Bagaimana hukum memasang wallpaper. Nuwun…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bercerita,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berangkat safar untuk berperang. Kemudian aku mengambil kain yang kupasang
menutupi dinding pintu. Ketika beliau pulang, beliau melihat kain itu,
dan nampak beliau tidak menyukainya. Kemudian beliau menariknya dan melepasnya,
dan bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنَا أَنْ نَكْسُوَ الْحِجَارَةَ وَالطِّينَ
“Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kita untuk menutupi
dinding dengan kain.” (HR. Muslim 5642)
Yang dipahami para ulama, larangan ini sifatnya makruh dan tidak
haram. Diantarannya An-Nawawi. Beliau mengatakan,
فاستدلوا به على أنه يمنع من ستر الحيطان وتنجيد البيوت بالثياب
وهومنع كراهة تنزيه لاتحريم هذا هو الصحيح
Para ulama berdalil bahwa dilarang menutupi tembok atau
menghiasinya dengan kain. Dan larangan ini sifatnya makruh, tidak sampai haram.
Inilah pendapat yang benar. (Syarh Shahih Mulism, 14/86).
Fatwa yang sama juga dilakukan Imam Ibnu Baz,
ترك تلبيس الجدر بالستر أولى وأفضل؛ لحديث: (إنا لم نؤمر عن أن
نغطي الجدر) لكن ليس فيه محذور ليس بمحرم لأنه لم ينهى عنه فيما علمنا، وإنما ذلك
جائز وتركه أفضل، فلا حرج في ذلك إذا جعله إما للزينة وإما لترك الغبار وإما
لأسباب أخرى لا حرج في ذلك إن شاء الله، لكن تركه أولى.
Tidak menutupi dinding dengan wallpaper, lebih baik dan lebih
afdhal. Mengingat hadis, ‘Kita tidak diperintahkan untuk menutup dinding.’
Hanya saja, ini tidak dilarang dan tidak haram. Karena menutup dinding tidak
dilarang menurut yang saya tahu. Ini boleh, sekalipun meninggalkannya lebih
afdhal. Sehingga tidak masalah jika ada yang memasang untuk hiasan atau menutup
debu atau karena alasan lainnnya. Meskipun tidak ditutup lebih afdhal.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/noor/11319
Dan ada juga sebagian ulama yang menekankan agar tidak memasang
wallpaper, dengan pertimbangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menarik
penutup dinding milik Aisyah dan melepasnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
وقال غيره ليس في السياق ما يدل على التحريم وإنما فيه نفي الأمر
لذلك ونفي الأمر لا يستلزم ثبوت النهي لكن يمكن أن يحتج بفعله صلى الله عليه وسلم
في هتكه
Ulama lainnya mengatakan bahwa konteks hadis tidak menunjukkan
haramnya memasang penutup dinding, namun di sana hanya meniadakan perintah
untuk menutup dinding. Dan tidak ada perintah, tidak menunjukkan adanya
larangan. Hanya saja, mungkin seseorang berdalil dengan perbuatan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang menarik dan melepasnya. (Fathul Bari, Syarh Shahih
Bukhari, 9/250)
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)









0 komentar:
Posting Komentar