Salam, Saya pernah mendengar
bahwa dalam Al-Quran, meteor berfungsi sbg pelempar setan.
Benarkah demikian? Lalu bagaimana dengan kejadian hujan meteor rusia? Apakah berarti Al-quran tidak
sesuai dg ilmu fisika? Mohon penjelasan. Thnk’s
Dari: Nuw Timur
Jawaban:
Bismillah was shalatu was
salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du
Ada beberapa ayat Al-Quran yang
menyebutkan tentang meteor, berikut diantaranya,
1. Firman Allah,
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا
وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ * وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ *
إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ
“Sesungguhnya Aku telah
menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Aku telah menghiasi langit
itu bagi orang-orang yang memandang(nya), ( ) Aku menjaganya dari setiap
syaitan yang terkutuk, ( ) kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang
dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al-Hijr: 16 – 18).
2. Firman Allah,
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ
الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ * لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى
الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا وَلَهُمْ
عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ
“Sesungguhnya Aku telah
menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah
memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat
durhaka,syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para
malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan
bagi mereka siksaan yang kekal, Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang
mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang terang.” (QS. As-Shaffat: 6 – 10).
3. Firman Allah, yang menjelaskan kebiasaan
jin mencuri berita dari langit
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا
مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا
مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
“Sesungguhnya kami telah
mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan
penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya).” (QS.
Al-Jin: 8 – 9)
4. Firman Allah menjelaskan fungsi bintang
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابَ السَّعِيرِ
Sesungguhnya Kami telah
menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala.(QS.
Al-Mulk: 5)
Keterangan Hadis
Beberapa ayat di atas
memberikan kesimpulan kepada kita bahwa meteor atau bintang jatuh, yang kita
saksikan sebagai fenomena langit itu, sejatinya adalah benda langit yang
digunakan untuk melempar setan, yang mencoba mencuri berita dari langit.
Keterangan yang singkat dari Al-Quran di atas, dijelaskan lebih detail dalam
hadis.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ
ضَرَبَتْ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ
سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا
قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ : الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ
فَوْقَ بَعْضٍ ، فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ثُمَّ
يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ
السَّاحِرِ أَوْ الْكَاهِنِ ، فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ
يُلْقِيَهَا وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا
مِائَةَ كَذْبَةٍ ، فَيُقَالُ أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا
كَذَا وَكَذَا ؟ فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنْ السَّمَاءِ
“Apabila Allah menetapkan suatu
ketetapan di langit maka para malaikat mengepakkan sayap mereka karena tunduk
terhadap firman-Nya, seperti layaknya suara rantai yang digesek di atas batu.
Setelah rasa takut itu dicabut dari hati para malaikat, mereka bertanya-tanya:
‘Apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?’ Malaikat yang mendengar
menjawab, ‘Dia berfirman yang benar. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.’
Bisikan malaikat ini didengar oleh jin pencuri berita. Pencuri berita modusnya
dengan ‘pundi-pundian’ (jin yang bawah menjadi penopang bagi jin yang di
atasnya, bertingkat terus ke atas). Jin yang paling atas mendengar ucapan
malaikat, kemudian disampaikan ke jin bawahnya, dan seterusnya, hingga jin yang
paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka
mendapat panah api sebelum dia sampaikan kepada dukun, dan terkadang berhasil
disampaikan sebelum terkena panah api. Kemudian dicampur dengan 100 kedustaan.
(sehingga ada 1 yang benar). Orang mengatakan, bukankah pak dukun telah
mengatakan demikian dan dia benar? Akhirnya sang dukun dibenarkan dengan satu
kalimat yang benar yang dicuri dari langit. (HR. Bukhari 4800).
Dalam riwayat Ibnu Hibban,
terdapat keterangan,
فربما أدركه الشهاب قبل أن يرمي بها إلى الذي هو أسفل
منه ، وربما لم يدركه الشهاب حتى يرمي بها إلى الذي هو أسفل منه
“..terkadang dia terkena panah
api sebelum menyampaikan kepada jin yang berada di bawahnya, dan terkadang
tidak terkena panah api, sehingga berhasil dia sampaikan kepada jin di
bawahnya.” (Shahih Ibn Hibban, no. 36).
Selain itu, dalam riwayat Ahmad
disebutkan Sababul Wurud, mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan hadis di atas. Dari
Ibnu Abbas, beliau mengatakan,
حَدَّثَنِي رِجَالٌ مِنَ الْأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُمْ كَانُوا جُلُوسًا مَعَ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، إِذْ رُمِيَ
بِنَجْمٍ؛ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
“Beberapa orang anshar dari
kalangan sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambercerita
kepadaku, bahwa mereka pernah duduk-duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam. Tiba-tiba ada
bintang yang dilemparkan.. kemudian Ibnu Abbas menyebutkan hadis selengkapnya.”
(HR. Ahmad 1883 dan dinyatakan shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Keterangan Ulama Tafsir
Ketika menafsirkan surat
Al-Mulk ayat 5, seorang ahli tafsir masa tabi’in, Qatadah rahimahullah,
mengatakan,
خَلَقَ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ : جَعَلَهَا
زِينَةً لِلسَّمَاءِ ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا
؛ فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا بِغَيْرِ ذَلِكَ : أَخْطَأَ ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ ،
وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ
“Allah menciptakan bintang
untuk 3 hal: Allah jadikan sebagai penghias langit, sebagai pelempar setan, dan
sebagai tanda alam untuk petunjuk arah. Maka siapa yang menggali tentang
bintang, selain 3 hal tersebut, dia keliru, menyia-nyiakan jatahnya, dan
membebani diri dengan sesuatu yang sama sekali dia tidak memilikimodal ilmu
tentangnya.” (HR.
Bukhari dalam shahihnya secara muallaq, 4/107).
Yang beliau maksud dengan
memahami selain 3 hal tersebut adalah menggunakan memahami bintang untuk
astrologi (bukan astronomi), seperti zodiak atau ramalan bintang.
Sementara itu, As-Syaukani
menafsirkan firman Allah (yang artinya), ‘Aku jadikan bintang itu sebagai
pelempar setan’, beliau mengatakan,
الرجم في اللغة هو الرمي بالحجارة
‘RAJAM
(PELEMPAR) SECARA BAHASA ARTINYA, MELEMPAR DENGAN BATU.’ (FATHUL QADIR, 3/179)
Bagaimana dengan Meteorit?
Ada beberapa catatan yang perlu
kita perhatikan, sehingga bisa memahami lebih seksama.
Pertama, bahwa sesungguhnya Al-Quran
bukanlah kitab astronomi, bukan pula kitab fisika. Karena itu, anda tidak akan
menjumpai penjelasan tentang astronomi atau fisika secara panjang lebar dari
Al-Quran. Sebaliknya, Al-Quran adalah firman Allah yang memberikan penjelasan
dari sisi syariah, yang bisa jadi tidak dibahas dalam ruang lingkup fisika atau
ilmu eksak lainnya. Yang dijelaskan oleh Al-Quran adalah masalah ghaib yang itu
di luar jangkauan kajian manusia.
Sebagai orang yang beriman,
ketika kita hendak memahami penjelasan syariat yang bisa jadi dianggap tidak
masuk akal, sikap yang harus kita kedepankan adalah pasrah dan meyakininya.
Bukan ‘ngeyel’ dengan mengingkari dan menolaknya. Karena sesuatu yang tidak
masuk akal itu, di luar jangkauan kemampuan nalar manusia.
Ketika Allah memberitakan bahwa komet yang memancarkan cahaya itu
adalah bintang yang Allah gunakan untuk melempar setan, maka sikap yang harus
kita kedepankan adalah sami’na
wa amannaa, kami dengar dan
kami mengimaninya. Meskipun, dalam kajian astronomi atau ilmu falak, semacam
ini tidak pernah dibahas.
Kedua, jika kita memahami keterangan
ayat dan hadis, serta penjelasan ulama di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa
sesungguhnya tidak ada pertentangan antara penjelasan syariah dengan kesimpulan
ahli astronomi.
Persatuan Astronomi
Internasional pada sidang umum IX tahun 1961 mendefinisikanmeteoroid sebagai berikut :
SEBUAH
BENDA PADAT YANG BERADA/BERGERAK DALAM RUANG ANTARPLANET, DENGAN UKURAN LEBIH
KECIL DARIPADA ASTEROID DAN LEBIH BESAR DARIPADA SEBUAH ATOM ATAU MOLEKUL.
Ketika memasuki atmosfer sebuah planet, meteoroid akan
terpanaskan dan akan menguap sebagian atau seluruhnya. Gas-gas di sepanjang
lintasannya akan terionisasi dan bercahaya. Jejak dari gas bercahaya ini
disebut sebagai meteor, atau bintang
jatuh. Jika sebagian
meteoroid ini mencapai tanah, maka akan disebut sebagai meteorit.
Tidak berbeda dengan keterangan
di atas. Bintang yang Allah gunakan untuk melempar setan itu, bisa jadi
kemudian masuk ke atmosfer bumi atau bahkan mendarat di bumi dan menjadi
meteorit. Dalam fatwa islam dinyatakan
وهذا يعني أن هذه الشهب يقذف بها في جو السماء ، ولا
يمنع ذلك من دخولها المجال الجوي للأرض بعد قذف الشيطان ورجمه بها ، وقد تنزل إلى
الأرض وتحدث بها تصدعا
وهذا يوافق في الجملة المعنى الشرعي للشهب .
وهذا يوافق في الجملة المعنى الشرعي للشهب .
Bintang jatuh yang dilemparkan dari langit,
tidak menutup kemungkinan masuk ke atmosfer bumi, setelah digunakan untuk
melempar dan merajam setan. Dan terkadang sampai turun di bumi, hingga
menimbulkan tumbukan keras. Dan kejadian ini secara umum, sesuai dengan
penjelasan syariat. (Fatwa Islam, no. 180866)
Ketiga, beberapa ayat di atas
menerangkan bahwa tujuan bintang yang dilemparkan ke arah setan itu, sebagai
bentuk penjagaan terhadap berita langit. Ini menunjukkan bahwa fenomena bintang
jatuh terjadi secara terus menerus. Karena penjagaan langit, terjadi secara
terus menerus. Mengingat, setan selalu berusaha untuk mencuri dengar berita
takdir dari langit.
Keterangan ini tidak berbeda
dengan realita di lapangan sebagaimana ketarangan ahli astronomi, bahwa
meteoroid itu terjadi kapanpun, tanpa batasan waktu yang jelas.
Ini semua memberikan
kesimpulan, tidak ada pertentangan, antara penjelasan ilmiah syariah dengan
keterangan menurut ahli astronomi tentang meteorit yang sampai ke bumi.
Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar