Langsung
tidur setelah shalat subuh ternyata tidak dianjurkan dalam Islam dan beberapa
ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh (jika tidak ada udzur dan keperluan).
Selain itu, kurang baik juga untuk pola hidup yang sehat. Setelah subuh adalah
waktu turunnya berkah dan rezeki, jika tidur maka tidak mendapatkan berkah ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
Beberapa
ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh. Urwah bin Zubair berkata,
كان الزبير ينهى بنيه عن التصبح ( وهو النّوم في
الصّباح )
Jika
berbicara tentang “berkah” terkadang tidak masuk logika dan hitungan
matematika. Mungkin ada yang bilang:
“Saya
sering tidur setelah subuh (bahkan kelewatan shalat subuh), tapi rezeki saya
lancar”
Jawabnya:
walaupun secara hitungan rezekinya banyak, tetapi belum tentu berkah.
Belum tentu ia qonaah dan bahagia dengan banyaknya hartanya. Bisa jadi banyak
ia dapat, banyak juga ia keluarkan dalam hal yang tidak bermanfaat. Atau
hartana “dibuang-buang” oleh anaknya dan keluarganya dalam hal maksiat dna
dosa.
Sebaiknya
jangan tidur setelah subuh karena waktu itu juga turunya rezeki dan berkah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
وَنَوْمُ الصُّبْحَةِ يَمْنَعُ الرِّزْقَ؛ لِأَنَّ
ذَلِكَ وَقْتٌ تَطْلُبُ فِيهِ الْخَلِيقَةُ أَرْزَاقَهَا، وَهُوَ وَقْتُ قِسْمَةِ
الْأَرْزَاقِ، فَنَوْمُهُ حِرْمَانٌ إِلَّا لِعَارِضٍ أَوْ ضَرُورَةٍ،
“Tidur
setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu mahluk mencari
rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah subuh suatu hal yang
dilarang [makruh] kecuali ada penyebab atau keperluan.”[3]
Bahaya
pola tidur setelah subuh secara medis
Secara
medis, pola tidur setelah subuh kurang sehat. Perlu diingat yang namanya pola
hidup tidak sehat, bukan sekarang akibatnya, tetapi akumulasi dan akan terasa
ketika usia mulai menua karena pola hidup yang tidak sehat. Sebagaimana para
perokok yang mengaku:
“Saya perokok tetapi masih kuat nih olahraga, masih sehat kok”
jawabnya: nanti kita lihat ketika ia sudah akan tua, banyak keluhan kesehatan bagi perokok ketika sudah tua.
“Saya perokok tetapi masih kuat nih olahraga, masih sehat kok”
jawabnya: nanti kita lihat ketika ia sudah akan tua, banyak keluhan kesehatan bagi perokok ketika sudah tua.
Tidur
setelah subuh tidak baik untuk kesehatan, karena saat itu adalah jam tubuh
mulai melakukan metabolisme dan pemanasan. Jika tertidur lagi maka ibarat
kendaraan yang tidak melakukan pemanasan. Ketika bangun jam 7 atau jam 8 pagi
terasa masih lemas dan kurang bersemangat.
Tidur
setelah subuh kurang sehat sebagaimana dijelaskan oleh ulama yang juga seorang
dokter, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Beliau berkata,
وَهُوَ مُضِرٌّ جِدًّا بِالْبَدَنِ لِإِرْخَائِهِ
الْبَدَنَ وَإِفْسَادِهِ لِلْفَضَلَاتِ الَّتِي يَنْبَغِي تَحْلِيلُهَا
بِالرِّيَاضَةِ
“Tidur
setalah subuh sangat berbahaya bagi badan karena melemahkan dan merusak badan
karena sisa-sisa [metabolisme] yang seharusnya diurai dengan
berolahraga/beraktifitas.”[4]
Jika
bergadang sebelumnya dan perlu tidur, diusahakan tidur setelah terbit matahari
Setelah
begadang semalaman, tidurnya (untuk balas) tidak langsung setelah subuh, tetapi
setelah terbit matahari sekitar jam 6 pagi atau jam 6.30 (waktu Indonesia).
Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
ومن المكروه عندهم : النوم بين صلاة الصبح وطلوع
الشمس فإنه وقت غنيمة ….حتى لو ساروا طول ليلهم لم يسمحوا بالقعود عن السير ذلك
الوقت حتى تطلع الشمس
“Di
antara yang tidak disukai adalah tidur antara shalat pagi dan ketika matahari
terbit, karena tidur pada waktu itu kurang baik…. sampai-sampai jika
seseorang berjalan (safar) sepanjang malam, mereka tidak diizinkan untuk duduk
(tidur dan istirahat) sampai terbit matahari.”
Beberapa
ulama yang cukup sibuk melakukan seperti ini, mereka tidur sebentar setealah
terbit matahari kemudian berangkat kerja dan mengajar.
Tips
agar tidak tidur lagi setelah shalat subuh
Memang
godaan tidur setelah subuh “luar biasa” dan “berat” bagi mereka yang tidak
biasa. Ini hanya “masalah kebiasaan” saja.
kunci
utama merubah kebiasaan adalah:
“Mencari
kegiatan setelah shalat subuh, jika bisa jangan kegiatan sendiri”
Misalnya:
-Belajar
setelah shalat subuh di masjid
-Memasak
setelah shalat subuh
-Jalan-jalan
dengan anak-anak
hendaknya
kita punya kegiatan setelah subuh, seperti membaca atau menghapal Al-Quran
dengan suara yang agak dibesarkan, menghapal hadist, berdzikir pagi-petang,
menghapal doa-doa keseharian, setoran hapalan.
Namun
ada juga yang mengaji atau berdzikir lama-kelamaan ketiduran, maka handaklah
kita mencari kegiatan yang melibatkan orang banyak. Misalnya saling setoran
hapalan dengan beberapa orang dimasjid, mengikuti majelis ilmu ba’da subuh
dimasjid, belajar membaca dan memperbaiki Al-Quran.
Sangat
tepat apa yang diucapkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ
اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika
dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan
hal-hal yang batil”[5]
Bisa
juga faktor maksiat yang sering dilakukan dan belum bertaubat
Bangun
shalat subuh juga kebiasaan, jika berat dan susah bangun mungkin faktor
kebiasaan atau ada maksiat yang dilakukan sehingga susah melakukan ibadah
shalat subuh.
Bisa
sering begadang Atau dan karena ada kemaksiatan yang baru-baru dilakukan
terus-menerus tanpa istigfar sehingga badan susah melakukan ketaatan, dan hati
berat untuk dibawa beribadah. Sehingga yang sebelumnya kita bangun ketika adzan
berkumandang, sekarang hati mulai keras dan telinga sudah tidak peka lagi
dengan suara adzan, badanpun berat dibawa untuk menjawab panggilan masjid.
Dari
Abu Shalih dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu,
dia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا نُكِتَ فِي
قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ
وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ: كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ
مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
”Sesungguhnya
seorang mukmin, jika melakukan satu perbuatan dosa, maka ditorehkan di hatinya
satu titik hitam. Jika ia bertaubat, berhenti dan minta ampun, maka hatinya
akan dibuat mengkilat (lagi). Jika semakin sering berbuat dosa, maka
titik-titik itu akan bertambah sampai menutupi hatinya. Itulah”
raan” yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali
tidak akan tetapi itulah” raan” yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an”.[6]
Ada
yang manjadikan salah satu indikator hatinya mulai mengeras adalah susah bangun
shalat subuh. Untuk selevel ulama salah mereka menjadikan susahnya shalat malam
sebagai salah satu indikator hati mereka mulai mengeras.
Sufyan
ats-Tsauri rahimahullah beliau berkata,
حرمت قيام الليل خمسة أشهر بذنب أذنبته
“Selama
lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku
lakukan.”[7]
Jika
ada yang berkata, “saya bermaksiat setiap hari, tapi nanti malam saya bisa
bangun malam jika saya mau”. Maka kita katakan bahwa, hatinya sudah tidak peka
lagi mendeteksi maksiat. Hati para ulama cukup bersih sehingga sangat peka
terhadap maksiat. Ibarat tubuh yang sehat akan terasa jika ada sakit sedikit.
Demikian
semoga bermanfaat
@Laboratorium
Klinik RSUP DR Sardjito, Yogyakarta tercinta
[1] HR.
Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa
Dha’if Sunan Abi Daud
0 komentar:
Posting Komentar