Segala puji bagi Allah.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masih membahas sifat
‘ibadurrahman lainnya lanjutan dari bahasan yang telah lewat. ‘Ibadurrahman
sekali lagi adalah hamba Allah yang beriman. Sifat mereka adalah pertengahan
dalam membelanjakan harta.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. ” (QS. Al Furqan:
67).
Dalam tafsir Al Jalalain
menyebutkan bahwa sifat ‘ibadurrahman adalah ketika mereka berinfak pada
keluarga mereka tidak berlebihan dan tidak pelit. Mereka membelanjakan harta
mereka di tengah-tengah keadaan berlebihan dan meremahkan. Intinya infak mereka
bersifat pertengahan.
Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa sifat ‘ibadurrahman adalah mereka tidak mubadzir (boros) kala
membelanjakan harta mereka, yaitu membelanjakannya di luar hajat (kebutuhan).
Mereka tidak bersifat lalai sampai mengurangi dari kewajiban sehingga tidak
mencukupi. Intinya mereka membelanjakan harta mereka dengan sifat adil dan
penuh kebaikan. Sikap yang paling baik adalah sifat pertengahan, tidak terlalu
boros dan tidak bersifat kikir. Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. ” (QS. Al Isra’: 29). Maksud ayat ini adalah jangan terlalu
pelit dan jangan terlalu pemurah (berlebihan). Dalam hadits dho’if (namun maknanya benar) disebutkan,
مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ رِفْقُهُ فِى مَعِيشَتِهِ
“Di antara tanda cerdasnya seseorang adalah bersikap pertengahan
dalam penghidupan (membelanjakan harta).” (HR. Ahmad 5/194. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth katakan bahwa sanad hadits ini dho’if)
Para salaf mengatakan
perkataan semisal di atas. Iyas bin Mu’awiyah berkata,
ما جاوزت به أمر الله فهو سرف
“Melampaui dari yang Allah
perintahkan sudah disebut berlebihan.”
Ulama selain beliau
mengatakan,
السرف النفقة في معصية الله
“Sikap berlebihan (dalam
membelanjakan harta) adalah menafkahkan harta dalam maksiat kepada Allah.”
Al Hasan Al Bashri
mengatakan,
ليس النفقة في سبيل الله سرفا
“Nafkah yang dibelanjakan
di jalan Allah tidak disebut boros (berlebihan)”. Semua perkataan salaf di atas
dinukil dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnul Katsir.
Pembelanjaan harta di atas
mencakup zakat, penunaian kafarot dan nafkah yang wajib maupun yang sunnah,
kata Syaikh As Sa’di.
Semoga Allah
menganugerahkan pada kita sifat pertengahan dalam membelanjakan harta dan
menjauhkan kita dari sifat berlebihan (boros) serta sifat kikir (pelit).
Wallahu waliyyut taufiq.
Sifat ‘ibadurrahman dalam ayat
68-71, alhamdulillah sudah dibahas dalam artikel di sini.Tersisa bahasan sifat hamba beriman dalam ayat 72 seterusnya.
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmush sholihaat.
Referensi:
Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuthi, terbitan Maktabah Ash Shofa, cetakan pertama, 1425 H.
Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuthi, terbitan Maktabah Ash Shofa, cetakan pertama, 1425 H.
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421
H.
Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar
Risalah , cetakan pertama, tahun 1423 H.
Disusun di Kota Bandung,
Sukajadi 171, 16 Ramadhan 1432 H (16/08/2011)
www.rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar