Bekerja untuk Meningkatkan Status Sosial
Bekerja
untuk Meningkatkan Status Sosial
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sahabat Ka’ab bin
Ujrah bercerita,
Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat melihat ada orang
yang kerjanya sangat tekun dan serius. Lalu para sahabat berkomentar,
“Andai usahanya itu
untuk jihad di jalan Allah, tentu pahalanya luar biasa.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar,
إن كان خرجَ يسعى على وَلَدِه
صِغارًا، فهو في سبيل الله، وإن كان خرج يسعى على أبوين شيخين كبيرين، فهو في سبيل
الله، وإن كان خرج يسعى على نفسه، يَعُفُّها، فهو في سبيل الله، وإن كان خرج يسعى
رياء ومُفاخرة، فهو في سبيل الشيطان
Jika
dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka itu termasuk
fi sabilillah. Jika dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya
yang sudah tua, maka itu termasuk fi sabilillah. Jika dia bekerja untuk
menutupi kebutuhan dirinya, sehingga tidak membutuhkan milik orang lain, maka
termasuk fi sabilillah. Namun jika dia bekerja untuk meningkatkan status sosial
dan berbangga-bangga dengan penghasilan, maka dia berada di jalan setan. (HR. Thabrani dalam
al-Mu’jam al-Ausath 6835, perawinya dinilai shahih oleh al-Mundziri dan
dishahihkan al-Albani)
Karena mencari harta
bagi seorang muslim, lebih menekankan asas manfaat. Bukan sebatas untuk
ditumpuk dan dijadikan alat kebanggaan. Allah mencela Qarun yang terlalu bangga
dengan hartanya. Allah menceritakan peringatan masyarakatnya Qarun,
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ
مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ
لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan
Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya
sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika
kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. al-Qashsas: 76).
Karena itu, rizki
yang dipegang oleh orang soleh, yang dipergunakan sebagaimana mestinnya, dipuji
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau pernah mengatakan,
يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ
الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ
Wahai
Amr, sebaik-baik harta adalah harta yang shaleh di tangan orang yang soleh… (HR. Ahmad 18236, Ibnu Hibban
3210 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Allahu
a’lam.
Ditulis
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina PengusahaMuslim.com)
0 komentar:
Posting Komentar