Bila
di atas dijelaskan, bahwa di antara penyebab diberkahinya rezeki kita adalah
bekerja dan senantiasa merasa puas dengan rezeki yang telah Allah berikan
kepada kita, maka satu hal lagi yang menjadi kunci keberkahan, yaitu senantiasa
ber-tawakkal kepada Allah dalam urusan rezeki.
Hendaknya
seorang muslim senantiasa beriman dan yakin bahwa rezekinya telah ditentukan
dan ditakdirkan oleh Allah Ta’ala. Setiap anak
manusia yang terlahir ke dunia ini, terlahir dengan membawa takdir rezekinya
masing-masing. Bahkan, sejak pertama kali ruhnya ditiupkan ke dalam raganya,
ketika ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya, Allah telah memerintahkan
seorang mailakat untuk menuliskan rezekinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إِنَّ
أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ
يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَبْعَثُ
الله مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ وَيُقَالُ له اكْتُبْ عَمَلَهُ
وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِيٌّ أو سَعِيدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فيه الرُّوحُ – متفق
عليه
“Sesungguhnya,
penciptaan salah seorang darimu disatukan dalam perut ibunya selama empat puluh
hari (dalam bentuk nutfah / air mani), kemudian berubah menjadi segumpal darah
selama itu pula, kemudian berubah menjadi sekerat daging selama itu pula,
kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk menuliskan empat hal, dikatakan
kepada malaikat itu, ‘Tulislah amalannya, rezekinya, ajalnya, sengsara atau
bahagia’, kemudian ditiupkan ruh padanya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Oleh
karena itu, tidaklah kita mati dan meninggalkan kehidupan dunia ini, melainkan
setalah kita mengenyam seluruh rezeki kita.
لا
تستبطئوا الرزق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب:
أخذ الحلال، وترك الحرام
“Janganlah
kamu merasa bahwa rezekimu terlambat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah
seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang
telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari
rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (HR.
Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan al-Hakim, serta dishahihkan oleh al-Albani).
Bila
kita telah memahami hal ini, niscaya kita tidak akan pernah ditimpa gundah atau
tekanan batin karena memikirkan rezeki atau penghasilan. Kita akan bekerja
mencari rezeki dengan tenang dan hati yang sejuk serta jauh dari rasa was-was.
Hal
ini bukan berarti kita berpangku tangan dan bermalas-malasan, dengan alasan
tawakkal dan menanti datangnya rezeki yang telah ditakdirkan. Akan tetapi, kita
tetap menjalankan usaha yang halal dengan sekuat tenaga dan daya yang kita
miliki, adapun hasilnya, maka kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Betapa
indah permisalan yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang seorang mukmin yang beriman dan ber-tawakkal kepada Allah, yang sedang bekerja sekuat
tenaganya untuk mengais rezekinya,
(لو أَنَّكُمْ
تَتَوَكَّلُونَ على اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كما يَرْزُقُ
الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً (رواه أحمد وغيره
“Andaikata
engkau ber-tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya
Allah akan melimpahkan rezeki-Nya kepadamu, sebagaimana Allah melimpahkan
rezeki kepada burung, yang (setiap) pagi pergi dalam keadaan lapar dan pada
sore hari pulang ke sarangnya dalam keadaan kenyang.” (HR.
Ahmad, dan lain-lain).
Pada
hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenggambarkan
praktik tawakkal yang benar dengan burung. Setiap burung
pada pagi hari keluar dari sarangnya, dan bekerja terbang ke sana dan kemari mencari
rezekinya masing-masing. Tidak ada dari mereka yang berpangku tangan dan
bermalas-malasan di sarangnya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada
umatnya,
(الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلي اللَّهِ من الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ
خَيْرٌ. احْرِصْ على ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ ولا تَعْجَزْ، وَإِنْ
أَصَابَكَ شَيْءٌ فلا تَقُلْ: لو أَنِّي فَعَلْتُ، كان كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ
قُلْ: قَدَرُ اللَّهِ وما شَاءَ فَعَلَ؛ فإن لو تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان) رواه
مسلم
“Seorang
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding seorang
mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Senantiasa berusahalah
untuk melakukan segala yang berguna bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah,
dan janganlah engkau menjadi lemah. Dan bila engkau ditimpa sesuatu, maka
janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat demikian, demikian, niscaya
akan terjadi demikian dan demikian.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Allah telah
menakdirkan dan apa yang Ia kehendakilah yang akan Ia lakukan, karena ucapan
“seandainya” akan membukakan (pintu) godaan setan.” (HR.
Muslim).
Demikianlah
seyognyanya seorang mukmin yang ber-tawakkal. Ia bekerja dengan sekuat tenaga
dan kemampuan yang ia miliki dengan disertai keimanan yang teguh dan tawakkal
yang bulat kepada Allah. Dengan cara inilah Allah Ta’ala akan melimpahkan rezeki dan keberkahan
kepada kita, dan dengan cara inilah kita akan berhasil menggapai janji Allah,
وَمَن
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا
يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan
barangsiapa yang ber-tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah (berkuasa untuk) melaksanakan urusan yang dikehendakai-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap urusan.” (Qs.
ath-Thalaq: 2-3).
www.PengusahaMuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar