Jatah rezeki halal berkurang karena pekerjaan haram yang
ditempuh.
Ada yang memang berputus asa mencari kerja. Dalam pikirannya
yang penting dapat rezeki. Mau itu cara haram pun tak peduli. Hal itu sudah
diisyaratkan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hadits berikut ini.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى
تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ
يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛
فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam
batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia
habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki
mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah.
Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits
shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihahno. 2866).
Dalam hadits di atas diperintahkan untuk mencari rezeki yang
halal. Janganlah rezeki tadi dicari dengan cara bermaksiat atau dengan
menghalalkan segala cara. Kenapa ada yang menempuh cara yang haram dalam
mencari rezeki? Di antaranya karena sudah putus asa dari rezeki Allah
sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar mencari
rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Coba
renungkan perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ما
من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من الحلال فان صبر حتى يأتيه
آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه الله من رزقه الحلال
“Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah
ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki
itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia
tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal
untuknya.” (Hilyatul Auliya’, 1: 326)
Ada jatah rezeki untuk orang kafir sebagaimana ada jatah juga
untuk orang beriman. Bahkan rezeki yang dijatah adalah rezeki yang halal.
Sehingga diberinya rezeki bukanlah standar benarnya dan lurusnya iman
seseorang. Karena ahli maksiat pun diberi rezeki. Sebagaimana binatang pun
diberi rezeki. Allah Ta’ala berfirman,
وَكَأَيِّنْ
مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60).
Semoga Allah menganugerahkan pada kita rezeki yang halal yang
membuat kita rajin bersyukur dengan mentaati-Nya serta menjauhi maksiat.
Wallahu waliyyut taufiq.
rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar