Segudang Hadis Abu Hurairah yang Hilang?
Benarkah ada hadis Abu Hurairah yang hilang? Dalam arti secara
sengaja tidak disampaikan Abu Hurairah.
Dan benarkah alasan orang sufi bahwa itu dalil adanya ilmu batin.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وِعَاءَيْنِ ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَلَوْ
بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا الْبُلْعُومُ
Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dua
bejana ilmu. untuk satu bejana sudah saya sampaikan kepada kalian. Untuk bejana
yang kedua, andai saya sampaikan kepada kalian maka kepalaku akan dipenggal.
(HR. Bukhari 120)
Dalam riwayat lain, orang-orang mengkritik Abu Hurairah,
أَكْثَرْتَ أَكْثَرْتَ
“Kamu terlalu banyak menyampaikan hadis.”
Lalu Abu Hurairah mengatakan,
فَلَوْ حَدَّثْتُكُمْ بِكُلِّ مَا سَمِعْتُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَمَيْتُمُونِي بِالْقَشْعِ ، وَلَمَا نَاظَرْتُمُونِي
Andai aku sampaikan semua yang pernah aku dengar dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, tentu kalian akan melempariku dan kalian tidak
akan mendebatku. (HR. Ahmad 10959 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Hadis Apa Yang Disembunyikan Abu Hurairah?
Hadis yang disembunyikan Abu Hurairah bukanlah hadis yang
berkaitan tentang hukum. Tapi hadis yang berkaitan dengan fitnah dan kejadian
di masa mendatang. Yang informasi ini sama sekali tidak mempengaruhi agama
seseorang. Dalam arti, ketika orang itu tahu, tidak akan menambah ketaqwaannya
kepada Allah. bahkan bisa jadi, jika masyarakat awam itu tahu, justru akan
menimbulkan kekacauan di tengah mereka.
Seperti, besok akan terjadi pemberontakan, pembunuhan, si A
membnuh si B, ada fitnah di Karbala, fitnah peperangan, dst.
Berita-berita fitnah ini, ketika hanya diketahui oleh orang
yangn berilmu maka akan berada di posisi aman. Namun jika dipegang orang bodoh,
akan bisa membahayakan. Karena itulah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
merahasiakannya sampai beliau meninggal. Karena jika beliau sampaikan, bisa
jadi beliau akan dibunuh.
Al-Qurthubi mengatakan,
قال علماؤنا : وهذا الذي لم يبثه أبو هريرة وخاف على نفسه فيه
الفتنة أو القتل إنما هو مما يتعلق بأمر الفتن ، والنص على أعيان المرتدين ،
والمنافقين ، ونحو هذا مما لا يتعلق بالبينات والهدى ، والله تعالى أعلم
Para guru kami mengatakan, “Ilmu yang tidak disebarkan Abu
Hurairah dan beliau khawatir akan terkena fitnah dengannya atau bahkan dibunuh,
adalah pengetahuan tentang masalah fitnah yang akan terjadi. Atau keterangan
tentang orang-orang yang murtad, nama-nama orang munafik. Dan ilmu semacam ini
tidak ada kaitannya dengan keterangan agama dan petunjuk taqwa. Allahu a’lam.”
(al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, 2/186).
Keterangan semisal juga disampaikan al-Hafidz Ibnu Hajar,
حمل العلماء الوعاء الذي لم يبثه على الأحاديث التي فيها تبيين
أسامي أمراء السوء وأحوالهم وزمنهم ، وقد كان أبو هريرة يكني عن بعضهم ولا يصرح به
خوفا على نفسه منهم
Para ulama memahami bahwa hadis-hadis yang tidak disebarkan Abu
Hurairah, adalah hadis yang menyebutkan tentang nama-nama pemimpin yang jelek,
keadaan mereka dan kondisi zaman ketika pemimpin itu berkuasa. Abu Hurairah
terkadang menyebutkan sebagiannya secara isyarat dan tidak beliau tegaskan,
karena beliau khawatir akan menimbulkan kekacauan di masyarakat dan ancaman
masyarkat kepadanya.
Lalu al-Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan pendapat yang lain,
وقال غيره : يحتمل أن يكون أراد مع الصنف المذكور ما يتعلق بأشراط
الساعة وتغير الأحوال والملاحم في آخر الزمان ، فينكر ذلك من لم يألفه ، ويعترض
عليه من لا شعور له به
Ulama lain mengatakan, kemungnkinan, yang dimaksud dengan ilmu
yang disembunyikan adalah informasi terkait tanda-tanda kiamat. Terjadi
perubahan besar dan kekacauan di akhir zaman. Sehingga jika disampaikan akan
diinkari orang yang tidak bisa menerimannya, dan ditolak oleh orang yang tidak
menyadarinya. (Fathul Bari, 1/216)
Bukankah ini Menyembunyikan Ilmu?
Menyembunyikan ilmu dalam arti menyembunyikan kebenaran adalah
sesuatu yang tercela. Bahkan ini karakter Yahudi. Allah berfirman menceritakan
karakter Yahudi,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ
وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ
يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Orang-orang yang menyembunyikan keterangan dan petunjuk yang
Kami turunkan, setelah kami jelaskan kepada umat manusia dalam al-Kitab, mereka
itulah orang yang dilaknat Allah dan dilaknat semua yang melaknat.” (QS. al-Baqarah: 159)
Namun yang dimaksud menyemnunyikan ilmu di sini adalah ilmu yang
berkaitan dengan masalah iman dan hukum, yang jika orang itu tidak tahu, dia
akan terjerumus ke dalam kesesatan atau dia akan melanggar syariat.
Sementara menyembunyikan ilmu dan informasi agama yang tidak ada
hubungannya dengan ketaqwaan, orang tidak tahu sekalipun, tidakan akan membat
dia jadi sesat atau melanggar syariat, maka menyembunyikan ilmu semacam ini
tidak tercela.
Sebagaimana yang dialami Hudzaifah bin al-Yaman. Beliaulah
satu-satunya sahabat yang mengetahui daftar oranng munafik di Madinah. Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal, hanya Hudzaifah satu-satunya
sahabat yang tahu daftar orang munafik di Madinah. Namun sampai Hudzaifah
meninggal, beliau tidak membocorkan pengetahuan itu kepada orang lain. Karena
itulah Hudzaifah digelari, ‘Shohibu sirrn Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.’
Ketika ad-Dzahabi menjelaskan tentang sikap Abu Hurairah ini,
beliau mengatakan,
هذا دال على جواز كتمان بعض الأحاديث التي تحرك فتنة في الأصول أو
الفروع ، أو المدح والذم ، أما حديث يتعلق بحل أو حرام فلا يحل كتمانه بوجه ، فإنه
من البينات والهدى
Sikap Abu Hurairah ini dalil bolehnya menyembunyikan hadis yang
bisa menimbulkan fitnah di masyarakat, baik terkait prinsip atau masalah
cabang, isinya pujian atau celaan. Adapun hadis yang terkait masalah
halal-haram, jelas tidak boleh disembunyikan sama sekali. Karena ini bagian
dari ilmu dan kebenaran. (Siyar A’lam Nubala, 2/597)
Pengakuan Orang Sufi
Orag sufi mengklaim bahwa hadisnya Abu Hurairah adalah hadis
tentang wihdatul wujud atau ilmu bathin yang hanya diwariskan kepada wali-wali
sufi. Mereka tidak pernah belajar hadis, tapi ngaku punya hadisnya Abu Hurairah
melalui ilmu bathin. Kata para ulama, alasan ini dalam rangka menghiasi
kebodohan sufi terhadap ilmu agama, agar mereka terlihat berilmu.
Benarlah apa yang disampaikan Imam as-Syafii,
أسس التصوف على الكسل
Ajaran-ajaran sufi dibangun di atas prinsip malas. (Hilyatul
Auliya, 9/137)
Dalam islam tidak ada pembagian ilmu bathin dan ilmu dzahir.
Karena semua ilmu yang berkaitan dengan iman dan taqwa seseorang, wajib untuk
disampaikan.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menukil keterangan Ibnul Munayir,
قال ابن المنير : جعل الباطنية هذا الحديث ذريعة إلى تصحيح باطلهم
، حيث اعتقدوا أن للشريعة ظاهرا وباطنا ، وذلك الباطن إنما حاصلة الانحلال من
الدين
Ibnul Munayir mengatakan, kelompok sufi bathiniyah menjadikan
hadis Abu Hurairah ini sebagai alasan untuk membenarkan kesesatan mereka, di
mana mereka meyakini bahwa syariat dibagi dua: lahir dan batin. Dan ilmu yang
bathin itu, terpisah dari agama. (Fathul Bari, 1/216).
Keterangan lain disampaikan Syaikh Rasyid Ridha,
فجهلة المتصوفة يزعمون أن ما عندهم من علم الحقيقة هو من قبيل ما
في الوعاء الآخر من وعاءي أبي هريرة ، وبعضهم يظن أن لشيوخهم سندا في تلقي علم
الباطن ، ينتهي إلى بعض الصحابة أو أئمة آل البيت عليهم الرضوان . والذي عليه
المحققون أن أبا هريرة يعني بما كتم من الحديث أحاديث الفتن
Orang bodoh di kalangan sufi menganggap bahwa ilmu batin yang
mereka miliki itu bersumber dari bejana Abu Hurairah yang tidak beliau
sampaikan. Sebagian mereka bahkan meyakini bahwa imamnya (tokoh sufi) memiliki sanad
dalam menerima ilmu batin yang sampai kepada sebagian sahabat dan imam ahlul
bait radhiyallahu ‘anhum.
Padahal yang dijelaskan para ulama ahli tahqiq, bahwa hadis yang
disembunyikan Abu Hurairah adalah hadis-hadis tentang fitnah. (Tafsir al-Manar,
6/390).
Allahu a’lam..
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar