Tata Cara Berdoa Sesuai Tuntunan
Tata cara berdoa sesuai tuntunan
Assalamu’alaikum. saya mau
bertanya cara tata cara berdoa yang benar seperti apa? karena saya
melihat ada yang mengangkat tangan ketika berdoa dan tidak. terimakasih.
Fahmi (GamXXXXXX@gmail.co)
13 Adab berdoa
Pertama, mencari waktu yang mustajab.
Diantara waktu yang mustajab
adalah hari arafah, ramadhan, sore hari jumat, dan waktu sahur atau sepertiga
malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ينزل الله تعالى كل ليلة إلى
السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من
يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له
“Allah turun ke langit dunia
setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: Siapa
yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta-Ku, Aku beri, dan siapa
yang minta ampunan pasti Aku ampuni.” (H.r. Muslim)
Diantara keadaan yang mustajab
untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan
iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka. Abu Hurairahradliallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu
langit terbuka ketika; jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun
hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.”
(Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara
adzan dan iqamah tidak tertolak .”(H.r. Abu Daud, Nasa’i,
danTurmudzi)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan
terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah
berdoa.” (H.r.
Muslim)
Ketiga, Menghadap kiblat dan mengangkat
tangan
Dari Jabir radliallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di padang Arafah, beliau
menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (H.r.
Muslim)
Dari Salman radliallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya
Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka
mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong
(tidak dikabulkan).” (H.r.
Abu Daud & Turmudzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan dalam berdoa:
Ibn Abbas radliallahu
‘anhu mengatakan,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan
kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap
telapak tangan). (H.r. Thabrani)
Catatan: Tidak boleh melihat ke
atas ketika berdoa.
Keempat, dengan suara lirih dan tidak
dikeraskan.
Allah berfirman,
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ
وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mengeraskan
doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu.” (Q.s. Al-Isra: 110)
Allah memuji Nabi Zakariya
‘alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih,
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ
عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
“(Yang dibacakan ini adalah)
penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala
ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (Q.s. Maryam: 2 – 3)
Allah juga berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. Al-A’raf: 55)
Dari Abu Musa radliallahu
‘anhu bahwa suatu
ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingatkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا
، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Wahai manusia, kasihanilah
diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada,
sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.”(H.r. Bukhari)
Kelima, Tidak dibuat bersajak.
Doa yang terbaik adalah doa
yang ada dalam Alquran dan sunnah.
Allah juga berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. Al-A’raf: 55)
Ada yang mengatakan: maksudnya
adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.
Keenam, khusyu’, merendahkan hati, dan
penuh harap.
Allah berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ
فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.s. Al-Anbiya’: 90)
Ketujuh, memantapkan hati dalam berdoa
dan berkeyakinan untuk dikabulkan.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر
لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له
“Janganlah kalian ketika berdoa
dengan mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah,
rahmatilah aku, jika Engkau mau. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena
tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (H.r. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (H.r. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Diantara bentuk yakin ketika
berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radliallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادعوا الله وأنتم موقنون
بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه
“Berdoalah kepada Allah dan
kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan
doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (H.r. Turmudzi dan dishahihkan
Al-Albani)
Banyak orang yang lalai dalam
berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham
bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.
Kedelapan, mengulang-ulang doa dan
merengek-rengek dalam berdoa.
Misalnya, orang berdoa, “Yaa
Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh
dosa ini. ampunilah ya Allah…. ” Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini
menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau
mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau
mengulangi tiga kali. (H.r. Muslim).
Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera
dikabulkan, dan menghindari perasaan: “Mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya
Allah tidak akan mengabulkan doaku.”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا
لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian
selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan: Saya telah berdoa, namun belum saja
dikabulkan.” (H.r. Bukhari dan Muslim)
Sikap tergesa-gesa agar segera
dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas
berdoa. Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما
لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال:
يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم.
“Doa para hamba akan senantiasa
dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim,
selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apa yang
dimaksud terburu-buru dalam berdoa?. Beliau bersabda: “Orang yang berdoa ini
berkata: Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan.
Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (H.r. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian ulama mengatakan:
“Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun
dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada
Allah agar diberi taufik untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting
bagiku.”
Kesepuluh, memulai doa dengan memuji Allah
dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bagian dari adab ketika memohon
dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa
kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang
mulia (Asma-ul Husna).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah
mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan
tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian beliau bersabda: “Orang ini terburu-buru.” kemudian Beliau bersabda,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه
جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بما شاء
“Apabila kalian berdoa,
hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah
sesuai kehendaknya.” (H.r. Ahmad, Abu Daud dan
dishahihkan al-Albani)
Kesebelas, memperbanyak taubat dan memohon
ampun kepada Allah.
Banyak mendekatkan diri kepada
Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan
dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Diantara amal yang sangat
dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radliallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى
بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى
يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ
كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى
لأُعِيذَنَّهُ
“Tidak ada ibadah yang
dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada
hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunnah, sampai Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku
berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi…” (H.r. Bukhari)
Diriwayatkan bahwa ketika
terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas
untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah
turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak
akan hilang, kecuali dengan taubat…”
Kedua belas, hindari mendoakan keburukan,
baik untuk diri sendiri, anak, maupun keluarga.
Allah berfirman, mencela
manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,
وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ
دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
“Manusia berdoa untuk kejahatan
sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa.” (Q.s. Al-Isra’: 11)
Allah juga berfirman,
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ
لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
“Kalau sekiranya Allah
menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk
menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (Q.s. Yunus: 11)
Ayat ini berbicara tentang
orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa
keburukan.
Dari Jabir radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Jabir radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا
على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافق من الله ساعة
يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم
“Janganlah kalian mendoakan
keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian,
jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan
untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan
dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (H.r. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah radliallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما
لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
“Doa para hamba akan senantiasa
dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (H.r. Muslim dan Abu Daud)
Ketiga belas, menghindari makanan dan harta
haram.
Makanan yang haram menjadi
sebab tertolaknya doa.
Dari Abu Hurairah radliallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ
طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ
بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ».
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan
yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang
mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai
para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah
juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik
yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang
telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya
kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya
berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan
dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya? (H.r. Muslim).
Allahu a’lam
Disadur dari: http://www.islamino.net/play.php?catsmktba=11483 (Dengan beberapa penambahan
dari Redaksi Konsultasi
Syariah)
Konsultasisyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar