Di Wikipedia dinyatakan:
Pada dasarnya subliminal message adalah suatu pesan yang diselipkan pada sebuah objek untuk mempengaruhi pola pikir audience (dalam pengaruh alam bawah sadar). Subliminal message ini biasa digunakan dalam dunia periklanan (advertising) atau digunakan dalam dunia politik sebagai bahan propaganda.
Kita hampir sepakat, hal yang paling mudah untuk disematkan di otak manusia adalah yang berkaitan dengan kata ‘sex’. Siapapun dia, ketika disodori dengan segala yang berhubungan kata ini, berpotensi untuk tersimpan dalam memorinya dan bahkan mengembangkannya. Pikiran kotor bisa menggelayuti siapapun, tanpa mengenal batas usia dan jenis kelamin.
Pada dasarnya subliminal message adalah suatu pesan yang diselipkan pada sebuah objek untuk mempengaruhi pola pikir audience (dalam pengaruh alam bawah sadar). Subliminal message ini biasa digunakan dalam dunia periklanan (advertising) atau digunakan dalam dunia politik sebagai bahan propaganda.
Kita hampir sepakat, hal yang paling mudah untuk disematkan di otak manusia adalah yang berkaitan dengan kata ‘sex’. Siapapun dia, ketika disodori dengan segala yang berhubungan kata ini, berpotensi untuk tersimpan dalam memorinya dan bahkan mengembangkannya. Pikiran kotor bisa menggelayuti siapapun, tanpa mengenal batas usia dan jenis kelamin.
Sumbernya bisa masuk melalui indra manapun. Bisa pendengaran,
penglihatan, atau bahkan peraba. Karena itulah, islam menekan semaksimal
mungkin, agar segala yang berhubungan ‘sex‘, tidak dimunculkan di
sembarang tempat.
Allah berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada para lelaki mukmin: Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu akan lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Ayat ini turun di zaman sahabat, yang ketika itu, pemicu syahwat
masih sangat sepi sekali, dan itupun yang ada hanya wajah. Berbeda dengan di
zaman kita, aurat tercecer di mana-mana.
Mengapa menundukkan pandangan?
Karena segala yang terpotret dengan lensa mata kita, itu
menyumbangkan unsur terbesar munculnya pikiran kotor di benak manusia.
Sebagai pelengkap, Allah perintahkan yang sama kepada wanita dan
ditambah perintah untuk menutup pemicunya:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangan dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan bagian tubuh yang
dijadikan tempat perhiasan, kecuali yang (biasa) nampak darinya (wajah &
telapak tangan). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan aurat kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka…dst (Qs. An-Nur: 31)
Kita perhatikan, betapa Allah ta’ala memerintahkan untuk menutup
rapat setiap celah pemicu syahwat. Lelaki diperintahkan menundukkan pandangan,
sedangkan wanita diperintahkan menundukkan pandangan dan menyimpan aurat
mereka. Wanita hanya dibolehkan memperlihatkan aurat dengan batas tertentu
kepada bapak dan mahram mereka.
Lebih dari itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, mengingatkan kaumnya:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا،
أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ
المَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ
كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia.
Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat,
zina lisan dengan ucapan, zina perasaan dengan angan-angan dan syahwat,
sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kita perhatikan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut
semua deretan perbuatan sebagai tindakan zina. Kemudian beliau tegaskan zina
haqiqi, yang menyebabkan pelakunya mendapat hukuman khusus adalah zina
kemaluan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya
sebagai perbuatan zina, agar kaum muslimin menjadi waspada dengan segala
indranya. Dan berusaha menjaga hati dan pikirannya.
LKS Miyabi Bermasalah
Meskipun kita belum yakin apakah pelakunya adalah orang
non-muslim, tapi kita patut waspada. Bagaimana mungkin wajah Miyabi yang
menjadi icon ‘zina’ ini bisa masuk ke kawasan pendidikan anak. Siapapun
pelakunya, itulah subliminal message. Bisa menyusup ke manapun,
sampai lahan formal sekelas dunia pendidikan. Peletakan batu pertama, untuk
memulai tumpukan pikiran kotor kepada generasi umat.
Alhamdulillah, pemerintah bisa lekas menyudahi hal ini, dengan
menarik LKS yang memuat gambar bermasalah tersebut. Dunia
pendidikan terselamatkan. Semoga Allah memberikan balasan, dan taufiq untuk
usaha yang lebih baik lagi.
Yang lebih penting selanjutnya, dunia kita belum bisa bersih dari
gambar pemicu syahwat ini. Jika kita sempat tersadar ketika gambar itu merasuki
dunia pendidikan, selayaknya kita juga perlu sadar untuk memutihkan lingkungan
kita dari gambar semacam ini. Hampir semua media warta di sekitar masih
mencamtumkan gambar berbau ‘sex’. Bungkus perlengkapan mandi juga tidak lepas
dari foto seronok yang membahayakan.
Kita berharap keluarga kita terdidik untuk terhindar dari pikiran
kotor, tapi sayang, kita sendiri menyuguhkan kepada mereka pemicu pikiran
kotor.
Segera periksa lembar bergambar di lingkungan anda, dan bersikan
dari semua pemicu yang mengganggu pikiran anda.
Semoga Allah menyelamatkan kita dan keluarga kita dari tipuan setan.
Semoga Allah menyelamatkan kita dan keluarga kita dari tipuan setan.
Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar