Kebaikan selalu mengantarkan pada meninggalkan maksiat. Bagaimana
bisa disimpulkan seperti itu?
Bisa direnungkan ayat berikut ini,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ
أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (13: 298) dengan sanad yang
hasan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, “Shalat tidaklah manfaat kecuali jika shalat menjadikannya taat
pada Allah.” Lantas Ibnu Mas’ud membacakan ayat, “Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”
Dalam Majmu’ Al-Fatawa (10:
753), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Mengerjakan ketaatan mengakibatkan seseorang akan meninggalkan
maksiat. Begitu pula Meninggalkan maksiat mengakibatkan seseorang akan
melakukan ketaatan. Karenanya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar. Karenanya shalat mengakibatkan seseorang itu akan tercegah dari
melakukan dosa dan kedua, seseorang akan terus mengingat Allah.”
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
—
@ DS, Panggang, Gunungkidul, Sabtu
sore, 15 Ramadhan 1438 H
0 komentar:
Posting Komentar