Sabar itu ada tiga macam, yaitu
sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan sabar dalam menghadapi
takdir.
Apa itu
Sabar?
Sabar secara bahasa berarti al
habsu yaitu menahan diri.
Sedangkan secara syar’i, sabar
adalah menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal
yang diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah). Inilah tiga
bentuk sabar yang biasa yang dipaparkan oleh para ulama.
Sabar dalam
Ketaatan
Sabar dalam ketaatan kepada Allah
yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu
diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang.
Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah
(capek). Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti
dalam masalah zakat dan haji. Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat
dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan dipaksakan.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron [3] : 200).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al
Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin ketika menjelaskan ayat di atas, beliau
rahimahullah mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memerintahkan
orang-orang mukmin sesuai dengan konsekuensi dan besarnya keimanannya dengan 4
hal yaitu: shobiru, shoobiru, robithu, dan bertakwalah pada Allah.
Shobiru berarti menahan diri dari
maksiat. Shoobiruu berarti menahan diri dalam melakukan ketaatan. Roobithu
adalah banyak melakukan kebaikan dan mengikutkannya lagi dengan kebaikan.
Sedangkan takwa mencakup semua hal tadi.”
Kenapa Butuh
Sabar dalam Ketaatan?
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan pula bahwa dalam
melakukan ketaatan itu butuh kesabaran yang terus menerus dijaga karena :
(1) Ketaatan itu akan membebani
seseorang dan mewajibkan sesuatu pada jiwanya,
(2) Ketaatan itu terasa berat
bagi jiwa, karena ketaatan itu hampir sama dengan meninggalkan maksiat yaitu
terasa berat bagi jiwa yang selalu memerintahkan pada keburukan. –Demikianlah
perkataan beliau-
Sabar dalam
Menjauhi Maksiat
Ingatlah bahwa jiwa seseorang
biasa memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang
menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam
muamalah, makan harta dengan cara bathil dengan riba dan semacamnya, berzina,
minum minuman keras, mencuri dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya.
Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi
mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan diri dan menahan diri
dari hawa nafsu yang mencekam.
Sabar
Menghadapi Takdir yang Pahit
Ingatlah bahwa takdir Allah itu
ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir
Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur
termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal
ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. Sedangkan takdir Allah yang
dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan
harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada
kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah
seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan
pada lisannya, hatinya, atau anggota badan.
Semoga bermanfaat.
—
Oleh Al Faqir Ilallah: M. Abduh
Tuasikal, MSc
0 komentar:
Posting Komentar