Ada beberapa tips yang moga bermanfaat bagi Anda yang sedang
mencari kerja.
1-
Pahamilah, Setiap Jiwa Tidak Akan Mati Sampai Rezekinya Sempurna
Ingat, setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna.
Kalau sudah ada jaminan demikian, setiap yang bekerja teruslah bekerja, jangan
khawatir dengan jatah rezekinya.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى
تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ
يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛
فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam
batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia
habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki
mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena
rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits
shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihahno. 2866).
Dalam hadits di atas diperintahkan untuk mencari rezeki dengan
cara yang halal. Janganlah rezeki tadi dicari dengan cara bermaksiat atau
dengan menghalalkan segala cara. Kenapa ada yang menempuh cara yang haram dalam
mencari rezeki? Di antaranya karena sudah putus asa dari rezeki Allah
sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
2-
Cari Pekerjaan yang Halal, Jauhi yang Haram
Dalam mencari pekerjaan berusalah untuk menyeleksi pekerjaan.
Carilah yang halal dan jauhilah yang haram. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ
تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang
hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya,
walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang
halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no.
2144. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits inishahih).
Jika cara yang ditempuh adalah cara yang halal, tentu akan
berpengaruh pada ampuhnya do’a. Sebaliknya, yang ditempuh adalah cara yang
tidak halal, lihat saja bagaimana akibat buruknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ
ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang
seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya
kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya
berdo’a: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan
dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)
Yusuf bin Asbath berkata,
بَلَغَنَا
أنَّ دُعَاءَ العَبْدِ يَحْبِسُ عَنِ السَّمَاوَاتِ بِسُوْءِ المطْعَمِ
“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di
langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”
Lihatlah para salaf sangat memperhatikan apa yang mereka
masukkan dalam perutnya. Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqash,
تُسْتَجَابُ
دَعْوَتُكَ مِنْ بَيْنَ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ – ؟ فَقَالَ : مَا رَفَعْتُ إِلَى فَمِي لُقْمَةً إِلاَّ وَأَنَا
عَالِمٌ مِنْ أَيْنَ مَجِيْئُهَا ، وَمِنْ أَيْنَ خَرَجَتْ
“Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?”
“Aku tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan aku mengetahui
dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad.
Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata,
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ دَعْوَتَهُ ، فَلْيُطِبْ طُعْمَتَهُ
“Siapa yang berharap do’anya dikabulkan oleh Allah, maka
perbaikilah makanannya.” (Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 275-276)
3- Cari Berkah dalam
Pekerjaan, Bukan Besarnya Gaji
Ada sahabat yang pernah bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَىُّ
الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling
baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad
4: 141, hasan lighoirihi)
Kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa para sahabat tidak
bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak penghasilannya. Namun yang mereka
tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi). Sehingga dari sini kita tahu bahwa tujuan
dalam mencari rezeki adalah mencari yang paling berkah, bukan mencari manakah
pekerjaan yang penghasilannya paling besar. Karena penghasilan yang besar belum
tentu berkah. Demikian penjelasan berharga dari Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al
Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 6: 10.
Pekerjaan yang gajinya besar pun kadang sampai melalaikan dari
ibadah seperti shalat. Sungguh mengkhawatirkan.
4-
Jauhkan Diri dari Pekerjan Meminta-Minta
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ
فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan
datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)
Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ
سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia
seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad 4: 165.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lain)
Perlu dipahami bahwa hanya tiga orang yang diperbolehkan
meminta-minta sebagaimana disebutkan dalam hadits Qabishah, di mana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا
قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لاَ تَحِلُّ إِلاَّ لأَحَدِ ثَلاَثَةٍ رَجُلٍ
تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ
يُمْسِكُ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ
حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ –
وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلاَثَةٌ مِنْ ذَوِى الْحِجَا مِنْ
قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلاَنًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى
يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – فَمَا
سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا
سُحْتًا
“Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali
untuk tiga orang:
(1) seseorang yang
menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia
boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga
orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa
kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran
hidup.
Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram
dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram.” (HR. Muslim no. 1044)
Patut dipahami bahwa orang miskin yang sebenarnya adalah seperti
yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah berikut, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ
الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ
إِلْحَافًا
“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua
suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan,
lantas ia malu atau tidak meminta dengan cara mendesak.” (HR. Bukhari no. 1476). Orang miskin berarti bukan pengemis.
Orang miskin adalah yang sudah bekerja, namun tetap belum mencukupi kebutuhan
pokoknya.
5- Cari Pekerjaan yang
Tidak Menyengsarakan Orang Lain
Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang
sehingga mematikan stok barang di pasaran, terutama untuk barang kebutuhan
pokok yang diperlukan masyarakat banyak. Dalam hadits disebutkan,
لاَ
يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang
yang berdosa.” (HR. Muslim no. 1605).
Apa hikmah terlarangnya menimbun barang?
Imam Nawawi berkata, “Hikmah terlarangnya menimbun barang karena
dapat menimbulkan mudarat bagi khalayak ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).
Namanya orang yang berutang, rata-rata adalah rakyat kecil atau
mereka memang orang yang butuh. Apakah pantas orang yang butuh semacam itu
disengsarakan? Rata-rata pula orang bisa stress dan bahkan bisa gantung diri
hanya karena tumpukan utang pada para rentenir. Karena prinsip utang di zaman
ini hanyalah untuk mencari untung. Dan itu menyengsarakan rakyat jelata sama
halnya menimbun barang yang penulis singgung di atas.
Bahkan di tempat kami di Gunungkidul, rata-rata yang gantung
diri atau bunuh diri adalah karena masalah utang yang berat yang mesti dilunasi
di rentenir. Bahkan tingkat bunuh diri di Gunungkidul dapat dibilang sangat
tinggi. Sebab utama karena masalah ekonomi yaitu numpuknya utang. Bank saat ini
tak jauh dari kerjaan para rentenir walau mungkin bunganya lebih ringan. Tetapi
riba tetap haram tak pandang ringannya. Karena para ulama menyepakati, “Setiap utang piutang yang di dalamnya meraup keuntungan (ada
manfaat yang diambil), maka itu adalah riba.”
6-
Banyak Do’a Supaya dapat Rezeki yang Halal
Tanpa do’a dan tanpa banyak memohon pada Allah, kita sulit
mendapatkan yang halal. Hanya dengan banyak terus memohon pada Allah, kita akan
dipermudah untuk raih yang halal.
Cobalah terus meminta pada Allah untuk mendapatkan pekerjaan
yang halal sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ajarkan berikut ini,
اللَّهُمَّ
اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi
fadhlika ‘amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah
aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku
dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan
menurut At Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani)
Share tulisan ini jika menarik. Moga membuka hati yang lain.
rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar