Salah satu diantara aqidah
(keyakinan) Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa makhluk terbesar adalah Arsy
(singgasana) Allah -Azza
wa Jalla-. Mungkin selama ini ada diantara kita yang
menyangka bahwa bahwa makhluk terbesar di dunia adalah langit dan bumi. Padahal masih ada yang lebih
besar daripada itu semua, yaitu Al-Kursiy (Kursi) milik Allah -Azza wa Jalla-.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Artinya, ia lebih besar dibandingkan
langit dan bumi. Inilah yang dijelaskan oleh Allah -Azza wa Jalla- dalam firman-Nya,
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ [البقرة : 255]
“Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah), melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. (QS. Al-Baqoroh : 255)
Kursi adalah tempat kedua kaki
Allah -Azza wa Jalla-. Penafsir Ulung, Abdullah bin Abbas -radhiyallahu anhu- berkata,
الْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ وَالْعَرْشُ لاَ يُقَدِّرُ أَحَدٌ قَدْرَهُ
“Kursi adalah tempat kedua kaki[1]. Sedangkan Arsy tidak ada seorang pun yang mampu
menentukan besarnya”.[2]
Kursi Allah adalah makhluk
terbesar setelah Arsy (singgasana) Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam
sebuah hadits yang shohih dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam-, beliau bersabda,
ما
السماوات السبع في الكرسي إلا كحلقة ملقاة بأرض فلاة وفضل العرش على الكرسي كفضل تلك الفلاة على تلك الحلقة
“Tidaklah langit-langit yang
tujuh dibandingkan Kursi, kecuali seperti sebuah mata rantai yang dibuang di
tanah yang tandus. Sedang kelebihan Arsy dibandingkan Kursi, seperti kelebihan tanah tandus
itu dibandingkan sebuah mata rantai tersebut”. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab
Al-Arsy (no. 58)
dan Abusy Syaikh dalam Al-Azhomah (no. 70), Ibnu Baththoh
dalam Al-Ibanah (no. 136) dan lainnya. Hadits ini
dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam As-Silsilah (1/224/109)]
Ulama Negeri Syam, Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata usai
men-takhrij hadits ini,
“Hadits ini keluar sebagai tafsir
bagi firman Allah -Ta’ala-,
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
“Kursi Allah meliputi langit dan
bumi…“.
Hadits ini gamblang dalam
menjelaskan kedudukan Kursi sebagai makhluk terbesar setelah Arsy dan bahwa
Kursi itu adalah benda yang berdiri sendiri, bukan sesuatu yang yang tidak
memiliki wujud.
Di dalam hadits ini terdapat bantahan
bagi orang yang mentakwil Kursi dengan makna “kerajaan dan luasnya kekuasaan”
sebagaimana yang tertera pada sebagian kitab-kitab tafsir. Adapun yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Kursi adalah “ilmu”, maka atsar itu tidak
shohih sanadnya kepada beliau. Karena, ia termasuk riwayat Ja’far bin Abil
Mugiroh dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas. Atsar itu diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir. Ibnu Mandah berkata, “Ibnu Abil Mughiroh bukan orang yang kuat pada Ibnu
Jubair”. [Lihat Silsilah
Al-Ahadits Ash-Shohihah (1/226)]
Keyakinan Ahlus sunnah wal
Jama’ah bahwa Kursi adalah makhluk terbesar setelah Arsy. Inilah pendapat yang
benar, bukanlah Kursi itu kekuasaan atau ilmu. Bahkan ia adalah makhluk besar
yang memiliki wujud.
Al-Imam Ibnu Abi Zamanain -rahimahullah- berkata,
ومن
قول أهل السنة أن الكرسي بين يدي العرش وأنه موضع القدمين
“Diantara pernyataan Ahlus
Sunnah, bahwa Kursi berada di depan Arsy dan bahwa ia adalah ia adalah tempat
kedua kaki (Allah)”. [Lihat Ushulus
Sunnah (hal.
96) karya Ibnu Abi Zamanain, dengan tahqiq Abdullah bin Muhammad
Al-Bukhoriy, cet. Maktabah Al-Ghuroba’ Al-Atsariyyah, 1415 H ]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata,
الكرسي ثابت بالكتاب والسنة وإجماع السلف
“Kursi adalah tsabit (benar)
berdasarkan Al-Kitab, Sunnah dan ijma’ (kesepakatan) para salaf”. [Lihat Majmu’
Al-Fatawa (6/584)]
Al-Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafiy -rahimahullah- berkata,
وإنما
هو -الكرسي- كما قال غير واحد من السلف بين يدي العرش كالمرقاة إليه
“Kursi hanyalah –sebagaimana yang
dinyatakan oleh para salaf- berada di depan Arsy, laksana tangga menuju Arsy”.
[Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 277), oleh Ibnu Abil Izz, cet.
Al-Maktab Al-Islamiy, 1391 H]
Al-Imam Abu Muhammad Abdul Haqq
Ibnu Athiyyah Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata,
والذي
تقتضيه الأحاديث أن الكرسي مخلوق بين يدي العرش، والعرش أعظم منه
“Yang dituntut (ditetapkan) oleh
hadits-hadits bahwa Kursi adalah makhluk yang ada di depan Arsy. Sedang Arsy
lebih besar dibandingkan Kursi”. [Lihat Al-Muharror
Al-Wajiz (1/336)]
Jadi, Kursi itu termasuk makhluk
terbesar. Namun masih ada lagi makhluk yang lebih besar dibandingkan Kursi,
yaitu Arsy (singgasana) Allah -Azza wa Jalla-.
Saking besarnya ukuran Arsy, ia
dipikul oleh para malaikat yang memiliki postur tubuh yang besar.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ [الحاقة/17]
“Dan pada hari itu delapan orang
malaikat menjunjung (memikul) ‘Arsy Tuhan-mu di atas (kepala) mereka”. (QS. Al-Haaqqoh : 17)
Allah Robbul izzah juga
berfirman,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ [غافر/7]
“(Malaikat-malaikat) yang memikul
‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan
mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman
(seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mukmin : 7)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
-rahimahullah- berkata usai membawakan dua ayat ini,
“Firman Allah ini mengharuskan
(menetapkan) bahwa Allah memiliki Arsy yang dipikul dan mengharuskan bahwa Arsy
itu bukanlah malaikat sebagaimana yang dinyatakan oleh sekelompok orang-orang Jahmiyyah. Karena, para malaikat adalah
kumpulan makhluk. Nah, disini ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memiliki
malaikat-malaikat dari kalangan makhluk-makhluk-Nya yang memikul Arsy-Nya,
sedang malaikat-malaikat lainnya berada di sekitarnya; dan juga menunjukkan
bahwa Arsy pada hari kiamat akan dipikul oleh delapan malaikat”. [Lihat Bayan Talbis
Al-Jahmiyyah fi Ta’sis Bida’ihim Al-Kalamiyyah (1/576) oleh Ibnu Taimiyyah, cet.
Mathba’ah Al-Hukumah, 1392 H]
Malaikat pemikul Arsy digambarkan
kebesarannya oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di dalam sebuah
hadits. Beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِ مِائَةِ عَامٍ
“Telah diizinkan bagiku untuk
menceritakan tentang seorang malaikat diantara malaikat-malaikat pemikul Arsy.
Sesungguhnya apa yang ada diantara dua cuping telinganya sampai ke pundaknya
adalah sejauh perjalanan 700 tahun”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya
(no. 4727). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij
Misykah Al-Mashobih (no.
5728)]
Ini adalah gambaran yang amat
menakjubkan. Seorang malaikat pemikul Arsy memiliki postur tubuh yang amat
mencengangkan. Jarak antara cupingnya saja dengan bahu sejauh perjalanan 700
tahun. Allahu Akbar, Maha Besar Allah yang telah menciptakannya.
Al-Imam Ath-Thibiy –rahimahullah–
berkata,
“Yang dimaksudkan dengan “700 tahun” disini adalah menggambarkan
banyaknya, bukan untuk pembatasan. Karena, bilangan itu lebih cocok dengan
pembicaraan dan lebih memberikan dorongan kepada keadaan. Beliau bersabda,
“Telah diizinkan bagiku…”, untuk memberikan faedah bahwa pengetahuan tentang
perkara gaib adalah perkara yang khusus bagi Allah -Ta’ala-. Akan tetapi
(terkadang) Allah memperlihatkan sebagiannya kepada orang-orang yang Dia
kehendaki. Namun orang yang Allah perlihatkan perkara gaib itu tidak berhak
menceritakannya, kecuali dengan izin-Nya”. [Lihat Faidhul Qodir (1/458) karya
Al-Munawiy]
Dijelaskan dalam sebagian
hadits-hadits bahwa di bawah Arsy (singgasana) Allah -Azza wa Jalla- terdapat
air. Inilah yang dikatakan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam
sabdanya,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Allah telah menulis
takdir-taqdir para makhluk 50 ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit
dan bumi”. Beliau bersabda, “Sedang Arsy-Nya di atas air”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya
(2653) dari Abdullah bin Amer bin Al-Ash -radhiyallahu anhuma-]
Inilah sedikit keterangan tentang
dua makhluk terbesar ini. Jika anda mau memperluas pembahasan, silakan kembali
kepada Kitabul Arsy yang ditulis oleh Ibnu Abi Syaibah dan
Adz-Dzahabiy atau risalah Syaikhul Islam yang berjudul “Ar-Risalah
Al-Arsyiyyah”.
[2] HR. Ad-Darimiy dalam Naqdh
Al-Imam Abi Sa’id Utsman bin Sa’id ala Bisy Al-Marisiy Al-Jahmiy Al-Anid (1/423), Ibnu Khuzaimah dalam Kitab
At-Tauhid (no.
185), Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah (586 & 1020), Ibnu
Abi Syaibah dalam Kitab Al-Arsy (no. 61), Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (no. 12404),
Ath-Thobariy dalam Jami’ Al-Bayan (3/10), Ad-Daruquthniy Ash-Shifat (hal. 30), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2/283), Al-Khothib
dalam Tarikh Baghdad (9/251-252) dan
Al-Harowiy dalam Al-Arba’in (hal. 125). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy
dalam Mukhtashor Al-Uluw (hal. 102/no. 36)
[Sumber: http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/dua-makhluk-yang-terbesar.html]
0 komentar:
Posting Komentar