Manusia begitu ingkar pada
nikmat Rabbnya. Mereka amat cinta pada harta dan bersikap pelit. Kelak semua
itu akan ditampakkan oleh Allah dan akan dibalas.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2)
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
(5) إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
(7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8) أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ
مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (10) إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ
يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (11)
“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah dan
kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang
menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan
menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Sesungguhnya manusia itu sangat
ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya, dan sesungguhnya manusia itu
menyaksikan (sendiri) keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena
cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan
apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?
Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” (QS. Al ‘Adiyat: 1-11).
Kuda Perang Ketika Menyerang
Musuh
Dalam surat Al ‘Adiyat ini,
Allah bersumpah dengan kuda. Kuda adalah di antara karunia Allah pada
makhluk-Nya. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibanding hewan-hewan
lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda
tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat
berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh.
Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang
musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk
bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat ini.
Manusia Sangat Ingkar
Adapun isi sumpah
dijelaskan mulai pada ayat,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu ‘Abbas dan
lainnya.
Al Hasan Al Bashri
mengatakan,
هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه
“Manusia itu terus
menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah
Rabbnya beri.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 634).
Akan Menyaksikan Kekufurannya
Dalam ayat selanjutnya
disebutkan,
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
“dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya“.
Ada dua tafsiran mengenai
ayat di atas:
1- Allah akan menjadi saksi
terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan
Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia.
2- Manusia akan menjadi
saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al
Qurthubi. .” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 635).
Bakhil Karena Cinta Harta
Adapun ayat,
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta.
Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebut:
1- Manusia sangat cinta
pada harta.
2- Manusia sangat pelit
(bakhil).
Kedua makna di atas adalah
makna yang shahih (benar) kata Ibnu Katsir.
Zuhud pada Dunia dan Ingat
Kehidupan Akhirat
Selanjutnya Allah
memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah
ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya,
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ
مَا فِي الصُّدُورِ (10)
“Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada
di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?“
Yang dimaksudkan ayat di
atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan
dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang
dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan
ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang
tersembunyi dalam hati akan ditampakkan kelak.
Allah Maha Mengetahui …
Dalam akhir ayat
disebutkan,
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan
mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang
mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat
zhalim sedikit pun kepada manusia.
Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan
batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan
tersebut. Pengetahuan Allah di sini dimaksudkan untuk keadaan pada hari kiamat.
Padahal Allah memiliki sifat mengetahui setiap saat karena yang dimaksud
pengetahuan Allah di sini adalah balasan Allah terhadap amalan hamba. Balasan
itu karena Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.”
Hanya Allah yang memberi
taufik.
Referensi:
Taisir Al Karimir Rahman fii
Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar
Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun
1431 H.
—
0 komentar:
Posting Komentar