Bagaimana pengertian mubazir yang
sesungguhnya, sebagai contoh khusus membelikan anak mainan? apakah termasuk
mubadzir?
Dari: Bambang Priyanto
Jawaban:
Jawaban:
Makna Mubazir
Bismillah was shalatu was salamu
‘ala rasulillah…
Sebelumnya perlu kita luruskan,
untuk membedakan antara mubazir dengan tabzir.
Tabdzir itu sikap dan perbuatan, sedangkan pelakunya disebut mubazir.
Tabdzir itu sikap dan perbuatan, sedangkan pelakunya disebut mubazir.
Kata tabdzir dan mubazir telah Allah Ta’ala sebutkan dalam
Alquran. Allah berfirman,
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ
الشَّيَاطِينِ
“Berikanlah
kerabat dekat, orang miskin dan ibnu sabil hak mereka. dan jangan sekali-sekali
bersikap tabdzir, sesungguhnya orang yang suka bersikap tabdzir adalah teman
setan.” (QS. al-Isra’: 26 – 27)
Ibnul Jauzi dalam tafsirnya Zadul Masir menjelaskan
bahwa ada dua pendapat ulama tentang makna tabzir.
Beliau mengatakan,
في التبذير قولان: أحدهما: أنه إِنفاق المال في غير حق، قاله ابن
مسعود، وابن عباس. وقال مجاهد: لو أنفق الرجل ماله كلَّه في حقٍّ، ما كان
مبذِّراً، وأنفق مُدّاً في غير حق، كان مبذِّراً. قال الزجاج: التبذير: النفقة في
غير طاعة الله، وكانت الجاهلية تنحر الإِبل وتبذِّر الأموال تطلب بذلك الفخر
والسّمعة، فأمر الله عزّ وجلّ بالنفقة في وجهها فيما يقرِّب منه. والثاني: أنه
الإِسراف المتلفِ للمال، ذكره الماوردي. وقال أبو عبيدة: المبذِّر: هو المُسرف
المُفسد العائث.
Tentang makna tabzir ada dua pendapat:
Pertama, membelanjakan harta di luar
kebutuhan yang dibenarkan. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud dan Ibn
Abbas radhiallahu ‘anhuma.
Mujahid -salah satu ulama tafsir
periode tabi’in- mengatakan “Andaikan ada orang yang membelanjakan seluruh
hartanya di jalur yang benar, dia bukan orang yang mubadzir. Dan jika
menafkahkan bahan makanan satu cakupan tangan di luar jalur yang dibenarkan
maka dia termasuk orang yang mubadzir.”
Az-Zajjaj mengatakan,
“Sikap tabzir adalah
membelanjakan harta untuk selain ketaatan kepada Allah. Dulu masyarakat
jahiliyah menyembelih onta, menghambur-hamburkan harta dalam rangka
membanggakan diri dan mencari popularitas. Kemudian Allah perintahkan untuk
membelanjakan harta untuk ibadah dalam rangka mencari wajah Allah.”
Kedua, makna sikap tabdzir: menghambur-hamburkan,
yang menghabiskan harta. Ini keterangan yang disampaikan
Al-Mawardi. Abu Ubaidah mengatakan, “Orang yang mubadzir adalah orang yang
berlebihan, yang menghabiskan, dan menghancurkan harta.”
(Tafsir Zadul Masir, 3:20)
(Tafsir Zadul Masir, 3:20)
Pendapat yang tepat, mencakup
dua-duanya. Seseorang dianggap bersikap tabzir jika
dia menggunakan hartanya untuk maksiat atau menggunakan hartanya untuk yang
yang mubah tapi menghabiskan semuanya.
Dari penjelasan di atas,
membelikan mainan yang halal untuk anak, dan itu tidak berlebihan, insya Allah bukan termasuk
sikap tabzir.
Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar