KESABARAN
Di dunia ini seorang hamba selalu membutuhkan kesabaran dalam
seluruh keadaannya. Bersabar merupakan kewajiban hamba berdasarkan al-Kitâb,
as-Sunnah dan Ijma’.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allâh, supaya kamu beruntung. [Ali ‘Imrân/3:200]
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Mereka diperintahkan
agar bersabar di atas agama mereka yang telah Allâh Azza wa Jalla ridhai untuk
mereka, yaitu agama Islam. Jangan sampai mereka meninggalkannya dengan sebab
senang atau susah, sengsara atau sejahtera, sehingga mereka bisa mati dalam
keadaan sebagai orang-orang Islam. Dan agar mereka menambah kesabaran
menghadapi musuh-musuh yang menyembunyikan agama mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir,
surat Ali ‘Imrân/3: 200]
Syaikh Salîm bin ‘Ied al-Hilâli –hafizhahullâh- berkata, “Allâh
Azza wa Jalla memerintahkan orang-orang yang beriman agar teguh di atas
ketaatan kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan, ridha terhadap
qadha’ dan takdir-Nya, dan mengalahkan musuh dengan kesabaran. Jangan sampai
musuh lebih sabar dan lebih tahan daripada orang-orang yang beriman. Allâh juga
memerintahkan bersiap siaga di perbatasan negeri untuk menjaga daerah Islam dan
menolak penyerangan orang-orang kafir”. [Bahjatun Nâzhirîn Syarah Riyâdhus
Shâlihîn 1/78]
KEDUDUKAN KESABARAN
Kesabaran memiliki kedudukan yang sangat agung dalam agama ini. Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan tentang kesabaran dalam al-Qur’ân sebanyak 90 kali, dan menyebutkan berbagai kebaikan dan derajat yang tinggi sebagai buah dari kesabaran.
Kesabaran memiliki kedudukan yang sangat agung dalam agama ini. Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan tentang kesabaran dalam al-Qur’ân sebanyak 90 kali, dan menyebutkan berbagai kebaikan dan derajat yang tinggi sebagai buah dari kesabaran.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا
Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji)
untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. [al-A’râf/7:137]
Juga firman-Nya :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Rabbmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan, dan
bumi Allâh itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [az-Zumar/39: 10]
Semua bentuk ibadah memiliki pahala yang ditentukan, kecuali
kesabaran, pahalanya tanpa batas.
Allâh Azza wa Jalla juga menyediakan kumpulan keutamaan bagi
orang-orang yang bersabar, Allâh Azza wa Jalla tidak kumpulkan
keutamaan-keutamaan itu bagi selain mereka.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ﴿١٥٥﴾الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ﴿١٥٦﴾أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb
mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]
Dan ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang keutamaan kesabaran.
MAKNA DAN MACAM KESABARAN
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilâli –hafizhahullâh- berkata, “Sabar adalah menahan jiwa agar senantiasa taat kepada Allâh dengan menjaga ketaatan terus menerus, memperhatikannya dengan cara ikhlas, memperbaiki ketaatan dengan ilmu, dan mencegah jiwa dari perbuatan maksiat, dan menguatkan jiwa agar senantiasa tegar dalam menghadapi gempuran syahwat dan melawan hawa nafsu, serta ridha terhadap qadha’ dan takdir-Nya, tanpa ada keluh kesah.” [Bahjatun Nâzhirîn Syarah Riyâdhus Shâlihîn 1/78]
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilâli –hafizhahullâh- berkata, “Sabar adalah menahan jiwa agar senantiasa taat kepada Allâh dengan menjaga ketaatan terus menerus, memperhatikannya dengan cara ikhlas, memperbaiki ketaatan dengan ilmu, dan mencegah jiwa dari perbuatan maksiat, dan menguatkan jiwa agar senantiasa tegar dalam menghadapi gempuran syahwat dan melawan hawa nafsu, serta ridha terhadap qadha’ dan takdir-Nya, tanpa ada keluh kesah.” [Bahjatun Nâzhirîn Syarah Riyâdhus Shâlihîn 1/78]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
“Sabar adalah menahan jiwa agar senantiasa taat kepada Allâh, dan menahannya
dari berbuat maksiat, dan menahan jiwa dari rasa tidak ridha terhadap
takdir-Nya, sehingga seseorang bisa menahan jiwanya dari menampakkan rasa
jengkel, jemu, dan bosan.” [Syarh al-Ushûl ats-Tsalâtsah, hlm. 24]
Beliau juga mengatakan, “Sabar ada tiga bagian :
1. Sabar di atas ketaatan kepada Allâh.
2. Sabar dari apa-apa yang diharamkan oleh Allâh.
3. Sabar di atas takdir-takdir Allâh yang Dia lakukan, mungkin dalam perkara yang tidak ada usaha pada hamba, atau mungkin dalam perkara yang Allâh lakukan lewat tangan-tangan sebagian hamba-Nya yang berupa gangguan dan perbuatan melewati batas.” [Syarh al-Ushûl ats-Tsalâtsah, hlm. 25]
1. Sabar di atas ketaatan kepada Allâh.
2. Sabar dari apa-apa yang diharamkan oleh Allâh.
3. Sabar di atas takdir-takdir Allâh yang Dia lakukan, mungkin dalam perkara yang tidak ada usaha pada hamba, atau mungkin dalam perkara yang Allâh lakukan lewat tangan-tangan sebagian hamba-Nya yang berupa gangguan dan perbuatan melewati batas.” [Syarh al-Ushûl ats-Tsalâtsah, hlm. 25]
SABAR MELAKSANAKAN KETAATAN
Banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Inilah di antara ayat-ayat tersebut:
Banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Inilah di antara ayat-ayat tersebut:
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلًا﴿٢٣﴾فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا
Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan)
ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang
kafir di antar mereka. [ al-Insân/76 : 23-24]
Juga firman-Nya :
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, maka ibadahilah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)? [Maryam/19:65]
Dia juga berfirman :
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,
kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertaqwa. [Thaha/20:132]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang tidak disukai (oleh
hawa nafus manusia), sedangkan neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang
disukai. [HR. Muslim]
Imam Ibnu Qudâmah al-Maqdisi rahimahullah mengatakan, “Seorang
hamba membutuhkan kesabaran dalam melakukan ketatan-ketaatan, karena tabiat
jiwa manusia berpaling dari peribadahan. Kemudian di antara ibadah-ibadah ada
yang tidak disukai dengan sebab malas, seperti shalat. Dan di antara
ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab bakhil, seperti zakat. Dan di
antara ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab keduanya (jiwa dan
harta) seperti haji dan jihad. Seorang yang mencari ridha Allâh Azza wa Jalla
membutuhkan kesabaran melakukan ketatan-ketaatan di dalam tiga keadaan :
1. Keadaan sebelum ibadah, yaitu meluruskan niat, ikhlas, dan
kesabaran dari noda-noda riya’.
2. Keadaan pada dzat (saat) ibadah, yaitu dia tidak lalai dari
mengingat Allâh Azza wa Jalla pada saat beribadah, dan tidak bermalas-malasan
dalam melakukan adab-adab dan sunah-sunahnya, kemudian dia menyertakan
kesabaran sampai selesai dari amalan.
3. Keadaan setelah selesai dari amalan. Yaitu bersabar (menahan
diri-red) dari menyebarkannya (amalan yang sudah dilakukannya-red) dan
menampakkannya dengan tujuan riya’ dan sum’ah dan (menahan diri-red) dari
seluruh yang bisa membatalkan amal. Barangsiapa setelah bersadaqah tidak
bersabar (tidakbisa menahan diri-red) dari menyebut-nyebut dan menyakiti (orang
yang diberi) berarti dia telah membatalkan sadaqahnya”. [Mukhtashar Minhâjul
Qâshidîn, hlm: 345, karya Imam Ibnu Qudamah, ta’liq dan takhrij: Syaikh Ali bin
Hasan al-Atsari]
SABAR MENINGGALKAN MAKSIAT
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Asal dari seluruh fitnah (kesesatan) itu hanya disebab: lebih mendahulukan (lebih mengutamakan-red) fikiran daripada syara’ (agama) dan mendahulukan hawa-nafsu daripada akal.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Asal dari seluruh fitnah (kesesatan) itu hanya disebab: lebih mendahulukan (lebih mengutamakan-red) fikiran daripada syara’ (agama) dan mendahulukan hawa-nafsu daripada akal.
Yang pertama adalah asal (sumber-red) fitnah syubhat, yang kedua
adalah asal fitnah syahwat. Fitnah syubhat ditolak dengan keyakinan, adapun fitnah
syahwat ditolak dengan kesabaran. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla
menjadikan kepemimpinan agama tergantung dengan dua perkara ini.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka (Bani Israil) itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar.Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. [as-Sajdah/32:24]
Ini menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan keyakinan, seseorang
dapat meraih kepemimpinan dalam agama. Allâh Azza wa Jalla juga menggabungkan
dua hal itu di dalam firman- Nya :
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dan mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran. [al-Ashr/103:3]
Maka mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran yang
menolak syubhat-syubhat, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran yang
menghentikan syahwat-syahwat.
Allâh Azza wa Jalla juga menggabungkan antara keduanya di dalam
firman-Nya :
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya’qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
[Shad/38:45]
Maka dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah syahwat akan
ditolak. Dan dengan kesempurnaan ilmu dan keyakinan, fitnah syubhat akan
ditolak. Wallahul Musta’an. [Mawâridul Amân, hal. 414-415]
SABAR MENGHADAPI MUSIBAH
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan bahwa Dia pasti akan menguji para hamba-Nya dengan berbagai musibah, maka kewajiban hamba adalah bersabar menghadapinya.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan bahwa Dia pasti akan menguji para hamba-Nya dengan berbagai musibah, maka kewajiban hamba adalah bersabar menghadapinya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ﴿١٥٥﴾الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ﴿١٥٦﴾أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”
(Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allâh dan kepada-Nya-lah Kami
kembali). Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
[al-Baqarah/2: 155-157]
Allâh Azza wa Jalla juga memberitakan bahwa di antara sifat
orang-orang yang bertakwa adalah:
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. [al-Baqarah/2: 177]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan
tentang keadaan orang mukmin yang mengherankan, yaitu karena semua urusannya
baik baginya.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Dari Shuhaib, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Mengherankan urusan seorang Mukmin. Sesungguhnya semua urusan
orang Mukmin itu baik, dan itu tidaklah ada kecuali bagi orang mukmin. Jika
kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika
kesusahan mengenainya, dia bersabar, maka sabar itu baik baginya [HR. Muslim,
no: 2999]
Setelah kita mengetahui ini semua, maka marilah kita bersabar
dan menguatkan kesabaran sehingga Allâh akan memberikan balasan yang sangat
banyak. Hanya Allâh Azza wa Jalla Tempat Memohon Pertolongan.
Al-hamdulillahi Robbil ‘Alamin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun
XVI/1433H/2012. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
0 komentar:
Posting Komentar