Ada orang bertanya ke saya, apakah di surga ada musik? Karena saya
penggemar berat musik…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam al-Quran, terdapat celaan untuk nyanyian dan musik. Allah
berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ
“Di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Lahwul
hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (QS. Luqman: 6)
Mengenai makna ‘Lahwul Hadits’ terdapat penjelasan dari
beberapa sahabat, diantaranya
[1] Keterangan Ibnu Mas’ud,
Dari Abu Shahba’ al-Bakri,
أنه سمع عبد الله بن مسعود -وهو يسأل عن هذه الآية: {ومن الناس من
يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله} -فقال عبد الله: الغناء، والله الذي لا إله
إلا هو، يرددها ثلاث مرات
Beliau mendengar Abdullah bin Mas’ud – ketika ditanya tentang ayat
di atas – kata Abdullah bin Mas’ud, “Itu nyanyian, demi Allah, Dzat yang tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.” Beliau ulang-ulang sebanyak 3 kali.
(Tafsir Ibnu Katsir, 6/330)
[2] Keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu
‘anhuma,
قال حبر الأمة ابن عباس رضي الله عنهما : هو الغناء
Tinta umat islam – Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
mengatakan, “Itu nyanyian.”
[3] Keterangan Imam
Mujahid – rahimahullah –,
وقال مجاهد رحمه الله : اللهو الطبل
Mujahid mengatakan, ‘al-Lahwu adalah genderang.’
(Tafsir at-Thabari,
21/40)
[4] Keterangan Hasan al-Bashri – rahimahullah –,
beliau mengatakan,
أنزلت هذه الآية: {ومن الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله
بغير علم} في الغناء والمزامير
“Ayat ini (Luqman: 6) diturunkan terkait nyanyian dan seruling.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 6/331)
Ini semua menunjukkan bahwa musik adalah sesuatu yang tercela.
Apakah sesuatu yang tercela ini ada surga?
Untuk nasyid dan nyanyian, tidak semuanya tercela. Karena itu,
pernah ada orang bernyanyi di samping Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika hari raya, dan beliau biarkan.
Di surga, para bidadari menyambut para suaminya dengan nyanyian
merdu mereka.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَزْوَاجَ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُغَنِّينَ أَزْوَاجَهُنَّ
بِأَحْسَنِ أَصْوَاتٍ سَمِعَهَا أَحَدٌ قَطُّ ، إِنَّ مِمَّا يُغَنِّينَ : نَحْنُ
الْخَيِّرَاتُ الْحِسَانُ أَزْوَاجُ قَوْمٍ كِرَامٍ
Sesungguhnya para istri di surga mereka bernyanyi di depan
suaminya dengan suara yang paling merdu yang pernah didengar seseorang.
Diantara lirik nyanyian mereka,
نَحْنُ الْخَيِّرَاتُ الْحِسَانُ أَزْوَاجُ قَوْمٍ كِرَامٍ
“Kami para bidadari indah, istri orang-orang yang mulia…” (HR. Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath, 5/149 dan dishahihkan
al-Albani dalam Shahih at-Targhib)
Adakah musik di surga?
Ada beberapa ayat yang menyatakan bahwa penduduk surga tidak
mendengar laghwun (suara sia-sia) dan suara-suara sumber dosa.
Diantaranya, firman Allah,
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا
“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan
tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa.” (QS. Al-Waqi’ah: 25)
Allah juga berfirman di surat Thur,
يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلَا تَأْثِيمٌ
“Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang
isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula
perbuatan dosa.” (QS. At-Thur: 23)
Ketika penjelasan tentang musik, apakah kelak ada di surga,
Lembaga Fatwa Syabakah Islamiyah menjelaskan hukum musik, lalu menyebutkan
dalil di surat al-Waqiah, kemudian menyatakan,
وعلى هذا، فما ينبغي للموسيقى أن تكون في الجنة؛ فإن الإثم واللغو
وما شابههما لا مكان له في الجنة؛ وأيضا، فالجنة دار طيبة، وأهلها طيبون لا
يشتهون إلا الطيب
Oleh karena itu, tidak layak musik ada si surga. Karena dosa dan
bunyi sia-sia atau semacamnya tidak ada tempat di surga.. dan juga, surga
adalah negeri yang baik, penghuninya orang-orang baik, dan mereka tidak
menginginkan kecuali kebaikan. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 257992)
Demikian, Allahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar