Assalamualaikum wr,wb
Ustadz mohon pencerahannya, saya laki laki (single) umur 28
tahun, saya memiliki teman seorang wanita yg sudah berkeluarga, singkat cerita
teman saya ini memiliki masalah dengan suaminya, yg suka selingkuh dan pemabuk
berat, kelakuan suaminya ini baru diketahui setelah setahun pernikahan mereka.
Teman saya ini cukup akrab dengan saya karena kita satu kantor,
meskipun bgtu, biasanya dia menghubungi saya hanya untuk menanyakan masalah
kerjaan saja, tidak ada basa basi lain, lama kelamaan ntah kenapa dia jadi
curhat tentang masalah keluarganya yang sudah lama ia pendam sendiri, dan
akhirnya dia mengungkapkan bahwa dia sudah tidak mampu mencintai suaminya
seperti dulu, karena menurutnya suaminya sudah tidak bisa diajak berkomunikasi
secara serius, setiap di ajak bicara suaminya hanya diam dan pergi, tanpa
memberikan tanggapan, kemudian pulang seperti tidak ada masalah apa apa.
Teman saya ini benar benar sudah kehabisan kesabaran menghadapi
suaminya dan tidak tahu harus berbuat apa, mendengar itu sbagai teman yang dimintai pendapat, saya pun berusaha memberikan
solusi yg terbaik untuk keutuhan rumah tangga mereka, dengan menganjurkan untuk mengkomunikasikan
masalah tersebut kepada orang tua, saya takut nanti dikira mencampuri urusan rumah
tangga orang, karena waktu itu saya memang tidak ada perasaan apa apa, hanya
sebatas teman, dan memang tidak ada riwayat seblumnya (bukan mantan pacar).
Namun setelah sekian lama diam diam ternyata teman saya ini
menaruh hati kepada saya, sehingga dia intens berkomunikasi dengan saya, dia sering ngasih perhatian kepada saya, menanyakan kabar,
mengingatkan makan, sholat dll, bahkan dia memanggil saya dengan sebutan
mesra meskipun semua itu hanya lewat sms, awalnya saya menolak panggilan
itu, namun akhirnya saya biarkan juga.
Ssekian lama waktu berselang akhirnya ada perasaan iba dan
sayang juga di hati saya, sehiggga kita pun lebih sering berkomunikasi seperti
layaknya orang yang berpacaran, meskipun topik obrolannya cuma menanyakan
kegiatan sehari hari, namun semakin kesini saya sadar bahwa posisi saya ini
tidak benar, kemudian saya bilang kpd teman saya untuk menghentikan hubungan
ini, sebelum kita terjerumus kedalam zina yang lebih parah, teman saya bilang
“oke, kalo begitu bagaimana kalo kita menjalani hubungan ini lebih serius?
Sampai disini saya bingung ustadz, saya harus jawab apa,
sepertinya teman saya ini benar benar sudah mantap dengan pilihannya, terus
terang saya tidak mampu membohongi diri bahwa ada rasa sayang kepada teman saya ini, tapi disisi lain saya juga merasa bersalah karena menerima cintanya dalam posisi dia sekarang yang masih bersuami.
terang saya tidak mampu membohongi diri bahwa ada rasa sayang kepada teman saya ini, tapi disisi lain saya juga merasa bersalah karena menerima cintanya dalam posisi dia sekarang yang masih bersuami.
Mohon pendapatnya ustadz.
2.
Bagaimana kalo dia benar2 menceraikan suaminya dan mau menikah
dengan saya? Apakah saya ikut berdosa?
3.
Menurut islam apakah diperbolehkan apabila terjadi pernikahan
diantara kami? Tentu saja setelah si wanita menyelesaikan urusannya.
Mohon pencerahanynya ustad, terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Dari: Hamba Allah Inisial Hdr.
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kejadian yang anda alami merupakan salah satu dari sejuta dampak
buruk wanita karier, yang bekerja di luar rumah tanpa batasan dan aturan
syariat. Bergaul dengan lingkungan kerja, bercampur antara lelaki dan wanita.
Berawal dari komunikasi sederhana, dilanjut dengan saling
curhat, hingga tertanam cinta karena syahwat. Lebih parah lagi, ketika kejadian
itu dialami oleh mereka yang telah berkeluarga. Karena interaksi lawan jenis
yang tidak halal, Allah cabut rasa cintanya terhadap keluarganya, digantikan dengan
kehadiran orang baru dalam hatinya. Disadari maupun tidak, sejatinya itu
merupakan hukuman bagi orang yang telah bisa menikmati segala yang haram, Allah
hilangkan dari dirinya untuk bisa menikmati sesuatu yang halal.
Dosa Takhbib
Diantara dosa besar yang mungkin jarang diketahui oleh kaum
muslimin adalah dosa takhbib. Menjadi penyebab percerian dan kerusakan rumah
tangga. Karena kehadirannya, membuat seorang wanita menjadi benci suaminya dan
meminta untuk berpisah dari suaminya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
banyak hadis, memberikan ancaman keras untuk pelanggaran semacam ini.
Diantaranya,
1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ امرَأَةً عَلَى زَوجِهَا
”Bukan bagian dariku seseorang yang melakukan takhbib terhadap
seorang wanita, sehingga dia melawan suaminya.” (HR. Abu Daud 2175 dan dishahihkan al-Albani)
2. Juga dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallambersabda,
وَمَنْ أَفْسَدَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا فَلَيْسَ مِنَّا
”Siapa yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya maka
dia bukan bagian dariku.” (HR. Ahmad 9157 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Dalam penjelasannya tentang bahaya cinta buta, Ibnul Qoyim
menjelaskan tentang dosa takhbib,
وقد لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم من فعل ذلك ، وتبرأ منه ،
وهو من أكبر الكبائر ، وإذا كان النبي صلى الله عليه وسلم قد نهى أن يخطب الرجل
على خطبة أخيه وأن يستام على سومه : فكيف بمن يسعى بالتفريق بينه وبين امرأته
وأمته حتى يتصل بهما
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melaknat orang yang melakukan takhbib, dan beliau berlepas diri dari pelakunya.
Takhbib termasuk salah satu dosa besar. Karena ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk meminang wanita yang telah
dilamar oleh lelaki lain, dan melarang seseorang menawar barang yang sedang
ditawar orang lain, maka bagaimana lagi dengan orang yang berusaha memisahkan
antara seorang suami dengan istrinya atau budaknya, sehingga dia bisa menjalin
hubungan dengannya. (al-Jawab al-Kafi, hlm. 154).
Bahkan, karena besarnya dosa takhbib, Syaikhul Islam melarang
menjadi makmum di belakang imam yang melakukan takhbib, sehingga bisa menikahi
wanita tersebut. (Majmu’ Fatawa, 23/363).
Makna Takbib
Dalam Syarah Sunan Abu Daud Adzim Abadi (w. 1329 H) menjelaskan,
takhbib secara bahasa artinya menipu dan merusak. Dengan menyebut-nyebut
kejelekan suami di hadapan istrinya atau kebaikan lelaki lain di depan wanita
itu. (Aunul Ma’bud, 6/159).
Di bagian lain, beliau juga menyebutkan,
مَنْ خَبَّب زوجة امرئ أي خدعها وأفسدها أو حسن إليها الطلاق
ليتزوجها أو يزوجها لغيره أو غير ذلك
‘Siapa yang melakukan takhbib terhadap istri seseorang’ maknanya
adalah siapa yang menipu wanita itu, merusak keluarganya atau memotivasinya
agar cerai dengan suaminya, agar dia bisa menikah dengannya atau menikah dengan
lelaki lain atau cara yang lainnya. (Aunul Ma’bud, 14/52).
Ad-Dzahabi mendefinisikan takhbib,
إفساد قلب المرأة على زوجها
”Merusak hati wanita terhadap suaminya.” (al-Kabair, hal. 209).
Dalam Fatwa Islam, usaha memisahkan wanita dari suaminya, tidak
hanya dalam bentuk memotivasi si wanita untuk menuntut cerai dari suaminya.
Yang juga termasuk takhbib adalah ketika seseorang memberikan perhatian,
empati, menjadi teman curhat terhadap wanita yang sedang ada masalah dengan
keluarganya.
وإفساد الزوجة على زوجها ليس فقط بأن تطلب منها الطلاق ، بل إن
محاولة ملامسة العواطف والمشاعر ، والتسبب في تعليقها بك أعظم إفساد ، وأشنع مسعى
يمكن أن يسعى به بين الناس .
”Merusak hubungan istri dengan suaminya, tidak hanya dalam
bentuk memotivasi dia untuk menggugat cerai. Bahkan semata upaya memberikan
empati, belas kasihan, berbagi rasa, dan segala sebab yang membuat si wanita
menjadi jatuh cinta kepadamu, merupakan bentuk merusak (keluarga) yang serius,
dan usaha paling licik yang mungkin bisa dilakukan seseorang.” (Fatwa Islam,
no. 84849)
Memahami hal ini, berhati-hatilah dalam bergaul dengan lawan
jenis siapapun dia. Bisa jadi pada awalnya seseorang memiliki niat baik, niat
saling menolong, niat merasa kasihan, perlu ada teman untuk berbagi rasa. Kan
gak ada masalah kalo cuma jadi teman curhat, yang penting gak ada perasaan
apa-apa. Kita kan niatnya baik, saling mengingatkan dan menasehati. Saya merasa
dekat dengan Allah semenjak kenal dia, kita saling mengingatkan untuk tahajud,
untuk puasa sunah, saya menjadi rajin ibadah karena nasehatnya, hatiku merasa
nyaman dan tentram bersamanya, semoga dia menjadi pasanganku di surga…, dan
seabreg khayalan kasmaran lainnya.
Ibnul Jauzi menukil nasehat dari Al-Hasan bin Sholeh yang
mengatakan,
إن الشيطان ليفتح للعبد تسعة وتسعين بابا من الخير يريد به بابا من
الشر
“Sesungguhnya setan membukan 99 pintu kebaikan, untuk
menjerumuskan orang ke dalam satu pintu keburukan.” (Talbis Iblis, hlm. 51).
Waspada bagi para lelaki, jangan sampai menerima curhat wanita
tentang keluarganya. Bisa jadi ini langkah pembuka Iblis untuk semakin
menjerumuskan anda. Terkecuali jika anda seorang ulama, tokoh agama, yang
berhak memberikan fatwa dengan ilmunya. Anda bisa menjelaskan halal-haram satu
masalah.
Semoga Allah, menyelamatkan kita dari bahaya besar lingkungan
yang kurang memperhatikan adab pergaulan.
Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar