Apakah
Setiap Berdo’a Harus Mengangkat Tangan?
Disusun
oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST Sumber: Berbagai Fatwa Ulama
Besar Saudi Arabia Inilah yang masih
belum dipahami sebagian orang. Mereka menganggap bahwa setiap berdoa harus
mengangkat tangan, semacam ketika berdoa sesudah shalat. Untuk lebih jelas
marilah kita melihat beberapa penjelasan berikut. Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanyakan, “Bagaimanakah kaedah (dhobith)
mengangkat tangan ketika berdo’a?” (Liqo’at Al Bab Al Maftuh, 51/13, Asy
Syabkah Al Islamiyah) Beliau
–rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus : Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan : Pertama, ada dalil yang menunjukkan
untuk mengangkat tangan. Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat
tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a meminta diturunkannya
hujan. Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat
istisqo’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Contoh lainnya adalah
mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shofa dan Marwah, berdo’a di Arofah,
berdo’a ketika melempar Jumroh Al Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumroh Al
Wustho. Oleh karena itu, ketika menunaikan haji ada enam tempat (yang
dianjurkan) untuk mengangkat tangan (ketika berdo’a) yaitu : [1] ketika berada
di Shofa, [2] ketika berada di Marwah, [3] ketika berada di Arofah, [4] ketika
berada di Muzdalifah setelah shalat shubuh, [5] Di Jumroh Al Ula di hari-hari
tasyriq, [6] Di Jumroh Al Wustho di hari-hari tasyriq. Kondisi semacam ini
tidak diragukan lagi dianjurkan untuk mengangkat tangan ketika itu karena
adanya petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini. Kedua,
tidak ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Contohnya adalah do’a
di dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a istiftah
: Allahumma ba’id baini wa baina khothoyaya kama ba’adta bainal masyriqi wal
maghribi …; juga membaca do’a duduk di antara dua sujud : Robbighfirli; juga
berdo’a ketika tasyahud akhir; namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
mengangkat tangan pada semua kondisi ini. Begitu pula dalam khutbah Jum’at,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a namun beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya kecuali jika meminta hujan (ketika
khutbah tersebut). Barangsiapa mengangkat tangan dalam kondisi-kondisi ini dan
semacamnya, maka dia telah terjatuh dalam perkara yang diada-adakan dalam agama
(alias bid’ah) dan melakukan semacam ini terlarang.Ketiga, tidak ada dalil yang
menunjukkan mengangkat tangan ataupun tidak. Maka hukum asalnya adalah
mengangkat tangan karena ini termasuk adab dalam berdo’a. Hal ini berdasarkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesunguhnya Allah Maha Pemalu lagi
Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan
tangan kepada-Nya , lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa..”
(HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556. Syaikh Al Albani dalam Shohih
wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga pernah menceritakan seseorang yang menempuh perjalanan
jauh dalam keadaan kusut dan penuh debu, lalu dia mengangkat kedua tangannya ke
langit seraya mengatakan : “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Padahal makanannya itu
haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dari yang haram. Bagaimana
mungkin do’anya bisa dikabulkan? (HR. Muslim no. 1015) Dalam hadits tadi, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan mengangkat kedua tangan sebagai sebab terkabulnya do’a. Inilah pembagian keadaan dalam
mengangkat tangan ketika berdo’a. Namun, ketika keadaan kita mengangkat tangan, apakah setelah memanjatkan do’a diperbolehkan mengusap wajah
dengan kedua tangan? Yang lebih tepat adalah tidak
mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sehabis berdo’a karena hadits yang
menjelaskan hal ini adalah hadits yang lemah (dho’if) yang tidak dapat
dijadikan hujjah (dalil). Apabila kita melihat seseorang membasuh wajahnya
dengan kedua tangannya setelah selesai berdo’a, maka hendaknya kita jelaskan
padanya bahwa yang termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
tidak mengusap wajah setelah selesai berdo’a karena hadits yang menjelaskan hal
ini adalah hadits yang lemah (dho’if). Hukum Mengangkat Tangan untuk
Berdo’a Sesudah Shalat Fardhu Pembahasan berikut adalah
mengenai hukum mengangkat tangan untuk berdo’a sesudah shalat fardhu.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita telah mendapat pencerahan bahwa memang
mengangkat tangan ketika berdo’a adalah salah satu sebab terkabulnya do’a.
Namun, apakah ini berlaku dalam setiap kondisi? Sebagaimana penjelasan Syaikh
Ibnu Utsaimin di atas bahwa hal ini tidak berlaku pada setiap kondisi. Ada
beberapa contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa
beliau tidak mengangkat tangan ketika berdo’a. Agar lebih jelas, mari kita
perhatikan penjelasan Syaikh Ibnu Baz mengenai hukum mengangkat tangan ketika
berdo’a sesudah shalat. Beliau –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawanya (11/181)
mengatakan :
Tidak
disyari’atkan untuk mengangkat kedua tangan (ketika berdo’a) pada kondisi yang
kita tidak temukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tangan
pada saat itu. Contohnya adalah berdo’a ketika selesai shalat lima waktu,
ketika duduk di antara dua sujud (membaca do’a robbighfirli, pen) dan ketika
berdo’a sebelum salam, juga ketika khutbah jum’at atau shalat ‘ied. Dalam
kondisi seperti ini hendaknya kita tidak mengangkat tangan (ketika berdo’a)
karena memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan demikian
padahal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri tauladan kita dalam
hal ini. Namun ketika meminta hujan pada saat khutbah jum’at atau khutbah ‘ied,
maka disyariatkan untuk mengangkat tangan sebagaimana dilakukan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka ingatlah
kaedah yang disampaikan oleh beliau –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawanya
(11/181) berikut :
“Kondisi
yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengangkat
tangan, maka tidak boleh bagi kita untuk mengangkat tangan. Karena perbuatan
Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam termasuk sunnah, begitu pula apa yang beliau
tinggalkan juga termasuk sunnah.”
Bagaimana
Jika Tetap Ingin Berdo’a Sesudah Shalat? Ini dibolehkan, namun setelah
berdzikir, dengan catatan
tidak dengan mengangkat tangan. Syaikh Ibnu Baz –rahimahullah- dalam Majmu’
Fatawanya (11/178) mengatakan :
“Begitu
pula berdo’a sesudah shalat lima waktu setelah selesai berdzikir, maka tidak
terlarang untuk berdo’a ketika itu karena terdapat hadits yang menunjukkan hal
ini. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak perlu mengangkat tangan ketika itu.
Alasannya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan demikian.
Wajib bagi setiap muslim senantiasa untuk berpedoman pada Al Kitab dan As
Sunnah dalam setiap keadaan dan berhati-hati dalam menyelisihi keduanya.
Wallahu waliyyut taufik.”
Mengangkat
Tangan Untuk Berdo’a Sesudah Shalat Sunnah Syaikh Ibnu Baz –rahimahullah-
dalam Majmu’ Fatawanya (11/181) mengatakan : Adapun shalat sunnah, maka aku
tidak mengetahui adanya larangan mengangkat tangan ketika berdo’a setelah
selesai shalat. Hal ini berdasarkan keumuman dalil. Namun lebih baik berdo’a
sesudah selesai shalat sunnah tidak dirutinkan. Alasannya, karena tidak
terdapat dalil yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan hal ini. Seandainya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukannya, maka hal tersebut akan dinukil kepada kita karena kita ketahui
bahwa para sahabat –radhiyallahu ‘anhum jami’an- rajin untuk menukil setiap
perkataan atau perbuatan beliau baik ketika bepergian atau tidak, atau kondisi
lainnya. Adapun hadits yang masyhur (sudah tersohor di tengah-tengah umat)
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di dalam shalat, seharusnya
engkau merendahkan diri dan khusyu’. Lalu hendaknya engkau mengangkat kedua
tanganmu (sesudah shalat), lalu katakanlah : Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!”
Hadits ini adalah hadits yang dho’if(lemah), sebagaimana hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Rajab dan ulama lainnya. Wallahu waliyyut taufiq. Semoga Allah senantiasa
memberikan pada kita ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang
diterima. Yang selalu mengharapkan
ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal, ST
Rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar