Al Khotib Al Baghdadi
berkata, “Selayaknya bagi setiap penuntut ilmu memulai dari menghafalkan Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah
ilmu yang paling mulia dan yang paling pantas didahulukan.” (Al Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Li Aadabis Saami’)
Diceritakan bahwa Ibnu
Jarir Ath Thobari berkata, “Aku menghafal Al Qur’an pada usia 7 tahun, aku
mulai belajar shalat jama’ah pada usia 8 tahun dan aku mulai menulis hadits
pada usia 9 tahun.”
Ibnu Kholdun rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa mengajarkan Al Qur’an kepada
anak-anak merupakan bagian dari syi’ar agama Islam dan yang dipraktekkan umat
ini. Praktek ini pun tersebar di setiap negeri. Pengaruhnya, hafalan quran bisa
lebih mengokohkan iman. Setelah itu barulah kuasai akidah dari ayat-ayat
Qur’an, lalu kuasai sebagian matan hadits.”
Keutamaan menghafalkan Al
Qur’an sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا
كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ
تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan
naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena
kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata
Syaikh Al Albani).
Ibnu Hajar Al Haitami rahimahullah berkata, “Hadits di atas
menunjukkan keutamaan khusus bagi yang menghafalkan Al Qur’an dengan hatinya,
bukan yang sekedar membaca lewat mushaf. Karena jika sekedar membaca saja dari
mushaf, tidak ada beda dengan yang lainnya baik sedikit atau banyak yang
dibaca. Keutamaan yang bertingkat-tingkat adalah bagi yang menghafal Al
Qur’an dengan hatinya. Dari hafalan ini, bertingkat-tingkatlah kedudukan mereka
di surga sesuai dengan banyaknya hafalannya. Menghafal Al Qur’an seperti ini
hukumnya fardhu kifayah. Jika sekedar dibaca saja, tidak gugur kewajiban ini.
Tidak ada yang lebih besar keutamaannya dari menghafal Al Qur’an. Inilah yang
dimaksudkan dalam hadits di atas dan inilah makna tekstual yang bisa ditangkap.
Malaikat akan mengatakan pada yang menghafalkan Al Qur’an ‘bacalah dan naiklah’. Jadi yang dimaksud sekali
lagi adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dari hatinya.” (Al Fatawa Al Haditsiyah, 156)
Semoga Allah memudahkan
kita menjadi penghafal-penghafal Al Qur’an dan penjaga kitabullah.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Dalil Al Hifzh Al Muyassar (Petunjuk Menghafal
Al Qur’an)
@ Sabic Lab, Jami’ah Malik
Su’ud, Riyadh KSA, 21 Dzulqo’dah 1433 H
0 komentar:
Posting Komentar