SEBAB DAN TUJUAN PERANG DALAM
ISLAM
Sejarah mencatat banyak
peperangan yang dilakoni oleh kaum muslimin. Dari sini, para orientalis
memancing di air keruh, mencari celah untuk memojokkan Islam dan kaum muslimin.
Sayangnya, respon umat Islam sangat lemah, terutama dari kalangan pemuda.
Mereka dengan mudah menelan informasi tersebut, tidak kritis, dan malas belajar
agama dan mengkaji sejarah. Akhirnya, para pemuda Islam tersebut terpengaruh
dan terbawa arus. Mereka jadi kecewa dengan pendahulu-pendahulu mereka. Malu
terhadap sejarah perjalanan agama mereka. Hingga akhirnya mereka meninggalkan
agama. Tidak sedikit yang berdiri bersebrangan dan mengkampanyekan anti Islam
dan syariatnya. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian.
Perdamaian adalah asas dari
ajaran Islam. Rasulullah ﷺ mengajarkan para sahabatnya agar
tidak mengandai-andaikan peperangan dan permusuhan. Beliua ﷺ
mengajarkan agar para sahabatnya memohon perdamaian dan keselataman.
Sebagaimana sabdanya,
لاَ
تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَإِذَا
لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian mengharapkan
bertemu dengan musuh (perang), tapi mintalah kepada Allah keselamatan. Dan bila
kalian telah berjumpa dengan musuh, bersabarlah.” (HR. Bukhari no. 2966 dan Muslim
no. 1742).
Realitanya peperangan adalah
keniscayaan. Fitrah manusia cinta kedamaian, namun praktiknya mereka selalu
berselisih dan bermusuhan. Karena itu, untuk menghadapi realita ini beliau ﷺ
tekankan, bila terjadi peperangan, bersabarlah, hadapi, dan jangan lari sebagai
seorang pengecut.
Sebab Islam Memerintahkan Perang
Seorang muslim dididik dengan
akhlak yang mulia melalui Alquran dan sunnah. Kedua wahyu itu selalu
mengedepankan solusi perdamaian dan berupaya menghindari peperangan dan
pertumpahan darah. Lihatlah ayat-ayat tentang perang. Izin berperang barulah
muncul di saat umat Islam memang dihadapkan pada kondisi tempur. Dalam kondisi
tersebut umat Islam harus membela diri dan agama mereka. Allah ﷻ
berfirman,
أُذِنَ
لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللهَ عَلَى نَصْرِهِمْ
لَقَدِيرٌ * الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ
يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ
“Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu)
orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”…” (QS:Al-Hajj
| Ayat: 39-40).
Dalam ayat ini, penyebab
disyariatkannya perang sangat jelas sekali. Yaitu, karena umat Islam dizalimi
dan diusir dari negeri mereka tanpa alasan yang dibenarkan.
Allah ﷻ
berfirman,
وَقَاتِلُوا
فِي سَبِيلِ اللهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ
يُحِبُّ الْـمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di jalan Allah
orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas,
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS:Al-Baqarah | Ayat: 190).
Imam al-Qurthubi mengatakan,
“Ayat ini diturunkan bertutur tentang perang. Tidak ada perselisihan bahwa perang pada
awalnya dilarang. Yaitu
pada masa sebelum hijrah. berdasarkan ayat:
ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ
وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik.” (QS:Fushshilat | Ayat: 34).
Juga firman Allah,
فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاصْفَحْ
“maka maafkanlah mereka dan
biarkan mereka.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 13).
Dan ayat-ayat lainnya yang serupa,
yang diturunkan di Mekah. Ketika umat Islam hijrah ke Madinah, barulah ada
perintah untuk berperang (al-Jami’
al-Ahkam Alquran,
1/718).
Perhatikan penjelasan menarik
dari Imam al-Qurthubi dan dalil-dalil yang beliau bawakan. Dari penjelasannya,
kita dapat memahami dan menyadari asas dari agama Islam adalah kedamaian dan
menempuh jalan-jalan untuk damai. Seperti membalas sikap buruk dengan tidak
melayani, memaafkan, bahkan membalas dengan yang lebih baik. Lalu mengapa Islam
mengjarkan berperang? Karena memang kondisi menuntut berperang. Karena saat itu
perang menjadi solusi. Sebagaimana dokter mengambil langkah operasi atau
amputasi, karena saat itu operasi dan amputasi menjadi solusi. Jika tidak, maka
dokter hanya menyarankan pasiennya istirahat atau minum obat.
Setelah perintah perang turun,
nilai-nilai mulia pun tetap diperhatikan. Ada normanya: وَلاَ
تَعْتَدُوا (jangan kamu melampaui batas), إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْـمُعْتَدِينَ (Allah benci orang-orang yang
melampaui batas). Allah ﷻ tidak menyukai permusuhan,
walaupun terhadap non muslim. Inilah ajaran kasih sayang dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Ada yang berkomentar, Islam
memerintahkan berperang dan mengancam permaian berdasarkan ayat:
وَقَاتِلُوا
الْـمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
“dan perangilah kaum musyrikin
itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya.”
(QS:At-Taubah | Ayat: 36).
Benarlah kata para ulama, di
setiap ayat yang dijadikan dasar argumen para penyebar syubhat dan kerancuan,
dalam ayat itu pula terdapat sanggahan argumennya. Perintah perang disini
terikat akan kondisi. Ada kata “sebagaimana”. Mengapa Islam memerintahkan
memerangi semua orang-orang musyrik, karena semua orang tersebut memerangi umat
Islam. Artinya, hanya semua yang memerangi yang diperangi. Yang tidak turut
berperang, tidak boleh diperangi.
Dalam kondisi damai, memusuhi non
muslim harus dengan alasan yang jelas. Misalnya orang non muslim menjarah,
melakukan pembunuhan, mengambil hak seorang muslim, atau non muslim tersebut
melarang umat Islam menyebarkan agamanya.
Ayat lainnya yang menegaskan
adanya syariat berperang dalam Islam adalah:
أَلَا
تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ
وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ
تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Mengapakah kamu tidak memerangi
orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras
kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?
Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu
takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS:At-Taubah | Ayat: 13).
Ayat ini berkenaan dengan
orang-orang Mekah yang memulai permusuhan terhadap umat Islam. Mereka telah
menyebabkan Rasulullah ﷺ keluar dari Mekah. Mereka yang
memulai terjadinya Perang Badr. Mereka pula yang telah membatalkan perjanjian
damai di Hudaibiyah.
Jadi, penyebab perang dalam Islam
sangat jelas. Karena orang-orang non Islam yang terlebih dahulu memerangi kaum
muslimin. Hal ini juga yang terjadi pada peperangan-perangan di zaman Khulafaur
Rasyidin.
Penaklukkan-penaklukkan umat
Islam di berbagai wilayah dilatar-belakangi oleh tindakan ofensif orang-orang
non Islam. Umat Islam tidak memerangi orang-orang yang tidak memerangi mereka.
Tujuan Perang
Dengan syariat perang ini, umat
Islam bisa membela diri dan keluarga mereka. Mempertahankan agama dan wilayah
mereka. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang setelah sebelumnya orang-orang
non Islam mengusiknya. Kemudian dakwah juga tersebar kepada seluruh manusia.
Karena terbebas dari perbudakan kepada sesama makhluk –dengan menyembah mereka-
adalah hak asasi setiap manusia. Dan Islam membebaskan manusia dari peribadatan
kepada sesama makhluk.
Selain itu syariat perang juga
mengajarkan kepada orang-orang non Islam agar menepati perjanjian yang telah
disepakati bersama.
Sejarah Membuktikan
Bukti bahwasanya Islam berasaskan
perdamaian dan peperangannya membawa nilai-nilai kemanusiaan adalah:
Wilayah-wilayah yang dimasuki umat Islam melalui peperangan semula
masyarakatnya adalah masyarakat non Islam. Setelah umat Islam masuk ke wilayah
tersebut, mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Padahal tidak ada dalam
sejarah umat Islam melakukan pemaksaan apalagi pembantaian jika penduduk
wilayah taklukkan tidak mengubah agama mereka.
Lihatlah Mesir, Palestina,
Suriah, Jordania, Irak, Maroko, Tunisia, Turki, dll. yang semula dikuasai
Romawi dan Persia, penduduknya menganut agama Nasrani dan Majusi, berubah
menjadi masyarakat kaum muslimin.
Lihatlah siapa yang membatalkan
dan mengkhianati perjanjian. Islam pun memberi pelajaran kepada mereka agar
tidak curang terhadap perjanjian.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar