13 Adab dalam Berdoa
13 Adab dalam Berdoa
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, di sini saya ingin bertanya tentang permasalahan adab-adab dalam berdoa, dan
terus bagaimana tata cara berdoa yang dicontohkan Rasulullah SAW?
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, di sini saya ingin bertanya tentang permasalahan adab-adab dalam berdoa, dan
terus bagaimana tata cara berdoa yang dicontohkan Rasulullah SAW?
syukron jazakallah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari: Yudhy
Jawaban:
Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
13 Adab berdoa
Pertama, Mencari Waktu yang
Mustajab
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore
hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ينزل
الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من
يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku
kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan
pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
Kedua, Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika
perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa
menjelang berbuka.Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan,
“Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang
berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah
untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklahberdoa.” (HR. Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklahberdoa.” (HR. Muslim)
Ketiga, Menghadap Kiblat dan
Mengangkat Tangan
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan:
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau
menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya
(wajah menghadap telapak tangan). (HR. Thabrani)
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
Keempat, Dengan Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا
تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra:
110)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi
Zakariya ‘alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara
lirih.
ذِكْرُ
رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan
kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3)
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
ادْعُوا
رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf: 55)
Dari Abu Musa radhiallahu’anhu bahwa suatu
ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingatkan,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ
أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian
tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian,
Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)
Kelima, Tidak Dibuat
Bersajak
Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ادْعُوا
رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf: 55)
Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.
Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.
Keenam, Khusyu’, Merendahkan
Hati, dan Penuh Harap
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُمْ
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
(QS. Al-Anbiya’: 90)
Ketujuh, Memantapkan Hati Dalam Berdoa dan Berkeyakinan Untuk Dikabulkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا
يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه
لا مُكرِه له
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah,
ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’.
Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia
mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk
mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa
dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ادعوا
الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan
lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)
Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi
doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia
ucapkan tanpa direnungkan isinya.
Kedelapan, Mengulang-ulang Doa
dan Merengek-rengek Dalam Berdoa
Misalnya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah
hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia
ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam
berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari
perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan
mengabulkan doaku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ
لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia
mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak
kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا
يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا
رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر
عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak
terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud
terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata,
‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya
dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah
dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku
berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk
meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baguku.”
Kesepuluh, Memulai Doa dengan
Memuji Allah dan Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat
yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita
memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan
tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-buru.” kemudian beliau bersabda,
إذا
صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه
وسلم ثم يدعو بما شاء
“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji
dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan
dishahihkan Al-Albani)
Kesebelas, Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar
untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan
mudah dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak
taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا
تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ،
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ
اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku
cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah
kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya
maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan
kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar
bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas
mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali
karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan
taubat…”
Kedua Belas, Hindari Mendoakan
Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri, Anak, Maupun Keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa
dengan doa yang buruk,
وَيَدْعُ
الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)
وَلَوْ
يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ
إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia
seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur
mereka (binasa).” (QS. Yunus: 11)
Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk
dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا
تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على
أموالكم، لا توافق من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم
“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian,
jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk
pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi
ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab,
pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا
يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu
Daud)
Ketiga Belas, Menghindari Makanan dan Harta Haram
Makanan yang
haram menjadi sebab tertolaknya doa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ
أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا
تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ
أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ
وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ
بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib
(baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang
diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah
makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami
rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan
karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan
berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai
Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya
dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan
yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)
Penutup
Mungkin banyak di antara
kita pernah lama berdoa meminta sesuatu kepada Allah, namun belum juga
dikabulkan. Dalam menghadapi kondisi tersebut, setiap kita mungkin sikapnya
berbeda-beda. Orang pertama pantang menyerah, tetap saja berdoa, hingga
dikabulkan Allah atau kedahuluan dijemput ajal. Orang kedua memilih untuk putus
asa, lalu tidak lagi berdoa. Dan orang ketiga mulai bersu’uzhan kepada Allah. Ia berkata, “Kayaknya Allah
sudah tidak peduli lagi dengan diriku!”.
Orang kedua dan ketiga
bisa bersikap demikian, kemungkinan besar karena mereka belum begitu mengenal
siapa Allah. Kurang menyadari luasnya rahmat dan karunia Allah. Padahal dalam
kondisi apapun, orang yang berdoa itu tidak akan rugi. Entah doanya dikabulkan
atau tidak.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ
لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا
إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا” قَالُوا: “إِذًا نُكْثِرُ”، قَالَ: “اللهُ أَكْثَرُ”
“Setiap muslim yang berdoa dan
doanya tidak bermuatan dosa ataupun memutus silaturrahim; pasti Allah akan
karuniakan padanya salah satu dari tiga hal.
1. Akan segera dikabulkan doanya. Atau;
2. Akan ditabung sebagai pahala di akhirat. Atau;
3. Akan dihindarkan dari marabahaya yang sepadan dengan isi doanya.
Para sahabatpun berkomentar,
“Jika demikian, kami akan perbanyak berdoa!”. Beliau menimpali, “Allah itu
lebih banyak lagi (karunianya)”.HR. Ahmad dari Abu Sa’id
al-Khudryradhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Albany.
Jadi, setiap doa yang benar
yang dipanjatkan oleh seorang mukmin itu pasti dikabulkan oleh Allah ta’ala. Sebab itulah isi janji-Nya. Tidak mungkin
Dia ingkar janji. Dalam sebuah ayat al-Qur’an telah ditegaskan,
“وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ”
Artinya: “Rabb kalian telah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku; niscaya akan
Aku kabulkan”.QS. Ghafir (40): 60.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi
Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Materi terkait:
1. Hukum Mengheningkan Cipta.
2. Doa Tidak Dikabulkan Tanpa Shalawat.
3. Lafal “Amin” yang Benar.
4. Keutamaan Doa dengan Suara Lirih.
5. Tata Cara Doa Sesuai Tuntunan.
2. Doa Tidak Dikabulkan Tanpa Shalawat.
3. Lafal “Amin” yang Benar.
4. Keutamaan Doa dengan Suara Lirih.
5. Tata Cara Doa Sesuai Tuntunan.
0 komentar:
Posting Komentar