Saya pernah membaca artikel tentang shalawat nariyah di Konsultasi Syariah. Pertanyaannya mengapa
Konsultasi Syariah.com mempermasalahkan shalawat nariyah. Padahal ini
shalawat yg baik, memiliki banyak fadhilah.
Itu saja, mohon tanggapannya.
Dari: Obet, jawa tengah
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Berikut penjelasan salah satu situs yang menyebutkan keutamaan
shalawat nariyah,
“Jika mendapat kesusahan karena kehilangan barang, hendaknya
membaca sholawat ini sebanyak 4444 kali. Insya Allah barang yang hilang
tersebut akan cepat kembali. Jika barang tersebut dicuri orang dan tidak
dikembalikan, maka pencuri tersebut akan mengalami musibah dengan kehendak
Allah swt. ….
Untuk melancarkan rezeki, memudahkan tercapainya hajat yang besar,
menjauhkan dari gangguan jahat, baca sholawat ini sebanyak 444 kali, boleh
dibaca sendiri atau berjamaah. Syeih Sanusi berkata: “ Barangsiapa secara rutin
membaca shalawat ini setiap hari sebanyak 11 kali maka Allah swt akan
menurunkan rezekinya dari langit dan mengeluarkannya dari bumi serta
mengikutinya dari belakang meski tidak dikehendakinya…”
Jika orang yang mengamalkan shalawat nariyah bersedia untuk
merenung sejenak – berfikir sejenak saja dengan akal sehatnya – dia akan bisa
menyimpulkan hal yang aneh mengenai shalawat nariyah.
Pertama, semua manusia yang bisa membaca telah sepakat bahwa shalawat
nariyah tidak pernah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, para ulama imam madzhab, maupun para ulama ahlus
sunah yang menjadi sumber rujukan. Kita sendiri tidak tahu, kapan pertama kali
shalawat ini diajarkan. Yang jelas, shalawat ini dicetak dalam buku karya
Al-Barzanji yang banyak tersebar di tanah air.
Nah.., jika deretan manusia shaleh yang menjadi sumber rujukan
ibadah tidak pernah mengenal shalawat ini, bagaimana mungkin ada embel-embel
fadhilah & keutamaannya. Dari mana sumber fadhilah yang disebutkan?
Amalannya saja tidak pernah dikenal di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para sahabat, bagaimana mungkin ada fadilahnya??
Ini jika mereka bersedia untuk berfikir.
Kedua, beberapa orang ketika diingatkan bahwa shalawat nariyah
tidak pernah dikenal dalam islam, dia berontak dan berusaha membela. Bila perlu
harus menumpahkan darah, demi shalawat nariyah.
Jika orang ini bersedia untuk berfikir dan merenung, seharunya dia
malu dengan tindakannya.
Saya ulangi, mereka yang membela shalawat nariyah, yakin dengan
seyakin-yakinnya bahwa shalawat nariyah tidak pernah dikenal
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.
Lantas mengapa harus dibela-bela?
Jika dia membela kalimat laa ilaaha illallah, dan
memusuhi orang yang melarang membaca kalimat tauhid itu, ini perjuangan yang
bernilai pahala. Karena kalimat tauhid adalah pembeda antara muslim dan kafir.
Tapi membela shalawat nariyah, apanya yang mau dibela? Apakah ini
menjadi pembeda antara muslim dan kafir? Atau pembeda antara pengikut Nabi dan
musuh Nabi?
Apakah dengan tidak membaca shalawat nariyah orang jadi berdosa?
Apakah meninggalkan shalawat nariyah akan masuk neraka?
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat tidak pernah mengenalnya dan tidak pernah mengamalkannya? Bukankah
shalawat nariyah tidak pernah dikenal dalam islam?
Ini jika dia bersedia untuk berfikir.
Ketiga, jika kita perhatikan, dalam shalawat nariyah terdapat
beberapa bait yang maknanya sangat berbahaya. Pengkultusan kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua kaum muslimin menghormati dan mencintai
beliau. Namun apapun alasannya, sikap kultus kepada manusia siapapun, tidak
pernah dibenarkan dalam islam.
Allah ingatkan status Rasul-Nya kepada umat manusia, bahwa
sekalipun beliau seorang nabi & rasul, beliau sama sekali tidak memiliki
sifat-sifat ketuhanan.
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ
اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا
مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa memberikan manfaat bagi
diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.
dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman”. (QS. Al-A’raf: 188).
Kita perhatikan, Allah sampaikan bahwa Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah manusia biasa, seperti umumnya manusia. Semua
sifat manusia ada pada dirinya, sehingga sama sekali tidak memiliki kemampuan
di luar batas yang dimiliki manusia. Beliau tidak bisa mendatangkan rizki,
tidak mampu menolak musibah dan balak, selain apa yang dikehendaki Allah.
Beliau juga tidak bisa mengetahui hal yang ghaib, selain apa yang Allah
wahyukan. Hanya saja, beliau adalah seorang uturan, basyir wa nadzir, yang
bertugas menjelaskan syariat. Sehingga beliau wajib ditaati sepenuhnya.
Dalam shalawat nariyah, terdapat kalimat pengkultusan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang itu bertentangan dengan kenyataan di atas.
Lafadz tersebut adalah:
تـُــنْحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الكُرَبُ وَتُقْضَى
بِهِ الحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Rincian:
(تنحل به العقد)
: Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
(وتنفرج به الكرب)
: Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam
(وتقضى به الحوائج)
: Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam
(وتنال به الرغائب)
: Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Empat kalimat di atas merupakan pujian yang ditujukan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika kita perhatikan, empat
kemampuan di atas merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak
dimiliki oleh makhluk-Nya siapa pun orangnya. Karena yang bisa menghilangkan
kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan
serta doa, hanyalah Allah. Seorang Nabi atau bahkan para malaikat sekalipun,
tidak memiliki kemampuan dalam hal ini.
Seorang guru qiraah memberikan pengumuman kepada para muridnya:
“Siapa yang membuat lagu qiraah SELAIN yang saya ajarkan, saya
TIDAK akan memberikan nilai, apapun bentuk lagu qiraah itu. Dan jika lagu
qiraah yang baru itu fals, gak enak didengar, akan didenda 100 juta.”
Kira-kira, apa yang akan dilakukan oleh siswa. Dari pada gitu,
mending ikutin aja lagu qiraah yang diajarkan guru.
Orang yang mengamalkan shalawat nariyah, apa bisa dia harapkan
dari amal ini? Mengharapkan pahala? Pahala dari mana, sementara tidak pernah
ada janji pahala, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sahabat sendiri tidak pernah mengenalnya?
Terlebih dalam shalawat nariyah terdapat kalimat yang membahayakan
secara aqidah.
Itu sedikit renungan, jika mereka mau berfikir.
0 komentar:
Posting Komentar