Doa Penangkal Harta Haram Saat Miskin
Doa Penangkal Harta Haram Saat Miskin
Doa ini diajarkan Rasulullah
kepada Ali bin Abi Thalib, dan para penanggung utang – meski utang sebesar
gunung Shier – niscaya Allah akan melunasi utang itu.
Harta haram memang mengerikan dampaknya. Kendatipun demikian, banyak orang yang nekat melahapnya. Alasan mereka pun macam-macam. Ada yang karena tamak. Ada pula yang karena himpitan ekonomi. Salah satunya ketika seseorang terlilit utang atau putus asa mendapat lapangan kerja yang halal dengan penghasilan yang memadai, penghasilan haram akan menjadi fitnah besar baginya. Lantas apakah penangkal fitnah yang berbahaya ini?
Harta haram memang mengerikan dampaknya. Kendatipun demikian, banyak orang yang nekat melahapnya. Alasan mereka pun macam-macam. Ada yang karena tamak. Ada pula yang karena himpitan ekonomi. Salah satunya ketika seseorang terlilit utang atau putus asa mendapat lapangan kerja yang halal dengan penghasilan yang memadai, penghasilan haram akan menjadi fitnah besar baginya. Lantas apakah penangkal fitnah yang berbahaya ini?
Mari kita simak hadis berikut,
Dari Abu Wa-il (Syaqieq bin
Salamah), katanya, “Ada seseorang yang menghampiri Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
anhu seraya berkata,
‘Wahai Amirul Mukminin, aku sudah tak mampu lagi mencicil uang untuk menebus
kemerdekaanku, maka bantulah aku.’ Ali menjawab, ‘Maukah kau kuajari beberapa
kalimat yang pernah Rasulullah ajarkan kepadaku? Dengan membacanya, walaupun
engkau menanggung utang sebesar gunung Shier, niscaya Allah akan melunasinya
bagimu!’ ‘Mau’, jawab orang itu. ‘Ucapkan:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ
عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Ya Allah, cukupilah aku dengan
rezeki halal-Mu agar terhindar dari yang Kau haramkan. Jadikanlah aku kaya
karena karunia-Mu, bukan karena karunia selain-Mu.
(HR. Abdullah bin Ahmad dalam Zawa-idul Musnad No. 1319;
At-Tirmidzi No. 3563 dan Al-Hakim 1/537. At-Tirmidzi mengatakannya sebagai
hadis hasan, dan dihasankan pula oleh Syaikh Al-Albani. Sedangkan Al-Hakim
mensahihkannya)
Dalam syariat Islam, seorang
hamba sahaya dibolehkan menebus kemerdekaan dirinya dari majikannya, dengan
membayar sejumlah uang sesuai kesepakatan. Uang bisa diperoleh dari hasil kerja
si budak, atau dari zakat yang diberikan kepadanya. Dalam riwayat lain, yang
dinamakan Shabier adalah sebuah gunung di daerah suku Thay atau sebuah gunung
di Yaman.
Hadis tersebut mengajarkan pada
kita agar tidak melupakan Allah yang menguasai nasib kita di dunia. Dia-lah
yang memberi ujian berupa kesempitan. Dan Dia pula yang dapat dengan mudah
melapangkannya kembali. Oleh karenanya, tidak sepantasnya seorang Mukmin hanya
bertumpu pada usahanya dan lupa bertawakal kepada Allah. Usaha memang harus
dilakukan. Namun ia tidak akan memberi hasil yang sempurna kecuali atas izin
Allah dan restu-Nya. Untuk mendapatkan restu tersebut, cara yang paling efektif
adalah memperbanyak doa. Baik lewat ucapan lisan maupun amal salih. Ucapan yang
paling dicintai Allah adalah yang menegaskan ketauhidan-Nya.
Doa yang diajarkan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga
mengandung penegasan akan nilai tauhid, yaitu ketika hamba hanya memohon
kecukupan dan karunia dari Allah, serta meminta agar tidak merasa kaya berkat
karunia selain-Nya.
Ini merupakan ibadah yang
agung, yang menunjukkan bahwa si hamba benar-benar menggantungkan harapannya
kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Dalam hadis tersebut juga
terkandung pelajaran mengenai pentingnya tauhid sebagai penutup suatu
permohonan.
Sedangkan dalam hadis lainnya,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’adz bin
Jabal,
“Maukah engkau kuajari sebuah
doa yang bila kau ucapkan, maka walaupun engkau memiliki utang sebesar gunung
Uhud, Allah akan melunasinya? Katakan hai Mu’adz, ‘
اَللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ
تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وُتُعِزُّ
مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَحْمَـانَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرَحِيْمَهُمَا، تُعْطِيهِمَا
مَنْ تَشَاءُ وَتَمْنَعُ مِنْهُمَا مَنْ تَشَاءُ، اِرْحَمْنِي رَحْمَةً تُغْنِينِي
بِهَا عَنْ رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ
Ya Allah, Pemilik Seluruh
Kekuasaan. Engkau beri kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau
mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang
Engkau kehendaki, dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di
tangan-Mu-lah segala kebaikan, dan Engkau Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu.
Wahai Penyayang dan Pengasih di Dunia dan Akhirat, Engkau memberi keduanya
(dunia dan akhirat) kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan menahan keduanya
dari siapa yang Engkau kehendaki. Rahmatilah aku dengan rahmat-Mu yang
menjadikanku tak lagi memerlukan belas kasih selain-Mu.”
(Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamus Shaghier dengan
sanad yang dianggap jayyid oleh Al-Mundziri. Sedangkan Syaikh Al-Albani
menghasankannya; lihat Shahih at-Targhieb wat Tarhieb No. 1821).
Kalau dalam hadis sebelumnya
terdapat isyarat agar kita mengakhiri doa dengan penegasan akan nilai tauhid,
dalam hadis ini sebaliknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallammengajarkan
kita untuk memulai permintaan dengan menegaskan masalah tauhid. Karenanya
beliau memulainya dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan kemahaesaan Allah
dari sisi Rububiyyah. Lalu mengikutinya dengan kalimat yang berhubungan dengan
tauhid asma’ was sifat. Yaitu dengan menetapkan bahwa semua kebaikan berada di
tangan-Nya, dan bahwasanya Dia berkuasa atas segala sesuatu. Demikian pula
dengan kalimat berikutnya, yang merupakan seruan kepada Allah, dengan menyebut
dua di antara nama-nama Allah yang indah, yaitu Rahman dan Rahiem. Kemudian
barulah si hamba menyebutkan hajat utamanya, yaitu agar Allah melunasi utangnya
dan mengentaskannya dari kemiskinan.
Tentunya, doa ini tidak akan
efektif jika hanya diucapkan tanpa diresapi maknanya dan diwujudkan esensinya
dalam kehidupan sehari-hari. Percuma saja jika seseorangmengucapkan
doa tersebut namun tidak
mempedulikan status penghasilannya: halal ataukah haram. Percuma juga jika ia
rajin mengucapkan doa tersebut namun masih berlumuran dengan syirik akbar yang
membatalkan seluruh amalnya.
Oleh karena itu, agar doa ini efektif dan mustajab, kita
harus mengucapkannya sembari berusaha memahami ajaran agama semaksimal mungkin,
agar tahu mana yang halal dan mana yang haram.
Rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar