Bolehkah menyerahkan zakat ke panti asuhan anak yatim?
Biasanya utk biaya operasional panti..
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً
لِلْمَسَاكِينِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri
untuk membersihkan orang yang yang puasa dari dosa tindakan sia-sia dan omong
jorok dan sebagai makanan bagi orang miskin ….” (HR. Abu Daud 1609, Ibn Majah 1827; dihasankan al-Albani)
Hadis ini menunjukkan bahwa salah satu fungsi zakat fitri adalah
sebagai makanan bagi orang miskin. Ini merupakan penegasan bahwa orang yang
berhak menerima zakat fitri adalah golongan fakir dan miskin.
Asy-Syaukani mengatakan, “Dalam hadis ini, terdapat dalil bahwa
zakat fitri hanya (boleh) diberikan kepada fakir miskin, bukan 6 golongan
penerima zakat lainnya.” (Nailul Authar, 2/7)
Allah telah menjelaskan siapa saja yang berhak zakat dalam
firman-Nya,
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil), sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)
Pada ayat di atas, Allah tidak menyebut anak yatim sebagai salah
satu penerima zakat. Artinya semata status yatim, bukan termasuk kriteria yang
menyebabkan seseorang berhak menerima zakat.
Sebelumnya kita perlu tahu, siapakah anak yatim itu?
Dalam ensiklopedi Fiqh dinyatakan definisi anak yatim,
الْيَتِيمَ بِأَنَّهُ مَنْ مَاتَ أَبُوهُ وَهُوَ دُونُ الْبُلُوغِ.
لِحَدِيثِ: ” لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ”
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati bapaknya, ketika dia
belum baligh. Berdasarkan hadis: “Tidak ada status yatim setelah baligh.” (al-Mausu’ah
al-Fiqhiyah, 45/254)
Berdasarkan pengertian di atas, ada dua kemungkinan anak yatim
Pertama, anak yatim yang kaya. Misalnya, dia memiliki banyak warisan dari
orang tuanya. Anak yatim semacam ini, tidak berhak mendapat zakat.
Kemungkinan kedua, dia anak tidak mampu. Anak
yatim yang miskin. Sehingga dia berhak menerima zakat. Bukan karena statusnya
yatim, tapi karena dia orang miskin.
Imam Ibn Utsaimin ditanya, apakah anak yatim berhak menerima
zakat?
Jawaban beliau,
الأيتام الفقراء من أهل الزكاة فإذا دفعت الزكاة إلى أوليائهم فهي
مجزئة إذا كانوا مأمونين عليها
Anak yatim yang miskin, berhak menerima zakat. Jika anda
menyerahkan zakat anda kepada pengurus anak yatim miskin ini, zakat anda sah,
apabila pengurus ini adalah orang yang amanah… (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin,
18/346).
Beliau juga mengingatkan kebiasaan keliru di tengah masyarakat
dengan memberikan zakat kepada anak yatim,
ولكن هنا تنبيه : وهو أن بعض الناس يظن أن اليتيم له حق من الزكاة
على كل حال ، وليس كذلك فإن اليتيم ليس من جهات استحقاق أخذ الزكاة ، ولا حق
لليتيم في الزكاة إلا أن يكون من أصناف الزكاة الثمانية. أما مجرد أنه يتيم فقد
يكون غنيًّا لا يحتاج إلى زكاة
”Ada satu catatan penting, sebagian orang beranggapan bahwa anak
yatim memiliki hak zakat, apapun keadaannya. Padahal tidak demikian. Karena
kriteria yatim bukanlah termasuk salah satu yang berhak mengambil zakat. Tidak
ada hak bagi anak yatim untuk menerima zakat, kecuali jika dia salah satu
diantara 8 golongan penerima zakat. Adapun semata statusnya sebagai anak yatim,
bisa jadi dia kaya, dan tidak butuh zakat.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 18/353).
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah juga disebutkan,
لا يجوز صرف الزكاة إلى اليتيم إلا إذا كان من الأصناف الثمانية
الذين يجوز صرف الزكاة إليهم، وهم المذكورون في قول الله تعالى –
التوبة: 60 – ، ولأن اليتيم قد يكون غنيا بإرث أو هبة ونحو ذلك
Tidak boleh memberikan zakat kepada anak yatim. Kecuali jika dia
termasuk salah satu dari 8 golongan yang boleh menerima zakat, sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah di surat Taubah: 60. Karena anak yatim terkadang
kaya dari warisan, hibah, atau yang lainnya. (Fatwa Syabakah islamiyah, no.
59155).
Karena itu, zakat tidak bisa secara penuh diserahkan ke panti
asuhan anak yatim, tanpa disertai keterangan bahwa itu khusus bagi yang miskin.
Kecuali jika seisi panti itu semuanya anak yatim yang miskin.
Catatan:
Anak yatim yang kaya berhak menerima santunan dari selain zakat.
Seperti infak atau sedekah. Karena zakat memiliki aturan baku yang khusus,
tidak boleh keluar dari aturan tersebut. Termasuk diantaranya adalah aturan
penerima zakat.
Berbeda sedekah atau infak, tidak memilikki aturan baku, sehingga
bisa diberikan kepada anak yatim atau anak terlantar, sekalipun dia orang
mampu.
Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar