Salah tidak memarahi ibu yang telah berbuat dosa ??
Dari: Miranda
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Salah satu adab terhadap orang tua yang Allah ajarkan kepada
kita adalah berkata lembut dan tidak boleh menghardiknya atau membentaknya.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
di dekatmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra: 23)
Sampaipun orang tua memaksa anaknya untuk berbuat syirik, Allah
perintahkan agar kita tetap bersikap lembut kepadanya, tanpa harus mentaatinya,
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Jika keduanya memaksamu untuk berbuat syirik dengan
mempersekutukan aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (QS. Luqman: 15).
Dan tentu kita tahu, syirik adalah dosa dan maksiat terbesar
secara mutlak. Sekalipun dalam kondisi mereka melakukan kesyirikan dan bahkan
memaksa kita untuk berbuat syirik, Allah tidak mengizinkan kita untuk bersikap
kasar kepada orang tua, terutama ibu.
Nabi Ibrahim dan Ayahnya
Cerita ini mungkin sudah sangat akrab di telinga kita. Seorang
nabi pemimpin ahli tauhid memiliki ayah penyembah berhala. Sekalipun sang ayah
mengancam hendak melempari batu Ibrahim, beliau tetap memperlakukan ayahnya
dengan sopan.
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ
وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku,
mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak
dapat menolong kamu sedikitpun?
Pada ayat di atas, Ibrahim memanggil ayahnya dengan panggilan:
’Ya Abati’ [يَا أَبَتِ], itu panggilan lembut untuk sang ayah. Ibrahim tidak memanggil
ayahnya denagn ’Ya Abi’, karena lebih kasar dari pada yang pertama.
Anda lihat, bagaimana sikap ayahnya kepada Ibrahim,
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ
لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
Berkata bapaknya: “Apakah kamu benci kepada tuhan-tuhanku, hai
Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah
aku buat waktu yang lama”.(QS. Maryam: 46)
Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis shalatu was salam tetap mengingatkan
ayahnya, mendakwahi ayahnya yang melakukan rajanya maksiat, untuk bertaubat dan
kembali kepada Allah. Namun bukan dengan cara membentak, memarahi, tapi dengan
cara lembut.
Karena mereka memiliki jasa besar kepada anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar