Allah Ta’ala menciptakan kita untuk tujuan agar
kita beribadah. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. ad-Dzariyat: 56)
Ada banyak bentuk ibadah yang
Allah perintahkan kepada kita. Dan kita sangat yakin, ketika kita melaksanakan
sekian banyak ibadah itu, masih banyak kekurangan dan kesalahan. Inilah yang
menjadi alasan terbesar, mengapa kita memohon ampun kepada Allah, seusai ibadah.
Minta ampun karena kita menyadari, ibadah yang kita lakukan barangkali tidak
sesuai yang dikehendaki oleh Allah. Menyadari adanya banyak kekurangan dari
ibadah yang kita lakukan.
Karena itulah, terdapat banyak
perintah baik dalam al-Quran maupun hadis, agar kita mengakhiri amal kita
dengan istighfar. Diantarannya,
Pertama, seusai shalat tahajud, agar
diakhiri dengan istighfar di waktu sahur
Allah berfirman,
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
“Dan mereka yang rajin istighfar
di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Allah juga berfirman di akhir
surat al-Muzammil, yang membahas masalah tahajud,
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ
اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ
يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ…
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui
bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al Quran.
Di akhir ayat, Allah mengatakan,
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan mohonlah ampunan kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Muzammil: 20)
Kedua, seusai haji
Allah perintahkan agar di
penghujung pelaksanaan haji, kaum muslimin banyak beristighfar,
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ
الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ
قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (198) ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ
وَاسْتَغْفِرُوا…
Apabila kamu telah bertolak dari
‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril-haram. Dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan
mohonlah ampun kepada Allah; (QS. al-Baqarah: 198 – 199)
Ketiga, selesai tugas kenabian
Sebagian ulama tafsir
menyebutkan, surat terakhir yang Allah turunkan untuk Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah
adalah surat an-Nashr. Di dalam surat ini, Allah perintahkan agar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk
banyak bertasbih, memuji Allah, dan banyak beristighfar.
Artinya, turunnya surat an-Nashr
merupakan tanda akhir tugas kenabian beliau. Dan Allah perintahkan agar beliau
banyak beristighfar,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ
يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. an-Nashr: 1 – 3)
Dan kata Aisyah radhiyallahu
‘anha, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima surat ini, ketika rukuk dan
sujud, beliau membaca doa,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِى
SUBHANAKALLAHUMMA RABBANAA WA
BIHAMDIKA, ALLAHUMMAGHFIR-LII
(HR. Bukhari 794 & Muslim 1113)
Mengapa Istighfar Setelah
Shalat?
Dari penjelasan di atas, kita
bisa memahami, mengapa kita harus beristighfar setelah shalat. Bukankah shalat
itu ibadah? Mengapa kita istighfar sesuai ibadah?
Karena kita sangat yakin, dalam
ibadah shalat yang kita lakukan sangat rentan dengan kekurangan. Dan kita mohon
ampun atas semua kekurangan yang kita lakukan ketika shalat. Hadirkan perasaan
semacam ini ketika anda membaca istighfar setelah shalat. Agar ucapan istighfar
kita lebih berarti.
Dari Tsauban radhiyallahu
‘anhu, beliau
menceritakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا انْصَرَفَ مِنْ
صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika
selesai shalat, beliau membaca istighfar 3 kali.
Kemudian membaca,
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا
الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Allahumma antas salam wa minkas
salam tabarakta dzal jalali wal ikram
(HR. Muslim 1362 & Nasai 1345).
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya
tentang kaitan bacaan istighfar setelah shalat?
Jawaban beliau,
المناسبة ظاهرة أي إنسان تخلو صلاته من خلل يمكن الإنسان ينفتح عليه
باب الوسواس والهواجيس يمكن يقصر في الركوع أو في السجود أو في القيام أو في
القعود فالصلاة لا تخلو من خلل فناسب أن يبادر بالاستغفار من بعد السلام مباشرة
ليمحو الله بهذا الاستغفار ما كان من خلل في صلاته
Keterkaitannya sangat jelas.
Bahwa manusia ketika shalat tidak akan lepas dari kekurangan. Ketika shalat
muncul was-was, gangguang-gangguan, atau rukuk sujudnya tidak sempurna. Atau
ketika berdiri, atau duduk. Dalam shalat, tidak lepas dari kekurangan. Sehingga
layak untuk langsung membaca istighfar setelah salam. Agar Allah menghapus
kesalahan yang kita lakukan ketika shalat dengan bacaan istighfar kita.
Sumber:
Demikian, Allahu a’lam
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar