Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
أصَابَتْهُ فَاقَةٌ فَأنْزَلَهَا بالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ، وَمَنْ أنْزَلَهَا باللهِ ، فَيُوشِكُ اللهُ لَهُ بِرِزْقٍ عَاجِلٍ أَوْ آجِلٍ
“Barangsiapa ditimpa kesusahan
(kefakiran dan kebutuhan), lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak
akan tertutupi kesusahannya, dan barangsiapa yang mengadukannya kepada Allah,
maka pasti Allah akan memberi rezeki kepadanya, cepat atau lambat.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi,
dan ini adalah lafaz At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu’anhu,
Shahihut Targhib: 838]
Dalam lafaz yang lebih shahih,
مَنْ
أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ أَوْشَكَ اللَّهُ لَهُ بِالْغِنَى إِمَّا بِمَوْتٍعَاجِلٍ أَوْ غِنًى عَاجِلٍ
“Barangsiapa yang ditimpa
kesusahan (kefakiran dan kebutuhan), lalu ia mengadukannya kepada manusia maka
tidak akan tertutupi kesusahannya, dan barangsiapa mengadukannya kepada Allah
maka tidak lama Allah akan mencukupinya, apakah dengan kematian yang dekat atau
kecukupan yang dekat.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi
dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, Shahih Abi Daud: 1452, Ash-Shahihah: 2787]
Penjelasan Makna Hadits:
Al-Imam Al-Mubarakfuri
rahimahullah berkata,
لَمْ
تُسَدَّ
فَاقَتُهُ
أَيْ
لَمْ
تُقْضَ
حَاجَتُهُ
وَلَمْ
تُزَلْ
فَاقَتُهُ
وَكُلَّمَا تُسَدُّ حَاجَتُهُ أَصَابَتْهُ أُخْرَى أَشَدُّ مِنْهَا
“Tidak akan tertutupi
kesusahannya, maknanya adalah tidak akan terpenuhi kebutuhannya dan tidak akan
berakhir kesusahannya, dan setiap kali kebutuhannya terpenuhi maka ia akan
tertimpa kesusahan yang lebih parah.” [Tuhfatul Ahwadzi, 6/111]
Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Albani
rahimahullah berkata,
فما
معنى
قوله:
“إما
بموتعاجل،
أو
غنى
عاجل”؟ فأقول: لم أقف على كلام شاف في ذلك لأحد من العلماء،و أجمع ما قيل فيه ما ذكره الشيخ محمود السبكي في “المنهل العذب” (9 / 283) قال:
إما
بموت
قريب
له
غني،
فيرثه،
أو
بموت
الشخص
نفسه،
فيستغني
عن
المال،
أو
بغنى
و
يسار
يسوقه
الله
إليه
من
أي
باب
شاء،
فهو
أعم
مما
قبله،
ومصداقهقوله تعالى: و من يتق الله يجعل له مخرجا و يرزقه من حيث لا يحتسب
“Maka apakah makna ucapan beliau,
“Apakah dengan kematian yang dekat atau kecukupan yang dekat”? Aku katakan: Aku
belum mendapati penjelasan yang memuaskan dari seorang ulama pun tentang itu,
dan yang paling mencakup dalam menjelaskannya adalah apa yang disebutkan oleh
Asy-Syaikh Mahmud As-Subki dalam Al-Minhal Al-‘Adzbu (9/283), beliau berkata,
“Apakah dengan kematian kerabatnya yang dekat lagi kaya lalu ia mewarisi
hartanya, atau ia sendiri yang mati (dalam kebaikan) sehingga ia tidak lagi
membutuhkan harta, atau dengan suatu kekayaan atau kemudahan yang Allah berikan
kepadanya dengan cara apa saja sesuai kehendak-Nya, dan yang terakhir ini lebih
umum dari yang sebelumnya, hal ini didukung dengan firman Allah ta’ala,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Tholaq: 2-3).”
[Ash-Shahihah, 6/676]
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul
Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah berkata,
أي:
إذا
اعتمد
على
الناس
وعول
عليهم،
وغفل
عن
الله
عز
وجل
فإنها
لا
تسد
فاقته.
والفاقة:
هي
الفقر
وشدة
الحاجة،
فإذا
عول
الإنسان
على
الناس
فإنه
لا
يحصل
له
ما
يريد؛
لأنه
إذا
اعتمد
على
الناس
تُرك
على
الناس،
وأما
إذا
اعتمد
على
الله
فإن
الله
تعالى
يهيئ
له
الرزق
من
حيث
لا
يحتسب
كما
قال:
وَمَنْ
يَتَّقِ
اللَّهَ
يَجْعَلْ
لَهُ
مَخْرَجًا
* وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ [الطلاق:2-3]،
أي:
كافيه
“Maknanya adalah, apabila ia
bergantung dan bersandar kepada manusia dan lupa kepada Allah ‘azza wa jalla
maka tidak akan tertutupi kesusahannya. Dan kesusahan yang dimaksud di sini
adalah kefakiran (kemiskinan) dan sangat butuh, maka apabila seseorang
bersandar kepada manusia, tidak akan tercapai apa yang ia inginkan, karena jika
ia bersandar kepada manusia maka ia akan dibiarkan (oleh Allah) kepada manusia
(sebagai hukuman atasnya), adapun jika ia bersandar kepada Allah maka Allah
akan menyediakan baginya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka,
sebagaimana firman Allah ta’ala
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke
luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya.” (Ath-Tholaq: 2-3)
Makudnya Allah yang mencukupinya.” [Syarhu Sunan Abi Daud, 9/74, Asy-Syamilah]
Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Hasan
bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata,
فمن
تعلق
بالله
وأنزل
حوائجه
إليه
والتجأ
إليه
وفوض
أمره
إليه
وكفاه
وقرب
إليه
كل
بعيد
ويسر
له
كل
عسير
ومن
تعلق
بغيره
أو
سكن
إلى
رأيه
وعقله
ودوائه
وتمائمه
ونحو
ذلك
وكله
الله
إلى
ذلك
وخذله
وهذا
معروف
بالنصوص
والتجارب
قال
تعالى
ومن
يتوكل
على
الله
فهو
حسبه
“Maka barangsiapa yang bergantung
kepada Allah ta’ala, memohon hajat-hajatnya kepada-Nya, bersandar kepada-Nya,
memasrahkan urusannya kepada-Nya niscaya Allah ta’ala akan mencukupinya,
mendekatkan baginya setiap yang jauh, memudahkan baginya semua yang sulit.
Dan barangsiapa yang bergantung
kepada selain-Nya atau lebih tenang (ketika bersandar) kepada pendapatnya,
akalnya, obatnya, jimat-jimatnya dan yang semisalnya maka Allah ta’ala jadikan
dia bergantung kepada makhluk-makhluk tersebut dan Allah ta’ala akan
menghinakannya. Dan ini sudah dimaklumi berdasarkan dalil-dalil dan kenyataan.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَن
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah maka cukuplah Allah sebagai penolongnya.” (Ath-Tholaq: 3).” [Fathul Majid,
hal. 124]
Beberapa Pelajaran:
1) Wajib untuk selalu bertakwa
kepada Allah ta’ala dan bergantung (tawakkal) hanya kepada-Nya
2) Mengadu dan memohon hendaklah
hanya kepada Allah ta’ala
3) Tercelanya meminta-minta dan
tercelanya bergantung kepada manusia
4) Allah Maha Mampu sedang
makhluk itu lemah
5) Allah akan senantiasa menolong
orang yang bertakwa dan mencukupi orang yang bersandar kepada-Nya
6) Takwa dan tawakkal adalah
solusi semua problematika hidup ini
7) Memohon dan bergantung kepada
selain Allah dapat mengantarkan kepada syirik (insya Allah akan dibahas lebih
detail dalam artikel lainnya)
8) Seorang mukmin harus kuat dan
optimis dalam menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam hidup, yaitu
dengan selalu berharap, bergantung dan bermohon hanya kepada Allah serta
bertakwa kepada-Nya, inilah hakikat kekuatan
9) Allah yang Maha Memberi
rezeki, meminta kepada selain-Nya termasuk syirik
10) Kematian yang baik, yaitu
dalam keadaan taat kepada Allah adalah peristirahatan yang baik untuk seorang
mukmin dari segala kesusahan dunia, namun kematian yang jelek bisa jadi awal
bencana besar untuk seorang hamba jika Allah tidak mengampuninya. Wallaahu
A’lam.
وبالله
التوفيق
وصلى
الله
على
نبينا
محمد
وآله
وصحبه
وسلم
[Sumber:
http://sofyanruray.info/mengadukan-kesusahan-hanya-kepada-allah-azza-wa-jalla/]
0 komentar:
Posting Komentar