Apa makna husnudzan kepada
Allah? dan bagaimana bentuk husnudzan kepada Allah?
Jawab:
Bismillah was shalatu was
salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Husnudzan (berbaik sangka)
kepada Allah termasuk ibadah hati yang memiliki nilai besar. Dan inti dari husnudzan
kepada Allah adalah membangun keyakinan sesuai dengan keagungan nama dan sifat
Allah, dan membangun keyakinan sesuai dengan konsekuensi dari nama dan sifat
Allah.
Misalnya,
Membangun keyakinan bahwa Allah
akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang baik.
Allah berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya
ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. an-Nisa: 110)
Membangun keyakinan bahwa Allah
akan mengampuni hamba-Nya yang mau bertaubat.
Allah berfirman,
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ
إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Orang-orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya. (QS. al-Furqan: 71)
Membangun keyakinan bahwa Allah
akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan.
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. (QS. al-Baqarah: 277)
Membangun keyakinan bahwa siapa
yang tawakkal kepada Allah akan diberi kecukupan oleh Allah.
Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya. (QS. at-Thalaq: 3)
Membangun keyakinan bahwa
setiap takdir dan keputusan Allah memiliki hikmah yang agung.
Allah berfirman,
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ
وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
Tidak ada sesuatupun melainkan
pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu. (QS. al-Hijr: 21)
Bukan Husnudzan kepada Allah
Karena itulah, bukan termasuk
husnudzan kepada Allah, ketika seseorang mengharap pahala dari Allah, sementara
dia tidak beramal. Sebagian remaja punya angan-angan, kecil bermain ria, muda
foya-foya, mati masuk surga. Keyakinan ini bertentangan dengan banyak dalil
yang menyebutkan bahwa Allah akan memberi hukuman untuk orang yang berbuat maksiat.
Ibnul Qoyim mengatakan,
وقد تبين الفرق بين حسن الظن والغرور ، وأن حسن الظن
إن حمَل على العمل وحث عليه وساعده وساق إليه : فهو صحيح ، وإن دعا إلى البطالة
والانهماك في المعاصي : فهو غرور ، وحسن الظن هو الرجاء ، فمن كان رجاؤه جاذباً له
على الطاعة زاجراً له عن المعصية : فهو رجاء صحيح ، ومن كانت بطالته رجاء ورجاؤه
بطالة وتفريطاً : فهو المغرور
Sangat jelas perbedaan antara
husnudzan dengan ghurur (tertipu). Husnudzan kepada Allah yang mendorong
dirinya untuk beramal, menggiringnya beramal, maka ini husnudzan yang benar.
Namun jika husnudzan menyebabkan dirinya menjadi pengangguran, atau bahkan
tenggelam dalam maksiat, ini ghurur (tertipu). Karena husnudzan adalah
membangun harapan. Siapa yang harapannya menyebabkan dirinya semakin taat dan
menjauhi maksiat, ini harapan yang benar. Sebaliknya, jika penganggurannya
menjadi harapan dan harapannya menyebabkan dia pengagguran dan pelanggaran
syariat, maka ini tertipu. (al-Jawab al-Kafi, hlm. 24).
Termasuk juga meyakini Allah
akan mengampuninya, sementara dia tetap bertahan dalam kubangan maksiat.
Sering kali ada orang yang
diingatkan untuk meninggalkan maksiat, dia tidak mau meninggalkannya dan
beralasan Allah Maha Pengampun, pasti akan mengampuni semua dosa hamba-Nya.
Termasuk tidak mau beramal,
karena meyakini Allah tidak akan menerima amalnya.
Atau tidak mau berubah menjadi
baik, karena anggapan Allah tidak akan menerima taubatnya.
Sering kita jumpai ada wanita
yang tidak mau berjilbab, dengan alasan, dirinya kotor, tidak pantas jadi
wanita solihah. Dia telah suudzan kepada Allah. Karena dia putus asa dengan
rahmat Allah.
Allah berfirman,
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا
يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir..” (QS. Yusuf: 87).
Orang kafir tidak punya harapan
untuk mendapat rahmat Allah, karena mereka kafir. Karena itu, janganlah meniru
orang kafir, yang pupus harapan untuk mendapat rahmat dari Allah.
Contoh Husnudzan kepada Allah
Diantara bentuk husnudzan
adalah membangun harapan untuk mendapat pahala ketika beribadah, atau berharap
besar agar doanya dikabulkan ketika berdoa.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ
عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي
Allah Ta’ala berfirman, “Aku
sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya, jika dia mengingat-Ku.” (HR. Bukhari 7405 & Muslim
6981)
Allah memberi balasan dari amal
baik hamba, sesuai persangkaan hamba kepada-Nya
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur
Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar