Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri
Pendahuluan:
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kehidupan dunia ini sarat dengan lika-liku yang sangat dinamis. Kadangkala Anda dalam keadaan berbahagia, dan tidak jarang Anda dirundung duka dan nestapa. Hari ini urusan Anda begitu mudah, semudah membalikkan telapak tangan Anda, akan tetapi kemarin urusan Anda begitu seret bak memasukkan gajah ke dalam lubang jarum. Begitulah seterusnya fenomena kehidupan yang anda dam juga saya jalani di dunia ini.
Kehidupan dunia ini sarat dengan lika-liku yang sangat dinamis. Kadangkala Anda dalam keadaan berbahagia, dan tidak jarang Anda dirundung duka dan nestapa. Hari ini urusan Anda begitu mudah, semudah membalikkan telapak tangan Anda, akan tetapi kemarin urusan Anda begitu seret bak memasukkan gajah ke dalam lubang jarum. Begitulah seterusnya fenomena kehidupan yang anda dam juga saya jalani di dunia ini.
Di antara dinamika kehidupan yang pasti pernah mewarnai hidup
Anda ialah sakit dan sehat. Bisa jadi, hari ini fisik anda sedang menderita
gangguan kesehatan alias sakit. Walau demikian, tidak perlu berkecil hati,
apalagi patah arang, karena kemaren Anda segar bugar. Dan besarkan hatimu, esok
hari andapun –dengan izin Allah- akan kembali sehat wal afiat.
Tiada Penyakit Melainkan Ada Penawarnya
Allah Yang Maha Bijaksana, telah menciptakan makhluq-Nya dengan
berpasang-pasang. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasang supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS.
Az Dzariyat 49).
Ketentuan ini berlaku pada seluruh makhluk-Nya, tidak terkecuali
pada berbagai penyakit yang menimpa manusia. Tidaklah ada suatu penyakit,
melainkan Allah telah menurunkan penawarnya. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap
penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu
penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim).
Pada hadits lain, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan telah
menurunkan untuknya obat, hal itu diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan
tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR.
Ahmad dan At Thobroni. Dinyatakan sebagai hadits shohih oleh Al Hakim).
Fakta ilahi ini
tentunya patut disyukuri, sehingga tidak layak bila anda menjadi putus asa dan
gelap pandangan, hanya karena menderita suatu penyakit.
Milik Siapa Pengobatan Yang Mujarab?
Saudaraku! Coba Anda berusaha mengingat ketika Anda menderita
sakit, berapa banyak biaya pengobatan yang Anda keluarkan? Mungkin Anda
menjawab, banyak sekali. Sampai-sampai kebutuhan saya yang lainnya menjadi
terbengkalai karena dana Anda tersedot habis untuk biaya pengobatan.
Pengalaman pahit ini mungkin menjadikan Anda berkata:
Alhamdulillah, saya memiliki dana, sehingga bisa mendapatkan pengobatan.
Bagaimana jadinya bila saya tidak memiliki biaya pengobatan? Bagaimana pula
halnya dengan saudaraku-saudaraku yang seret rizkinya, bila ditimpa penyakit
semacam ini? Sampai kapankah mereka harus menahan rintih sakitnya?
Fakta telah membuktikan bahwa pengobatan yang bagus nan manjur
hanyalah milik orang yang berkantong tebal. Adapun orang yang berkantong tipis,
apalagi tidak memiliki kantong sama sekali, serasa mustahil mendapatkan
pengobatan bagus, apalagi manjur. Saya yakin Anda pasti masih mengingat nasib
penderita penyakit atresia biller (kelainan saluran empedu) yang bernama :
Bilqis Anandya Passa. Betapa kedua orang tuanya dan karib-kerabatnya harus
bersusah payah mencari uluran tangan orang lain untuk membiayai pengobatannya.
Bukankah demikian saudaraku?
Saudaraku! Perkenankan saya bertanya: kapankah rakyat miskin
dapat menikmati pengobatan bagus nan mujarab alias manjur?
Tiba Saatnya Anda Memiliki Pengobatan Mujarab
Sejatinya, tidak ada yang menghalangi Anda untuk mengenyam
pengobatan bagus nan mujarab, walaupun kantong Anda tipis. Karena begitu bagus,
dan mujarab, pengobatan ini tidak memiliki efek samping yang perlu
dikhawatirkan. Tentunya bila dilakukan dengan cara yang benar. Tahukah anda,
pengobatan apa itu?
Di antara pengobatan tersebut ialah:
1- Jampi-jampi dengan bacaan Al Qur’an.
Tidak heran bila Allah Ta’ala menyebutkan bahwa salah satu
fungsi Al Qur’an diturunkan kepada umat manusia adalah agar menjadi penawar
penyakit yang mereka derita. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan Al Qur’an, sesuatu yang menjadi penyembuh dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Qur’an tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’ 82).
Ibnul Qayyim berkata,”Al Qur’an adalah penawar yang sempurna
bagi segala penyakit hati dan fisik, penyakit dunia dan akhirat. Hanya saja
tidak setiap orang memiliki keahlian, dan dimudahkan untuk mendapat kesembuhan
dengannya. Bila orang yang menderita penyakit, pandai menjalani pengobatan
dengan Al Qur’an; ia menggunakannya tepat pada penyakit yang ia derita, dengan
penuh iman, menerima, dan yakin sepenuhnya; ia memenuhi seluruh syarat
pengobatan dengannya, niscaya tidak ada penyakit yang dapat melawannya.
Bagaimana mungkin ada penyakit yang dapat melawan kalamullah, Tuhan bumi dan
langit. Kalamullah yang bila diturunkan kepada gunung niscaya akan hancur
luluh, dan bila diturunkan kepada bumi niscaya akan terpotong-potong karenanya.
Tidaklah ada suatu penyakit pun, baik penyakit batin ataupun fisik, melainkan
dalam Al Qur’an telah terdapat petunjuk tentang obat, penyebab dan metode
pencegahannya. Fakta ini hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang telah Allah
karuniai pemahaman tentang kitab-Nya. …..Barang siapa yang tidak mendapatkan
kesembuhan dengan Al Qur’an, maka semoga Allah tidak pernah menyembuhkan penyakitnya.
Dan barang siapa tidak merasa cukup dengan Al Qur’an, maka semoga Allah tidak
pernah memberinya kecukupan.”(1)
2. Doa Memohon Kesembuhan Kepada Allah.
Anda beriman dan percaya bahwa segala penyakit yang menimpa Anda
adalah atas kehendak Allah?
Mungkin dengan enteng Anda berkata: Tentu saya sepenuhnya
beriman dengan hal itu, tiada keraguan sedikit pun.
Akan tetapi, bila telah tiba saatnya Anda sakit, betapa mudahnya
keimanan ini luntur bahkan terlupakan. Anda ingin tahu buktinya? Bila anda
benar-benar percaya bahwa penyakit yang menimpa Anda adalah karena kehendak
Allah, maka mengapa Anda tidak segera memohon kesembuhan kepada Allah?
Ketika ditimpa sakit, biasanya pertama kali yang Anda lakukan
adalah merintih, berkeluh-kesah, lalu mengkonsumsi obat ringan hingga akhirnya
minta pertolongan dokter. Bukankah demikian Saudaraku?
Kapankah biasanya anda mengangkat kedua tangan Anda, memohon
kesembuhan kepada Allah? Jawabnya: di saat penanganan secara medis mulai dirasa
kurang manjur. Benarkah demikian saudaraku? Demikiankah cerminan dari iman anda
bahwa Allah-lah yang kuasa menimpakan penyakit dan Allah pulalah yang kuasa
menyembuhkannya?
Sudah saatnya bagi kita semua untuk senantiasa mengaplikasikan
petuah nabi Ibrahim ‘alaihissalam berikut ini (yang
artinya), “Dan apabila aku sakit, maka Dialah Yang
menyembuhkan aku”. (QS. As Syu’ara’ 80)
Karena itu, dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak
mengajarkan bacaan doa-doa untuk meminta kesembuhan kepada Allah. Di antara
doa-doa yang beliau ajarkan ialah doa berikut: “Adzhibil
baasa Robban Naasi, isyfi wa antasy syaafi, laa syifaa-a illa syifaa-uka,
syifaa-an laa yughodiru saqoman.”[Sirnakanlah keluhan wahai Tuhan
seluruh manusia, sembuhkanlah dia, karena Engkaulah Dzat Penyembuh, tiada
kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tiada menyisakan rasa
sakit]. (Muttafaqun ‘alaih).
Sekarang, sudah saatnya saudaraku bila Anda merasakan gangguan
kesehatan, apa pun bentuknya, dan seberapapun beratnya, untuk segera memohon
kesembuhan dari Allah. Dan tentunya tidak lupa dengan tetap menempuh pengobatan
secara medis sebagaimana mestinya. Tidak etis bagi orang yang beriman untuk
senantiasa menjadikan doa sebagai usaha pengobatan terakhir.
Mengapa Anda Bisa Jatuh Sakit?
Saudaraku! Mungkin selama ini Anda selalu berusaha menjaga
kesehatan. Anda menjauhi segala hal yang Anda yakini dapat menyebabkan Anda
jatuh sakit, menempuh hidup sehat dan bahkan mengkonsumsi suplemen tambahan.
Bukankah demikian saudaraku? Walau demikian, mengapa Anda kadang kala tetap
saja jatuh sakit, bahkan penyakit Anda datang dengan tiba-tiba?
Ketahuilah saudaraku bahwa banyak faktor dan alasan Anda jatuh
sakit. Karenanya, langkah pertama dari pengobatan yang manjur ialah mengenali
penyebab terjadinya penyakit yang menimpa anda. Berikut beberapa hal yang
biasanya menjadi penyebab anda ditimpa penyakit:
1) Ulah anda sendiri.
Telah terbukti secara meyakinkah, baik ditinjau dari kacamata
syari’at atau dari fakta bahwa erat hubungannya antara penyakit yang menimpa
Anda dengan ulah anda sendiri.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam kitab tafsirnya bahwa Abul
Bilaad adalah seorang yang menderita buta, sejak ia terlahir dari kandungan
ibunya. Ia bertanya-tanya, bagaimana penerapan ayat di bawah ini pada dirinya,
yang telah menderita buta mata sejak ia dilahirkan. Untuk menjawab
keheranannya, ia bertanya kepada Al ‘Ala’ bin Bader: “Bagaimana penafsiran
firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan musibah apapun yang menimpamu, maka
itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri,” padahal aku ditimpa kebutaan
sejak aku masih bayi?” Maka Al ‘Ala’ menjawab: “Itu adalah akibat dari dosa
kedua orang tuamu.”( 2)
Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barang siapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya ia akan diberi
balasan dengannya.” (QS. An Nisa 123).
Qotadah berkata, “Telah sampai kepada kami bahwa tidaklah ada
seseorang yang tergores oleh ranting, atau terkilir kakinya atau terpelintir
uratnya, melainkan akibat dari dosa yang ia perbuat.(3) “
Karena dari itu, tidak perlu heran bila penyakit yang mengancam
hidup umat manusia di zaman kita ini lebih banyak jenis dan ragamnya. Ini semua
dampak langsung dari kemaksiatan umat manusia yang beraneka ragam pula,
melebihi kemaksiatan umat-umat terdahulu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah perbuatan zina meraja lela di suatu kaum, hingga mereka
berterang-terangan ketika melakukannya, melainkan akan ada pada mereka berbagai
wabah (tha’un) dan penyakit yang belum pernah ada pada generasi sebelum
mereka.”Dan pada sebagian jalur hadits ini dinyatakan:“Tidaklah perbuatan zina meraja lela di suatu kaum, melainkan akan
banyak kematian di tengah-tengah mereka.” (HR. Al Hakim, At
Thobrani dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Demikianlah saudaraku, semakin banyak dosa dan ulah Anda yang
menyelisihi syari’at Allah, maka semakin besar pula peluang datangnya penyakit
kepada anda. Keputusan ada di tangan ada, akankah Anda terus memperlebar pintu
datangnya penyakit atau sebaliknya, Anda mempersempit bahkan menutup pintu
penyakit.
2) Jauh Dari Kerahmatan Allah.
Saya yakin, Anda percaya bahwa kesehatan adalah bagian dari
nikmat dan karunia Allah. Dan sudah barang tentu, cara terbaik untuk
mendapatkannya ialah dengan mendekatkan diri kepadanya. Bukankah demikian saudaraku?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setan
senantiasa mengikatkan pada tengkuk salah seorang dari kalian bila ia tidur
tiga ikatan, lalu ia memukul setiap ikatan (agar menjadi kuat) sambil berkata:
“malam masih panjang, maka tidurlah” bila ia terjaga, kemudian ia menyebut nama
Allah, maka terurailah satu ikatan, bila ia berwudlu, maka terurailah satu
ikatan, dan bila ia menunaikan sholat, maka terurailah satu ikatan, sehingga
iapun pada pagi itu dalam keadaan bersemangat dan berjiwa baik, bila tidak,
maka ia akan berjiwa buruk dan malas.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dengan jelas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan
bahwa diantara akibat langsung dari perbuatan anda melalaikan salah satu dari
ketiga hal di atas ialah jiwa anda menjadi buruk, dan semangat anda luntur,
serta merasa malas.
Imam An Nawawi berkata, Dari tekstual hadits ini, dipahami bahwa
orang yang ketika bangun pagi tidak melakukan ketiga hal berikut semuanya,
yaitu:
1. Membaca dzikir (menyebut Allah)
2. Berwudhu.
3. Dan Sholat, maka ia termasuk orang yang berjiwa buruk dan
pemalas.” (4)
Ibnu Hajar Al Asqolani juga menegaskan hal yang sama, hanya saja
beliau menambahkan, “Hanya saja tingkat keburukan jiwa orang yang tidak
melakukan tiga hal di atas berbeda-beda. Orang yang hanya berzikir ketika
bangun dari tidur, tingkat keburukan dan rasa malasnya lebih ringan dibanding
orang yang tidak melakukan ketiga hal itu sama sekali.” (5)
Sebaliknya, bila anda menjalankan sholat subuh dengan
memperhatikan syarat, rukun, sunnah dan kekhusyuannya, berarti anda berada
dalam perlindungan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang menunaikan sholat subuh, maka ia berada dalam
jaminan Allah.” (HR. Muslim)
Bila telah berada dalam jaminan Allah, akankah ada suatu kekuatan
yang mampu mencelakakan Anda?! Mungkinkah ada suatu penyakit yang mampu
mengganggu kesehatan anda?
Ibnu Katsir mengisahkan dalam kitabnya Al Bidayah wa An Nihayah:
bahwa Imam Abu At Thoyyib At Thobari walau telah berumur lebih dari satu abad
(100 tahun), masih dalam keadaan sehat badan, tidak berubah sedikit pun dari
ingatan dan akal pikirannya, serta tidak ada tanda-tanda kepikunan. Bahkan pada
suatu hari beliau naik perahu, tatkala telah tiba di pantai, beliau keluar dari
perahu dengan meloncat. Suatu hal yang tidak dapat dilakukan, sekalipun oleh
para pemuda. Maka murid-muridnya yang bersama beliau bertanya, “Mengapa engkau
bisa melakukan seperti ini wahai Abut Thoyyib?” Beliau pun menjawab, “Ini
adalah anggota badanku yang senantiasa aku jaga di kala aku masih muda,
sehingga sekarang berguna bagiku disaat aku telah tua.”(6)
3) Ujian Iman.
Saudaraku! Apakah Anda mengira bahwa Anda bebas mengklaim diri
sebagai orang yang beriman tanpa ada ujian? Tidak saudaraku. Tidak sekali-kali
Anda mungkin dapat luput dari ujian Allah. Karenanya, persiapkan diri, mental
dan iman Anda, agar Anda dapat menjalani ujian ini dengan baik. Dengan demikian
Allah-pun semakin mencintai Anda. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS. Al Ankabut 2-3)
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengisahkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya bila Allah mencintai suatu kaum, niscaya Ia akan
menguji mereka. Maka orang yang menerima ujian itu dengan ridho, maka Allah-pun
ridho kepadanya. Sedangkan orang yang tidak suka (berkeluh kesah), maka
Allah-pun tidak menyukainya.” (HR. At Tirmizi dan Ibnu Majah.
Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Ketahuilah saudaraku! Kebahagian hidup di dunia yang sejati dan
kekal hanya dapat Anda capai bila Anda ridho dengan segala takdir Allah. Dengan
sifat inilah Anda dapat merasakan indahnya kenikmatan dan terhindar dari rasa
pedih musibah.
Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Adil, meletakkan kedamaian dan kebahagiaan pada
iman dan ridho. Sebagaimana Allah juga meletakkan rasa gundah dan duka pada
keraguan dan kebencian (keluh kesah).” (7)
Penutup
Sebagai penutup, perkenankan saya bertanya: Masihkah Anda
beranggapan bahwa pengobatan yang mujarab hanya milik orang kaya? Akan tetapi,
yang benarkah Anda percaya dan beriman ? Marilah kita bersama-sama menemukan
buktinya. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab.
Artikel www.PengusahaMuslim.com
Catatan:
1. Zadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim
2. Tafsir Ibnu Abi Hatim 10/3279 & Tafsir Al Baghowi 7/355.
3. Tafsir Ibnu Jarir 27/234, dan Tafsir Ibnu katsir 4/314.
4. Syarah Shahih Muslim oleh Imam An Nawawi 6/67.
5. Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani 3/26.
6. Al Bidayah wa An Nihayah 12/85.
7. Riwayat Ibnu Abid Dunya dan Al Baihaqi.
1. Zadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim
2. Tafsir Ibnu Abi Hatim 10/3279 & Tafsir Al Baghowi 7/355.
3. Tafsir Ibnu Jarir 27/234, dan Tafsir Ibnu katsir 4/314.
4. Syarah Shahih Muslim oleh Imam An Nawawi 6/67.
5. Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani 3/26.
6. Al Bidayah wa An Nihayah 12/85.
7. Riwayat Ibnu Abid Dunya dan Al Baihaqi.
0 komentar:
Posting Komentar