, supaya dipahami bahwa mukmin yang kuat itu adalah yang kuat
ototnya, maka hal ini hukumnya tidak boleh.
Ringkasnya, keburukan atau kejelekan itu tidak dinisbatkan kepada
Allah, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
“… Dan keburukan bukan berasal dari-Mu.”
Akan tetapi, kejelekan itu hanya disandarkan pada makhluk-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya.’” (Qs. al-Falaq: 1–2)
Maka, keburukan hanya disadarkan kepada makhluk. Muncul
pertanyaan, “Apakah dalam mentakdirkan makhluk-makhluk yang jahat terdapat
hikmah?”
Jawabnya, “Ya, di dalamnya terdapat hikmah yang agung.” Kalaulah
bukan karena sebab adanya makhluk yang jahat ini, tentunya kita tidak akan
mengenal manfaatnya makhluk yang baik. Serigala misalnya, walaupun badannya
kecil, bila dibandingkan dengan unta, tapi ia mampu memakan manusia,
sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Yusuf melalui lisannya Nabi Ya’qub ‘alaihis
salam,
وَأَخَافُ أَن يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ
“Dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala.” (Qs.
Yusuf: 13)
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama pula, bahwa seekor
unta tidak mungkin makan manusia. Bahkan seekor unta yang kuat dan besar
badannya pun akan tunduk kepada perintah anak kecil. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ
أَيْدِينَا أَنْعَاماً فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ. وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا
رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah
Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami
tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan.” (Qs. Yasin: 71–72)
Amatilah hikmah yang sangat agung pada unta ciptaan Allah Ta’ala,
yang memiliki badang besar. Allah telah memerintahkan kita untuk bertadabbur
(merenungkan dan mengambil pelajaran) terhadapnya, sebagaimana firman-Nya,
أَفَلاَ يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta
diciptakan.” (Qs. al-Ghasyiyah: 17)
Selain itu, Allah pun menciptakan serigala dan selainnya yang
membahayakan manusia, sehingga kita dapat mengetahui betapa agungnya
kekuasaan Allah Ta’ala, dan bahwa segala urusan berada di
tangan-Nya.
Sumber: Syarah Hadits Arba’in, Imam Nawawi, Pustaka
Ibnu Katsir.
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar