TAFSIR SURAH AN-NAS
Makkiyah
Bismillahirrahmanirrahim
“Katakanlah, “Aku berlidung
kepada Rabb (yang memelihara dan mengatur) manusia. Penguasa manusia. Sembahan
manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan
manusia.”
Sifat-sifat ini termasuk di antara sifat-sifat Rabb U: Rububiyah
(keRabban), kekuasaan, dan ilahiyah (sembahan). Maka Allah adalah Rabb,
penguasa, dan sembahan segala sesuatu, segala sesuatu adalah makhluk-Nya,
dikuasai oleh-Nya, dan hamba-Nya. Allah memerintahkan orang yang memohon
perlindungan untuk meminta perlindungan hanya kepada yang bersifat dengan
sifat-sifat ini, dari kejelekan was-was dari Khannas, dia adalah setan yang
menyertai manusia. Karena, tidak ada seorang pun dari anak Adam kecuali dia
mempunyai qarin (yang mengikutinya dari kalangan setan) yang
menghias-hiasi kekejian itu di hadapannya dan dia tidak perduli walau harus
mengerahkan semua kemampuannya untuk memberikan khayalan-khayalan, dan yang
selamat hanyalah siapa yang Allah selamatkan. Telah tsabit dalam Ash-Shahih bahwa
beliau r bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ.
قَالُوا: وَأنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: نَعَمْ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ
أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
“Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah diikutkan
padanya temannya dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Anda juga wahai
Rasulullah?” beliau menjawab, “Iya, hanya saja Allah telah menolong saya untuk
mengatasinya, sehingga dia pun masuk Islam, dan dia tidak memerintah saya
kecuali dengan kebaikan.[1]“
Juga telah tsabit dalam Ash-Shahih dari Anas,
tentang kisah kunjungan Shafiyah kepada Nabi r ketika beliau sedang melakukan
i’tikaf, lalu beliau keluar bersamanya (Shafiyah) pada malam hari untuk
mengantarnya ke rumahnya. Tiba-tiba ada dua orang Anshar yang menjumpai beliau,
tatkala keduanya melihat Nabi r, mereka mempercepat langkah. Maka Rasulullah r
bersabda:
عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ. فَقَالَا:
سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ
ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ, وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا
شَيْئًا -أَوْ قَالَ شَرًّا-
“Pelan-pelanlah kalian, sesungguhnya wanita ini adalah Shafiyah
bintu Huyaiy.” Keduanya lalu berkata, “Subhanallah wahai Rasulullah.” Beliau
kemudian bersabda, “Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh anak Adam seperti
mrngalirnya darah, dan saya khawatir kalau-kalau dia melemparkan sesuatu -atau
beliau berkata: Kejelekan- ke dalam hati kalian berdua.[2]“
Dari seorang teman berkendara Rasulullah r dia berkata: Keledai
Nabi r jatuh tergelincir, maka saya berkata, “Celakalah setan!” Maka beliau
bersabda:
لَا تَقُلْ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ, فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ: تَعِسَ
الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ وَقالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ. وَإذَا قُلْتَ: بِسْمِ
اللَّهِ, تَصَاغَرَ حَتَّى يَصِيْرَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Jangan kamu katakan, “Celakalah setan,” karena jika kamu katakan,
“Celakalah setan,” dia akan membesar dan berkata, “Demi kekuatanku, saya akan
merasukinya.” Jika kamu mengatakan, “Dengan nama Allah,” dia akan mengecil
sampai menjadi seperti lalat.[3]“
Sejumlah ulama berkata tentang firman-Nya, “Kejahatan
(bisikan) setan yang biasa bersembunyi,”: Dia adalah setan yang
bercokol di dalam hati anak Adam. Jika dia (anak Adam) lalai, dia akan
memberikan was-was, tapi jika dia berdzikir kepada Allah, dia akan menahan
diri.
Firman-Nya, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia.” Apakah terjadinya hal ini hanya terbatas pada anak keturunan
Adam -sebagaimana yang nampak-, ataukah ini mencakup umum untuk anak keturunan
Adam (manusia) dan juga jin? Ada dua pendapat, dan biasanya mereka (jin) juga
masuk ke dalam penamaan manusia. Ibnu Jarir berkata, “(Kata manusia) sering
digunakan untuk mereka (jin), “Beberapa orang laki-laki dari kalangan jin.[4]“ Maka tidak ada larangan menggunakan kata ‘manusia’ untuk mereka
secara mutlak.”
Firman Allah Ta’ala, “Dari (golongan) jin dan manusia.” Apakah
ini adalah rincian dari firman-Nya, “Yang membisikkan (kejahatan) ke
dalam dada manusia” lalu Dia menjelaskannya dengan firman-Nya, “Dari
(golongan) jin dan manusia,”? Hal ini menguatkan pendapat yang kedua.
Ada yang mengatakan, “Dari (golongan) jin dan
manusia” adalah penafsiran dari yang membisikkan was-was ke dalam dada
manusia dari kalangan setan-setan jin dan manusia. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Dari Ibnu Abbas dia berkata, “Ada seorang lelaki yang
mendatangi Nabi r lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berbicara
di dalam diriku dengan suatu ucapan, yang mana saya jatuh dari atas langit
lebih saya sukai daripada yang mengucapkannya.” Maka Nabi r bersabda, “Allahu
Akbar, Allahu Akbar, segala pujian hanya milik Allah yang telah menolak
makarnya dan hanya menjadikannya sebagai was-was.[5]“
[Diterjemah dari Shahih Tafsir Ibnu Katsir: 4/709-710, karya
Musthafa Al-‘Adawi]
[1] HR. Muslim (2814)
[2] HR. Al-Bukhari (6219 –Al-Fath) dan Muslim (2175)
[3] HR. Abu Daud (5/260) dan Ahmad (5/59, 71)
[4] QS. Al-Jin: 6
[5] Shahih. HR. Ahmad (1/235) dan Abu Daud (5112)
asysyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar