Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dialog yang dilakukan ulama dengan orang nasrani, umumnya tidak
panjang. Dialog mereka singkat, tapi mematikan komentar lawannya. Karena
ideologi yang menyimpang, pasti bertentangan dengan logika.
Semoga dialog ini semakin menanamkan ideologi yng benar kepada
kita.
Pertama, Perdebatan Hathib dengan Muqauqis – raja nasrani Mesir –
Ibnu Abdil Hakam bercerita bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah untuk
mengirim surat ke Muqauqis – raja Mesir –.
Sang raja bertanya, bagaimana kondisi peperangan antara
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersama melawan musuhnya.
Hathib menjawab, “Peperangan yang terjadi diantara mereka
gantian menang. Terkadang Nabi menang dan terkadang kalah.”
Spontan Muqauqis langsung menimpali, “Seorang nabi kalah
perang?”
Di saat yang sama Hathib menimpali, “Ada tuhan yang mati
disalib?”
Suasana senyap, terdiam semuanya… (Uyun al-Munadzarat, hlm.
185).
Kedua, debat al-Qadhi al-Baqillani dengan raja romawi
Dikisahkan dalam kitab Fabihudahum iqtadih,
Ada seorang raja romawi yang mengirim surat kepada khalifah kaum
muslimin, meminta agar dikirim seorang ulama untuk dipertemukan dengan para
pendeta nasrani. Sang Khalifah mengutus al-Qadhi al-Baqillani.
Setelah sampai di negeri romawi, semua telah disiapkan, dan
debat akan dilakukan di depan raja.
Sebelumnya pihak protokoler menyampaikan aturan bahwa siapapun
yang menghadap raja, dia harus bersujud untuk raja. Jika anda tidak bersujud,
ini penghinaan kepada raja.
al-Baqillani, “Kalo begitu saya tidak mau menemui raja. Saya
tidak akan bersujud kecuali kepada Allah.”
Hal ini disampaikan kepada raja nasrani, dan dia tetap meminta,
bawa dia masuk ke mari. Kemudian mereka memasang kayu di pintu kerajaan,
sehingga siapapun yang memasukinya harus nunduk, dan tidak bisa sambil jalan
bediri. Dengan ini, otomatis siapapun yang masuk istana akan nunduk kepada
raja.
Ketika al-Qadhi l-Baqillani hendak masuk, beliau merasa ada
keanehan dengan pintu itu. Beliau menyadari, ini pasti tipu muslihat kerajaan
agar dia terpaksa sujud kepada raja. Beliau tetap masuk namun dengan berjalan
mundur. Subhanallah, seperti inilah kecerdasan ulama.
Sesampainya di dalam istana, ada banyak pastor yang sudah siap
untuk berdebat. Al-Baqillani yang memulai bicara,
Al-Baqillani, “Wahai para bapak pastor, bagamana kabar anda?
Bagaimana kabar keluarga, bagaimaan kabar anak dan istri anda?”
Spontan sang raja langsung menatap kepada orang ini dengan
keheranan,
“Kamukah yang diutus khalifah untuk berdebat dengan para
pastor?” tanya raja.
“Ya benar.” jawab al-Baqillani.
“Apa gak ada ulama lain selain kamu?” tanya raja menghina.
“Lha kenapa?” al-Baqillani balik tanya.
“Sudah jadi rahasia umum dan kamu harus tahu, bahwa mereka para
pastor itu tidak menikah, tidak punya anak dan istri. Bisa-bisanya kamu tanya
kabar anak dan istrinya.” Terang raja.
“Lha kenapa mereka tidak menikah?” tanya al-Baqillani.
“Karena mereka tersucikan dari anak dan istri.”
Dalam riwayat lain,
“Karena menikah itu kotor, dan mereka tersucikan dari beranak
dan beristri.” Jawab raja.
Kemudian al-Baqillani mengatakan kepada mereka semua,
تنزهونه عن هذا ولا تنزهون الله عن الصاحبة والولد ؟!!
Kalian sucikan para pastor dari memiliki anak dan istri, tapi
kalian tidak mensucikan Allah dari keberadaan anak dan istri?!!
Terdiam semuanya… (Fabihudahum iqtadih, hlm. 469)
Ketiga, debat islam di negara barat dengan pendeta nasrani
Debat ini terjadi antara pendeta nasrani yang membuka konsultasi
via online dengan salah seorang pemirsa.
Kita sebut saja namanya Petrus dan pemirsa.
Petrus, “Pendeta Petrus di sini, silahkan anda menyampaikan
pertanyaan anda.”
Pemirsa, “Apakah anda mengagungkan lambang salib?”
Petrus “Ya, benar. Ada apakah?”
Pemirsa, “Tidak, saya Cuma melihat, selalu ada lambang salib di
tayangan anda.”
Kemudian beliau tanya lagi,
“Apakah anda mengagungkan salib karena Yesus mati disalib?”
Petrus, “Ya, kurang lebih seperti itu.”
Pemirsa, “Berarti andaikan Yesus mati di kursi listrik, apakah
anda akan mengagungkan kursi listrik? Dan akan memakai kalung kursi lisrik?”
Terdiam….
Keempat, Yesus penebus dosa
Debat ini terjadi antara pendeta nasrani yang membuka konsultasi
via online dengan salah seorang pemirsa.
Kita sebut saja namanya Petrus dan pemirsa.
Petrus, “Pendeta Petrus di sini, silahkan anda menyampaikan
pertanyaan anda.”
Pemirsa, “Mengapa Yesus disalib?”
Petrus “Untuk menebus dosa semua manusia?”
Pemirsa, “Apakah Yesus juga akan menebus dosa orang yahudi yang
membunuhnya?.”
Terdiam….
Lalu dia jawab, “Ya”
Kemudian beliau tanya lagi,
“Apakah Yesus juga akan meneubs dosa semua muslim?”
Petrus, “Tidak.”
Heemmmm.
Artikel Konsultasisyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar